"Kopdar yu di Yogyakarta!"
Banyak ajakan dari emak-emak yang ada di grup WhatsApp Kepo atau Kantin Emak Produktif Oye untuk kopdar.
Oleh karena sejak berdiri dua tahun lalu, kami hanya bertemu melalui zoom dan pesan grup, kegiatan kopdar perlu diadakan.
Kopdar adalah kopi darat atau pertemuan yang diadakan di suatu tempat untuk menjalin silaturahmi antar anggota komunitas. Dengan diadakannya Kopdar juga akan menambah kebahagian dan hidup terasa berkualitas.
Selain itu kami pun harus menjalin silaturahmi dengan guru yang telah membuat perubahan. Pak Cahyadi Takariawan dan Bun Ida Nurlaila, begitu kami menyapanya. Dari keduanya, kami belajar menulis, ngeblog, menerbitkan dan memasarkan buku.Â
Kopi Darat di YogyakartaÂ
Sebagai ketua komunitas atau kami menyebutkan presiden Kepo, saya bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan silaturahmi ke rumah Pak Cah, Yogyakarta, 21 Januari 2024.
Bersama dengan pengurus atau para menteri Kepo, Mak Rini, Mak Ruri, Mak Yuli, Mak Tatiek mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan penginapan, transportasi. Tak kalah penting saya harus koordinasi dengan tim Pak Cah dan Bun Ida terkait waktu kunjungan.Â
Setelah melihat jadwal Pak Cah, kami sepakat tanggal 21 Januari berkumpul di kediaman Pak Cah, Bantul. Dari sekian puluh anggota Kepo yang siap hadir ada 10 emak termasuk saya. Â
- Mak Hj. Yulia K Rohimah dari Bandung
- Mak Ratna dari Yogya
- Mak  D. Nurjanah dari Semarang
- Mak Yajura dari Serang
- Mak Ruri dari Tuban
- Mak Eli Halimah dari Cilegon
- Mak Yuli Pinasti dari Jakarta Utara
- Mak Rini Meivany dari Tangerang
- Mak Rita Haryanti dari Jakarta
Bisa dimaklumi yang lain tidak bisa hadir, karena bukan waktu liburan atua cuti bersama. Pun tempat tinggal emak-emak yang jauh. Mereka tidak mungkin meninggalkan pekerjaannya dalam waktu lama. Saya salut kepada 9 emak yang hadir. Di tengah kesibukannya sebagai guru dan dokter seperti Mak Rini dan Mak Rita bisa meluangkan waktu ke Yogya bersama anaknya.
Di mana kami bermalam selama di Yogyakarta? Â Â Â Â Â
Dengan dibantu Bun Ida dan teman dari Kepo, Mak Linda, kami mendapat penginapan yang murah, meriah, bagus, nyaman. Penginapan tersebut rumah dinas Keuangan Negara, Jalan Cendana 1, Yogyakarta.Â
Penginapan yang terletak di tengah kota tersebut merupakan rumah dinas dengan bentuk bangunan kuno. Meski bangunan lama, bagian dalam modern, mulai dari dapur, kamar tidur, kamar mandi Pokoknya terasa di rumah sendiri dengan kamar ber-ac dan air untuk mandi bisa panas dingin.
Satu rumah bisa diisi 6 orang dewasa. Masing-masing kamar terisi 2 orang, tetapi jika kepepet dan mau mepet-mepet boleh satu tempat tidur 3 orang, hehe ...
Harga per malam dijamin murah sekali. Dengan 3 kamar kami hanya merogoh kocek Rp300.000 per malam.Â
Serunya Kopdar di Yogyakarta.
Saya yakin kunjungan ke Yogyakarta selalu ada kenangan yang tak dapat dilupakan. Ini karena Yogyakarta daerah yang sangat istimewa di hati pengunjung, sesuai dengan namanya Daerah Istimewa Yogyakarta.Â
Mak-emak Kepo yang datang lebih awal berkunjung ke Keraton Yogyakarta di mana keluarga Sultan tinggal. Walaupun hanya beberapa bagian bangunan saja yang dapat dilihat, mereka senang. Selain itu Jalan Malioboro pun menjadi jugjugan pengunjung yang wajib.Â
Kota Yogyakarta juga menjadi tempat edukasi, karena banyak bagian kota yang dihiasi sentuhan budaya Jawa, seperti lampu kota, gedung-gedung.
Pada hari yang telah disepakati, 21 Januari, pukul 08.30, kami bertolak dari penginapan dengan dijemput kedua putra Pak Cah. Tiba di rumahnya, kami mendapat sambutan luar biasa. Keramahtamahan keluarga Pak Cah membuat kami terpesona. Putra putrinya kerja sama menyajikan aneka cemilan, minuman. Istimewa, Pak Cah memasak baso dan wedang uwu.Â
Keseruan dilanjutkan ke tepi pantai Parangtritis, meski hujan tak ada hentinya, sebagian emak asyik mengelilingi pantai dengan jip. Meski pakaian basah, kami tetap tertawa. Sementara Pak Cah dan Bun Ida menunggu di warung pinggir pantai. Rasanya seperti anak kecil yang diasuh orang tuanya.Â
Keseruan selanjutnya adalah makan siang bersama di rumah makan Manggar Manding. Sepanjang perjalanan menuju rumah makan, rasanya tidak nyaman dengan pakaian basah. Bersyukur di sana ada batik yang dijual, tetapi model daster. Daripada masuk angin, daster pun jadi.Â
Belum Ingin Berpisah
Selesai makan siang, kami tentunya ke tempat oleh-oleh. Rekomendasi dari Bun Ida adalah ke bapia 145, Bu Sri Astuti. Selian itu kami pun membeli bapia kukus tugu dan bapia 25.Â
Ada pertemuan ada perpisahan. Rasanya kami masih ingin ngobrol dan belum mau pulang. Pertemuan yang hanya beberapa jam sangat berkesan. Cerita tidak sebatas ini saja. Masih banyak yang terjadi selama Kopdar, semuanya indah. Tak perlu dikenang, tetapi harus diulang.Â
Terima kasih telah singgah. Salam.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H