Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Strategi Saya Mengelola Keuangan untuk Skincare dan Beras

7 Maret 2024   17:05 Diperbarui: 8 Maret 2024   17:27 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai petani, pastinya tidak ada anggaran untuk membeli beras, karena punya gabah sendiri. Namun, bukan berarti tidak pernah membeli beras. Ketika tukang giling gabah keliling belum lewat dan beras habis, saya tetap membeli, hanya dalam jumlah sedikit, maksimal 3 kilogram. 

Seperti pekan kemarin, kakak ipar sudah mengatakan jika kami masih memiliki 2 karung gabah kering siap giling. Jika beras habis segera laporan padanya agar gabah segera dislep. 

Oleh karena saya sering acara di luar rumah, urusan beras habis jadi lupa. Saya pun membeli beras di warung sambil belanja. Kaget sekali dengan harga saat itu. Harganya Rp16.000/kilogram, untuk beras wangi seharga Rp19.000/kilogramnya. Beras di kios tersebut asalnya dari petani yang menukar dengan sayuran atau ikan, tepatnya belanja, bayar pakai beras. 

Setiap hari saya memasak beras kurang lebih 1-2 gelas kecil untuk 3 orang. Satu karung gabah kering yang beratnya 50 kilo jika dislep jadi beras menyusut hingga setengahnya. Jika tidak ada undangan pernikahan, khitanan, kirim doa atau takziah, satu sak gabah cukup untuk 6 minggu. 

Saya perkirakan kebutuhan beras untuk dimakan setiap bulannya sekitar 15 kilogram atau Rp240.000 jika harga masih Rp16.000. 

Anggaran untuk beras sedikit jika dibandingkan untuk membeli skincare. Pembelian skincare tiap bulannya sekitar Rp800.000 s.d. Rp1.000.000. Namun, itu dulu sebelum harga sembako naik. 

Cara mengatur kebutuhan beras. (Dokumentasi pribadi)
Cara mengatur kebutuhan beras. (Dokumentasi pribadi)

Skincare vs Kebutuhan Pokok

Skincare dan beras bagi perempuan sama-sama pentingnya. Siapa sih yang ingin kulit wajahnya bersisik, kering? Siapa juga yang ingin keluarganya lapar gara-gara tidak bisa membeli beras dan kebutuhan pokok lainnya?

Sejak barang kebutuhan pokok naik, sementara uang bulanan tetap. Saya harus pandai mengelola uang agar kebutuhan kulit terpenuhi, tetapi tidak mengurangi nutrisi tubuh keluarga. Yang semula beli skincare bisa habis Rp1 juta per bulan, sekarang bisa turun hingga setengahnya, bahkan sepertiganya. 

Caranya bagaimana?

Hidup hemat bukan saja pada pembelian barang-barang. Penggunaan skincare dan perawatan wajah pun harus hemat. Semula saya bisa perawatan setiap bulan, sekarang satu tahun cukup 3-4 kali saja. Pembelian skincare pun saya buat hemat. 

Jika tidak ada aktivitas luar rumah, pemakaian serum tipis-tipis saja, yang penting kulit wajah tetap lembab. Pernah juga ketika konsultasi ke dokter yang ada di Natasha, dia tanya. 

"Sekarang jarang ke sini? Sedikit kusam ya?"

"Lagi hemat dan tidak ada waktu senggang, Dok." Malu juga saya jawabnya.

Saya pun cari cara lain agar kulit wajah tidak kusam. Nutrisi kulit tidak mengandalkan dari skincare saja, tetapi dari makanan, seperti pisang, pepaya. Perbanyaklah minum, makan sayuran dan buah-buahan yang tumbuh tanpa mengenal musim. Sesekali boleh konsumsi alpukat, durian, manggis, duku, salak dan sebagainya jika lagi musim.

Jus alpukat agar kulit sehat. (Dokumentasi pribadi)
Jus alpukat agar kulit sehat. (Dokumentasi pribadi)

Menjaga kesehatan kulit juga bisa dengan banyak-banyak bersyukur. Ketika bahagia, kulit wajah akan tampak berseri, tidak kusam. Tak kalah penting setiap hari saya harus gerak teratur seperti bersepeda, jalan kaki. 

Setelah berkeringat, rasanya kulit wajah jadi bugar. Kalau kulit wajah masih tetap butek, sepertinya bakat dari lahir, karena saya terlahir dengan warna kulit sawo mateng. 

Makanan pengganti nasi. (Dokumentasi pribadi)
Makanan pengganti nasi. (Dokumentasi pribadi)

Akhir Kata

Skincare dan beras bagi saya sama-sama pentingnya. Jika harga keduanya naik, tetapi gaji masih sama. Saya akan lebih menghemat pemakaian. 

Hemat bukan berarti tidak menggunakannya. Meski gabah di rumah cukup, saya tidak makan nasi berlebihan. Meski mampu membeli skincare, saya tidak menggunakannya berlebihan juga. Cukup agar kulit wajah tidak kering dan kusam saja. 

Terima kasih telah singgah. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun