"Ada identitas lain yang membuktikan ibu pemilik ATM ini, SIM atau apa?" tanya satpam salah satu bank besar ketika saya menunjukkan Identitas Kependudukan Digital (IKD), Selasa 2/1/2024.
Kisahnya begini sehingga saya diragukan pemilik ATM bank tersebut.
Senin malam, 1 Januari 2024, putri saya memberi kabar sakit. Saya pun khawatir karena dia sampai ke IGD Rumah Sakir Unair dengan diantar satpam perumahan. Tanpa basa-basi, saya dan kerabat meluncur ke Surabaya.Â
Bagaimana kartu tanda penduduk elektrik (KTP-el) fisik bisa ketinggalan?
Ketika berangkat ke Surabay saya, lupa tidak cek isi tas. Perasaan semua kartu, uang ada di dalam tas. "Aman," batin saya saat itu.
Perjalanan ke Surabaya dari Madiun lancar. Â Jalan tol sedikit padat, tetapi tidak macet. Begitu pun jalan Kota Surabaya lenggang tidak seperti di siang hari yang macet dan panas.Â
Tidak ada 3 jam saya sudah sampai di tempat kos anak cewek di Suterejo selatan, Surabaya.
Alhamdulillah putri saya pagi-pagi sudah membaik dan mengikuti ujian akhir semester. Saya sudah wanti-wanti, jika terasa sakit lagi segera ke IGD Unair, nanti saya menyusul.Â
Anak saya setuju. Dia pun dengan lemah berangkat ke kampus menggunakan ojeg online, karena motornya masih di tempat parkir rumah sakit.Â
Saya pun keluar dari kos-san menunju supermarket untuk belanja keperluan putri saya. Saat pembayaran aman dengan menggunakan uang digital. Namun, rasanya tidak tenang jika tidak ada uang fisik. Mau beli nasi goreng di kaki lima gak bisa, beli di warteg, baso keliling pun tak kuasa.Â