Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beda Pilihan Capres dan Cawapres, Ciptakan Suasana Harmonis Jelang Pemilu 2024

5 November 2023   18:18 Diperbarui: 5 November 2023   18:23 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Capres dari Kompas.tv

Jelang musim panen, pekerjaan di sawah mulai berkurang. Petani biasanya hanya lihat,  mengikuti pertumbuhan tanamannya sambil ngopi di warung atau sekadar berkumpul di pinggir sawah bersama petani lain.

Pamit kepada orang rumah sih ke sawah, padahal bukan itu saja. Kalau cuma lihat sawah,  sambil ke pasar atau sambil ngarit pun sawah bisa terlihat, tidak akan pindah, hehe.

Kata suami, itu lah kepuasannya kalau lihat sawah, bisa bertemu dan rapat terbuka tentang segala hal. Apalagi jelang pemilu, waah ramai. Mereka membicarakan pilihannya.

Keramaian itu sama suami sering di bawa pulang dan menjadi bahan pembicaraan di rumah. Saya yang buta politik mau tidak mau harus menimpali sebisa mungkin.

Seperti malam itu
"TPS nanti di mana ya?" tanya suami.

"Sepertinya masih seperti dulu," sahut saya.

"Rencana mau pilih siapa? Ini ada 3 Paslon, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka," lanjut saya.

"Saya Prabowo dong, dia tegas," jawab suami.

"Menilai calon pemimpin dari  riwayat, prestasi, visi, misi atau apa gitu alasannya yang kuat agar bisa memengaruhi saya." Saya tidak puas dengan jawaban suami.

Walaupun saya sudah punya pilihan, tetapi masih pilih-pilih. Kata orang Sunda mah dibeweung diutahkeun. Itu artinya pilihan saya belum tetap, masih bisa berubah. Plin plan? Tidak juga, tepatnya masih mengumpulkan data dan niat, hehe.

"Saya itu ingin presiden 2024 bisa mendukung petani. Harga pupuk nonsubsidi terjangkau, harga harga jual hasil penen tinggi, biaya produksi rendah, subsidi pupuk ditambah."

Kata suami, "Mana ada? Yang ada semakin tinggi biaya produksi semakin tinggi pula harga jual hasil panen atau biaya produksi mahal, harga jual gabah rendah." 

Waaah ... Impas saja berarti. Sepertinya petani disuruh miskin terus kalau konsepnya begitu. Lupakan saja, faktanya tidak ada petani miskin

Foto capres dan cawapres dari Kompas
Foto capres dan cawapres dari Kompas

Pilihan Capres dan Cawapres Berbeda dengan Pasangan, Bagaimana Menyikapinya?

Perbedaan pilihan dalam iklim demokrasi sering terjadi. Baik antara pasangan, teman, tetangga. Hal ini sering kali berdampak buruk dalam hubungan jika tidak disikapi dengan dewasa. 

Paling berbahaya adalah ketika perbedaan itu dengan pasangan, anggota keluarga. Misalnya antara saya dan suami. Suami punya penilaian sendiri terhadap pilihannya. Saya pun demikian. 

Malam itu saya mendesak suami untuk memberi alasan kenapa memilih capres Prabowo dan cawapres Gibran. Sikap saya tidak baik, karena jika terus mendesak dan suami tidak terima, ada kemungkinan dia marah, akhirnya pertengkaran pun terjadi. 

Ketika ingat akan hal itu, saya diam. Saya tidak ingin terjebak dengan persoalan yang sebenarnya tidak perlu diperdebatkan. Tidak ada yang diuntungkan ketika mempertahankan satu pilihan. Yang menang tetap maju ke Istana tanpa memedulikan pertikaian rakyatnya sebagai pendukung. 

Kita boleh saja fanatik akan pilihan, tetapi jangan sampai menyudutkan pasangan atau orang lain, sehingga terjadi pertikaian, putus silaturahmi, apalagi perceraian. Harus kita sadari adalah hubungan dengan keluarga, tetangga harus tetap utuh.

Kita pun harus yakin ketiga pasangan capres dan cawapres adalah orang pilihan. Mereka terbaik di Pemilu 2024. Siapa pun yang manang dalam Pemilu, mereka pantas meneruskan program Jokowi yang belum kelar dan melaksanakan programnya sesuai janji kampanye.

Berkaca dari Pemilu sebelumnya dan bagaimana sikap Prabowo ketika kalah dari Jokowi. Mereka saling dukung membangun negeri ini. Sebagai rakyatnya masa mau bertikai gara-gara fanatik mendukung salah satu capres dan cawapres? 

Walaupun demikian, kita harus selektif memilih calon presiden. Tidak ada salahnya melek berita, cari tahu tentang calon pilihan karena satu suara sangat berarti.

Terima kasih telah membaca.

Salam.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun