Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sewa Lahan Pertanian, Menguntungkan atau Menambah Kesibukan?

22 Mei 2024   17:19 Diperbarui: 23 Mei 2024   00:58 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sewa lahan pertanian, menguntungkan atau Fake Productivity? (Dokumentasi Pribadi)

Banyak petani yang berminat menyewa sawah krocoan setelah kami jeda dulu mengelola lahan. Lahan pertanian tersebut diminati karena sudah dilengkapi sumur listrik juga dekat dengan jalan raya. 

Selain itu luas 3,5 petak sudah jadi satu, tanpa ada galengan atau pembatas. Ini dapat meningkatkan hasil panen. Harga sewa per tahun, per petak Rp3 juta. Petani yang berminat rata-rata telah memiliki garapan yang cukup banyak. 

Tidak sembarang kami memilih penyewa. Penyewa harus berani bayar kontan, tanpa dicicil, karena sebelumnya menyewakan tanah pertanian bayarnya setelah panen, itu pun diangsur. 

Selain bayar di muka atau awal musim tanam, saya pun membuat surat perjanjian sewa tanah. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya kesalahan masa sewa. Sebelumnya suami hanya mencatat di buku, ternyata ada yang garap 4 kali musim tanam dalam satu tahun yang seharusnya 3 kali masa tanam. 

Petani Sewa Tanah, Menambah Kesibukan atau Produktif?

Bagi petani kawak, bertani mengasyikan. Bahkan ASN atau pensiunan mencari kesibukan dengan bertani. Entah itu lahan sendiri atau hasil sewa. Akan tetapi banyak di antara mereka terjebak kesibukan semu fake productivity.

Misalnya yang dialami tetangga, dia seorang ASN mencoba sewa tanah bengkok milik perangkat desa. Ketika panen, dia cerita jika mengalami kerugian, karena selain bayar sewa, dia pun bayar pekerja tanpa diawasi hasil kerjanya. 

Lebih miris yang dialami tetangga lain dusun yang mengalami kerugian karena tanaman diserang hama. Dia pun menjadi depresi, karen kehilangan modal puluhan juta. Banyak contoh petani pemula yang pada akhirnya tidak melanjutkan sewa lahan karena merasa rugi, hasil produksi padi tidak maksimal. 

Sawah krocoan. (Dokumentasi Pribadi)
Sawah krocoan. (Dokumentasi Pribadi)

Bagaimana sewa lahan pertanian agar bukan sekadar mencari kesibukan? 

Jawaban sederhana, "Jangan coba-coba sewa lahan jika tidak tahu ilmunya." Betul juga. Namun, jika sudah paham ilmu pertanian, pasti untung dong. Belum tentu. 

Ini banyak dialami petani yang menggarap lahan pertaniannya luas. Oleh karena lahannya tidak sedikit, ketika ada yang gagal panen beberapa petak, tidak terasa rugi karena tertutup dari lahan sebelahnya. Namun, kesibukannya menggarap lahan jadi semu, hari-harinya tidak produktif. Apalagi jika lahan yang digarap berbeda desa.

Mengelola lahan pertanian itu membutuhkan keseriusan, fokus meski ada kesibukan lain. Tidak bisa hanya sekadar mengisi hari dengan kesibukan agar tidak stres. Alih-alih pikiran damai, bertani malah depresi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun