Ketika ngobrol dengan si mbaknya. Tiba-tiba ada seorang bapak-bapak memberi penjelasan tentang produk porang yang ada di kedai tersebut. Rupanya sejak tadi dia menyimak pertanyaan saya ke penjaga kedai. Ternyata bapak tersebut pembina UMKM untuk makanan dari porang, saya panggil dia dengan sebutan Pak Daud.Â
Menurutnya meski semua makanan yang dijual pelaku UMKM berbahan porang, tetapi tidak seratus persen. Umbi-umbian ini hanya sebagai pelengkap dan takarannya juga lebih sedikit dari bahan utama.Â
Namun, itu perlu ada pembinaan kepada pelaku UMKM dalam pengolahan jenis makanan agar manfaat dari porangnya dapat. Pak Daud ini pula kerja sama dengan pabrik porang di Jiwan, Madiun.
Kelebihan Nasi Porang
Pak Daud sebagai pembina UMKM produk porang membina para pelaku usaha memanfaatkan budidaya lokal. Dalam satu komunitas dia mengajarkan  bagaimana membuat makanan dengan campuran porang.Â
Menurutnya membuat olahan dari porang sama seperti biasanya. Misalnya memasak nasi porang, kita memasak nasi dari beras, lalu campurkan tepung porang ke dalam beras yang telah dicuci. Begitu pun dengan olahan lain.Â
Pada kesempatan itu saya membeli tepung porang seharga Rp25.000 untuk 1/4 kg. Saya coba masak nasi sesuai arahan Pak Daud, yakni untuk beras 1 kg, tepung porang 2 sendok makan.
Nasi yang dimasak dengan tepung porang berbeda. Nasi ini hasilnya lebih pulen, kadar airnya sedikit meski nasi tersebut lembek. Uniknya nasi itu tidak basi hingga besok paginya. Rasanya tetap enak dan segar. Itu sebabnya nasi porang cocok untuk orang yang mengidap diabetes.Â
Kelebihan lain dari porang tentunya banyak, pastinya menjaga kesehatan tubuh. Oleh karena masyarakat sadar akan kesehatan, beras porang sudah dijual di media online.
Nah, teman-teman siap mengganti beras dengan porang? Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H