Puasa Ramadan kedua, anak cewek sudah kembali ke tempat kos di Surabaya.Â
"Berat sekali kopernya," ujarnya ketika akan diantar ke stasiun Madiun.Â
Jelas berat, koper kecil selain isinya baju juga ada beras, rendang, sambal goreng printil daging, telur protein, perlengkapan mandi dan lain sebagainya.Â
"Satu minggu jangan beli makanan ya, sudah ada di koper." Anak cewek hanya membalas dengan mesem. Itu tandanya tidak setuju dengan ucapan saya. Wajar kalau tidak setuju, masa sahur, buka puasa makannya rendang terus.Â
Benar saja, baru satu hari tiba di kosan, sudah kirim foto berburu takjil bersama temannya.Â
Berburu Takjil
Tradisi membeli takjil hanya ada pada bulan Ramadan, di mana setiap sore sebagian warga membeli kudapan di tempat tertentu untuk berbuka puasa. Umumnya makanan tersebut adalah yang manis-manis, seperti kolak, kue dan lain sebagainya.Â
Kata takjil itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya mempercepat dalam berbuka puasa atau menyegerakan berbuka. Istilah takjil dalam KBBI juga artinya bisa makanan untuk berbuka puasa.Â
Pada bulan Ramadan banyak pedagang dadakan yang menjual aneka makanan untuk berbuka. Bukan makanan manis saja, tetapi gorengan, es, cilok, batagor dan lain sebagainya.Â
Anak-anak pun ketika berburu takjil tidak lagi membeli kolak. Seperti anak saya dan teman-temannya. Terkadang yang mereka beli diragukan sehat bernutrisi.Â