Di mana kami bermalam selama di Yogyakarta? Â Â Â Â Â
Dengan dibantu Bun Ida dan teman dari Kepo, Mak Linda, kami mendapat penginapan yang murah, meriah, bagus, nyaman. Penginapan tersebut rumah dinas Keuangan Negara, Jalan Cendana 1, Yogyakarta.Â
Penginapan yang terletak di tengah kota tersebut merupakan rumah dinas dengan bentuk bangunan kuno. Meski bangunan lama, bagian dalam modern, mulai dari dapur, kamar tidur, kamar mandi Pokoknya terasa di rumah sendiri dengan kamar ber-ac dan air untuk mandi bisa panas dingin.
Satu rumah bisa diisi 6 orang dewasa. Masing-masing kamar terisi 2 orang, tetapi jika kepepet dan mau mepet-mepet boleh satu tempat tidur 3 orang, hehe ...
Harga per malam dijamin murah sekali. Dengan 3 kamar kami hanya merogoh kocek Rp300.000 per malam.Â
Serunya Kopdar di Yogyakarta.
Saya yakin kunjungan ke Yogyakarta selalu ada kenangan yang tak dapat dilupakan. Ini karena Yogyakarta daerah yang sangat istimewa di hati pengunjung, sesuai dengan namanya Daerah Istimewa Yogyakarta.Â
Mak-emak Kepo yang datang lebih awal berkunjung ke Keraton Yogyakarta di mana keluarga Sultan tinggal. Walaupun hanya beberapa bagian bangunan saja yang dapat dilihat, mereka senang. Selain itu Jalan Malioboro pun menjadi jugjugan pengunjung yang wajib.Â
Kota Yogyakarta juga menjadi tempat edukasi, karena banyak bagian kota yang dihiasi sentuhan budaya Jawa, seperti lampu kota, gedung-gedung.
Pada hari yang telah disepakati, 21 Januari, pukul 08.30, kami bertolak dari penginapan dengan dijemput kedua putra Pak Cah. Tiba di rumahnya, kami mendapat sambutan luar biasa. Keramahtamahan keluarga Pak Cah membuat kami terpesona. Putra putrinya kerja sama menyajikan aneka cemilan, minuman. Istimewa, Pak Cah memasak baso dan wedang uwu.Â
Keseruan dilanjutkan ke tepi pantai Parangtritis, meski hujan tak ada hentinya, sebagian emak asyik mengelilingi pantai dengan jip. Meski pakaian basah, kami tetap tertawa. Sementara Pak Cah dan Bun Ida menunggu di warung pinggir pantai. Rasanya seperti anak kecil yang diasuh orang tuanya.Â