Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Risiko Bibit Padi Berumur Tua Ditanam

8 Januari 2024   17:22 Diperbarui: 9 Januari 2024   11:56 2036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persemaian yang ada di sawah etan ratan. (Foto: Dokumentasi pribadi)

"Dleput, wayahe tandur, urung ujan." Kalimat tersebut sering saya dengar dari beberapa petani yang belum tanam padi. 

Artinya kurang lebih seperti ini, "Hancur waktunya tanam, belum turun hujan."

Pernyataan di atas adalah ekspresi petani karena kenyataan tidak sesuai rencana. Di mana petani merencanakan bulan Desember tanam padi, karena sudah masuk musim penghujan. Nyatanya hingga pergantian tahun, hujan jarang turun, akibatnya tanah pertanian semakin kering dan pecah, sementara benih padi sudah berumur. 

Menghadapi fenomena tersebut banyak petani yang harus mengeluarkan dana lebih untuk mengairi bibit. Berbeda dengan salah seorang petani tetangga desa. Menurut pekerja saya, bibit padi yang tua dan kering dibakarnya. Dia merasa sudah tidak akan turun hujan dan benih tua tidak akan produktif.

Ketika Januari turun hujan, dia kebingungan, karena sudah tidak punya bibit untuk ditanam sekalipun yang tua. Jika ada petani lain yang kelebihan bibit, dia bisa beli atau meminta. Namun, itu sangat jarang sekali petani kelebihan. Pada umumnya mereka telah memperhitungkan kebutuhan  dengan luas lahan.

Pengairan Sawah pada Musim Penghujan atau Musim Tanam 1 

Ilustrasi sawah bekas tanam palawija yang kering dan susah pengairan. (Foto: Dokumentasi pribadi)
Ilustrasi sawah bekas tanam palawija yang kering dan susah pengairan. (Foto: Dokumentasi pribadi)

Puncak musim penghujan menurut prediksi BMKG terjadi pada bulan Januari hingga Februari. Sementara petani memperkirakan bulan Desember akan turun hujan lebat seperti tahun-tahun sebelumnya. Oleh karenanya pada pertengahan November sudah membuat persemaian.

Persemaian dilaksanakan dengan cara ngrecek yang tanpa mesin bajak tetapi dicangkul tipis-tipis. Setelah diairi, dua hari kemudian benih pilihan disebar dan ditutup tanah tipis-tipis. 

Pada bulan November akhir petani merasa senang karena turun hujan, benih pun mulai tumbuh. Setelah 3 kali turun hujan, hingga akhir Desember tidak ada hujan. Petani kerja keras mengairi persemaian dengan air dari sumur pompa agar benih tidak mati. 

Petani berusaha memindahkan bibit dan mengairi lahan dengan sumur, tetapi banyak sumber yang tidak keluar airnya. Misalnya sumur yang ada di sawah etan ratan, kerabat saya sampai panggil tukang sumur, ganti alat yang dirasa rusak. Air tak kunjung keluar, air hujan pun tak kunjung turun. 

Hal yang berbeda dengan musim tanam (MT 1) 2023 /2024 dengan MT 1 tahun sebelumnya. Tahun lalu jika tidak turun hujan, petani masih bisa mengandalkan sumur pompa. Sekarang air dar sumur pompa keluarnya sedikit dan itu tidak memenuhi kebutuhan lahan pertanian.

Petani menunda tanam padi juga karena lahan sebelahnya belum siap tanam. Jika lahan sebelah milik orang lain belum ditanam, kita melanjutkan tanam, air yang seharusnya mengairi sawah kita akan masuk ke lahan orang lain melalui galengan. Itu sebabnya jika petani hendak tanam harus ada kesamaan waktu mengairi dengan pemilik lahan sebelahnya. 

Kendala lain jika mengairi sawah belas palawija adalah air cepat meresap ke dalam tanah, karena pecahnya terlalu dalam. Jika mengandalkan air sumur pompa tidak akan mampu, lahan akan kembali kering. Berbeda jika pengairan dari air hujan, lahan akan terus basah. 

Risiko Tanam Bibit Padi Usia Tua

Persemaian yang ada di sawah etan ratan. (Foto: Dokumentasi pribadi)
Persemaian yang ada di sawah etan ratan. (Foto: Dokumentasi pribadi)

Hujan yang ditunggu-tunggu datang membawa keberkahan di malam Ahad awal tahun 2024. Petani sumringah, karena sawahnya tergenang air dan siap dibajak.

"Alhamdulillah, besok bisa tanam." Itulah yang saya dengar pada malam turunnya hujan. Ketika itu bertepatan dengan acara pengajian rutin ibu-ibu yasinan di rumah saya. 

Ada petani yang mengatakan setiap pengajian di rumah saya selalu turun hujan deras. Itu hanya kebetulan. Saya pun tak ingat, apa benar yang dikatakan salah seorang jamaah sekaligus petani tersebut. Pastinya jika waktunya hujan akan tetap turun.

Benar saja, besok paginya setelah hujan deras, banyak petani yang memulai bajak sawah, cabut bibit. Meski terlambat menanam padi dan usia benih di atas 30 hari, petani di desa saya masih bisa tanam. Hasil produksi saat panen telah memahaminya. Bibit berusia tua kurang beranak dan itu memengaruhi jumlah produksi padi. 

Apapun, berapapun hasil produksi kelak, sebagai petani harus legowo. Penting adalah merawat tanaman padi. 

Semoga bermanfaat. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun