"Maaf ya saya ajak sarapannya di alam seperti ini, bukan di rumah makan," kata saya.Â
"Kita malah enak begini," sahut Kang Nanang.
Saya pun memesan 3 nasi pecel, 1 botok pecel, 5 nasi ketan hitam bertabur kelapa muda ditambah teh panas tawar.Â
Kami duduk di buk atau tembok pinggir jalan dengan lebar sekitar 20 cm, tinggi 60 cm. Sekelilingnya pohon besar sehingga area tersebut sangat redup.Â
Teman-teman suami, Kang Nanang, Om Faisal dan asistennya menikmati nasi pecel. Saya duduk sambil makan botok lompong dekat si Mbah penjual nasi. Rasanya tidak selera makan nasi terlalu pagi. Tiba-tiba pengunjung mulai berdatangan dan sarapan di tempat si Mbah.Â
Seorang bapak sepertinya sudah biasa sarapan di situ. Dia langsung memesan nasi tiwul, uraban dan sayur tahu. Saya jadi ingin mencoba nasi tiwul sayur.Â
Sego Tiwul
Sego tiwul merupakan makanan tradisional khas Jawa. Makanan satu ini berasal dari singkong yang diawetkan dengan cara dikeringkan dan digiling hingga berupa tepung kasar. Tepung ini sering disebut gaplek.Â
Tiwul sering dianggap sebelah mata, padahal panganan ini sebagai karbohidrat alternatif. Apalagi di tengah-tengah harga beras yang tinggi. Selain itu tiwul juga banyak manfaatnya bagi kesehatan.Â
Mengutip dari  GridHealth, tiwul tak hanya mengandung karbohidrat, ada nutrisi lain yang sangat penting, vitamin C, zat besi, kalsium, protein hingga fosfor dan asam butirat. Selain itu tiwul juga kalorinya rendah sehingga cocok bagi penderita.