Musim panen padi ketiga di kampung saya berlangsung hanya beberapa hari, karena semua petani menggunakan jasa mesin kombi untuk merontokkan gabah.
Mesin kombi bekerja lebih cepat, dibandingkan pemanenan secara manual. Â
Pasca panen, petani ada yang menjual gabahnya dalam keadaan basah atau gabah kering panen ada juga yang membawanya pulang untuk dikeringkan.
Gabah Kering Panen (GKP) adalah gabah yang baru selesai dipanen dan mengandung kadar air sekitar 25%.Â
Panen dan Pengeringan Gabah saat Musim Hujan
Untuk lahan pertanian krocoan, petani menanam padi tiga kali, pola tanamnya padi-padi-padi.Â
Dengan pola tanam tersebut, petani memanen padi sepanjang tahun. Panen pertama pada bulan Maret, panen kedua pada bulan Juli dan panen ketiga akhir bulan November sampai awal Desember. Ketika panen ketiga, bulan November dan panen kesatu, petani menghadapi musim hujan.Â
Pemanenan saat musim hujan, harus memperhatikan kadar air. Jika gabah saat dipanen masih memiliki kadar air tinggi penjemuran akan memakan waktu lama. Harga jual pun lebih rendah dibandingkan gabah yang kadar airnya standar.
Misalnya, harga gabah yang dipanen di waktu pagi, lebih rendah dibandingkan harga gabah yang dipanen siang hari. Ketika pagi, bulir gabah lebih berat, karena memiliki kadar air tinggi, setelah terpapar sinar matahari bulir itu mengering, kadar air pun berkurang.Â
Namun, gabah terlalu kering atau kadar air rendah saat dipanen juga merugikan petani, karena akan mengurangi bobot. Akan tetapi, jika dijual langsung, harga sedikit lebih mahal dibandingkan gabah basah. Pun proses pengeringan lebih cepat. Ini akan mengurangi biaya pengeringan.Â
Pada artikel sebelumnya saya mengatakan, tanda padi siap panen secara umum adalah gabah sudah menguning dan daun telah mengering. Selain itu, kadar airnya pun kisaran 21-26% yang bisa dicek dengan alat khusus.Â