"Coba simak judul-judul artikel Mbak Sri, semuanya dari pengalaman pribadi," kata Pak Cah begitu kami menyapanya.Â
Pak Cah melanjutkan sharing kepenulisan dengan menjelaskan statistik dan beberapa artikel saya di Kompasiana. Hampir 90 persen yang saya ceritakan berangkat dari pengalaman pribadi dan itu menjadi tema acara zoom, 6/11/2023.
Menulis pengalaman pribadi adalah ide yang tak pernah habis. Setiap hari selalu ada peristiwa yang terjadi.  Namun, banyak orang  yang masih kebingungan mendapatkan ide menulis.
Orang bijak mengatakan, banyak orang yang terhambat kreativitasnya karena tidak menemukan ide untuk bahan tulisan.
Situasi tersebut pernah saya alami di awal memiliki akun Kompasiana. Jarang menulis dengan alasan tidak ada ide. Kalau kita mau jujur pada diri sendiri, sebetulnya ide banyak, tetapi takut untuk menulis apalagi memublikasikannya. Jadi permasalahannya bukan tidak ada ide. Gagasan itu penting tetapi lebih penting menuliskannya dan memublikasikannya.
Menulis seperti Bercerita
Saya menulis di Kompasiana seperti bercerita, mungkin Kompasianer lain juga sama. Walaupun demikian, untuk awal-awal menulis sangat sulit. Untuk itu, saya harus mengikuti beberapa kelas menulis, seminar, diskusi dengan Kompasianer lain agar bisa, berani menulis walaupun sekadar pengalaman.
Penting juga memiliki mental dan jangan baperan, karena menulis di Kompasiana ada penilaian dari pembaca dan admin. Penilaian dari pembaca tentunya berupa kritik dan saran, baik langsung di kolom komentar atau melalui pesan pribadi.Â
Sementara dari admin Kompasiana, penilaian langsung tercantum di sebelah kategori, artikel menjadi pilihan atau artikel utama. Lebih kaget ketika ada notifikasi tulisan ditahan untuk dikaji ulang.Â
Jika terlalu sering ditahan kemungkinan besar akun akan diblokir. Hihik ... Saya pun pernah artikelnya ditahan beberapa jam karena judul sensitif dan gambar lupa tidak ditulis sumbernya.
Semua Kompasianer tentunya melewati proses yang sama. Akan tetapi tak pernah baper. Nulis lagi, nulis lagi dan nulis.
Apa yang saya dapatkan dari bercerita di Kompasiana?
Tak pernah terpikirkan oleh saya ketika menjadi bagian dari Kompasiana akan mendapat reward, hadiah dan masuk kategori di Kompasiana Awards 2023.
1. K-RewardÂ
Walaupun reward itu kecil nilainya, bagi saya sangat besar. Setelah menikah, baru pertama kali dapat cuan dari hasil karya sendiri.Â
Menulis di Kompasiana bukan saja reward dari hasil tulisan kita. Saya pun sering menerima tawaran dari admin Kompasiana dan orang lain untuk menulis tema khusus dan mendapat cuan.
Rasanya bungah tak terhingga, apalagi dari hasil itu bisa memberi ibu dan sedekah tanpa harus meminta suami. Saya seperti ibu rumah tangga yang mandiri.Â
2. Banyak teman
Menjadi ibu rumah tangga, petani desa, tak pernah bersosial media, teman saya hanya sedikit. Ketika bergabung di Kompasiana dan masuk grup WhatsApp, banyak teman baru bahkan jadi saudara. Kami saling silaturahmi walaupun berbeda kota.Â
Saya menyakini silaturahmi sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan mental. Baik itu langsung berkunjung atau saling menyapa di grup.
3. Menjadi nominasiÂ
Ketika teman-teman di grup KPB membagikan link pengumuman nama-nama Kompasianer yang masuk kategori Kompasiana Awards 2023, saya santai saja karena lagi ngobrol dengan anak cewek di kamar.Â
Pikir saya dibuka besok saja, karena tanggal untuk voting juga belum. Ternyata Mbak Ika, begitu kami menyapanya, menyebut nama saya masuk nominasi kategori Kompasianer Paling Lestari.
Saya sampai nyuruh anak saya membuka link-nya dan cek nama, foto yang tertera.
Kata salah seorang Kompasianer di pesan pribadi, saya syok masuk nominasi. Waah ember (emang benar) sampai tak tahu harus berkata apa. Pastinya sih mengucapakan terima kasih kepada sahabat Kompasianer yang telah mendukung cerita saya di Kompasiana.Â
Dari pengalaman pribadi bertani bisa masuk nominasi. Bagi saya terkejut banget, karena sebelumnya tidak ada kategori lestari.Â
Sampai sekarang pun, saya masih merasa bermimpi. Sampai teman mengingkatkan untuk baca ulang, nanti nama dan foto orang lain. Hikhik lucu banget dia.
Oh ya, cerita dunia pertanian sejak 2021 dan pertama masuk AU cerita berjudul "Alasan Perempuan di Desa Memilih Tandur sebagai Profesi."
Akhir Kata
Terima kasih kepada sahabat semua yang telah mendukung saya. Semoga apa yang telah dan akan saya ceritakan di Kompasiana bermanfaat.Â
Jika belum vote nominasi, buruan klik nama yang sesuai pilihan hati, sepertinya berakhir masih tanggal 12 November.Â
Berikut link-nya, ya Kawan.
https://kompasianival.kompasiana.com/voting
Terima kasih telah singgah, salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H