Saya tidak punya tips agar panen melimpah, karena meski sudah puluhan tahun bertani, saat cuaca tidak bagus, pekerja kurang teliti, pupuk tidak memadai, hasil panen bisa menurun. Akan tetapi tidak pernah rugi dengan bertani.
Namun, ketika sewa sawah harus benar-benar dipertimbangkan karena ada uang sewa, bayar pekerja yang wajib dibayar. Jika mengelola sawah sebagai sampingan, luangkan waktu untuk cek dan sigap mencari pekerja.Â
Berdasarkan pengalaman jika terlambat menentukan waktu tanam akan memengaruhi hasil tanam. Sebagai contoh, seorang petani tebar benih 10-15 hari setelah petani lain memulai.Â
Ketika petani lain panen, petani yang terlambat tanam itu secara otomatis akan panen belakangan. Tanaman padi yang panen paling belakang rawan terserang hama, penyakit dan roboh. Belum lagi mesin combine enggan datang kalau hanya petik satu atau dua petak.Â
Jika penyewa sawah fokus dan sregep mengelola lahan, menyewa itu untung. Mari kita hitung!
Sewa satu petak Rp3 juta per tahun. Seorang petani pemula sewa 2,5 petak untuk sawah timur jalan. Total uang sewa Rp7,5 juta. Ketika panen pertama, dia ditanya dapat berapa hasil jual gabah kering panen (GKP). Jawabnya Rp14 juta.Â
Suami bilang, sisihkan Rp7,5 juta untuk sewa tahun depan, sisanya untuk garap musim tanam kedua, makan dan lain-lain. Petani tersebut mendapat keuntungan bersih di musim panen ketiga.Â
Nominal keuntungan dari hasil tanam padi setiap petani berbeda, hal ini tergantung dari hasil panen dan harga gabah.
Akhir Kata
Apapun pekerjaannya jika ditekuni dengan baik, sabar akan menghasilkan keuntungan. Jangan mencari kesibukan yang sebenarnya tidak penting. Sibuk tidak selamanya menguntungkan, jangan terjebak fake productivity.
Tulisan ini sebagai pengingat diri karena saya terkadang terjebak kesibukan semu.