Alasan Saya Menulis Dunia Pertanian di Kompasiana

Foto pribadi hasil tangkap layar

Reward dan kemenangan terbesar saya adalah dapat izin menulis dari suami, hingga sampai hari ini bisa menulis 568 artikel, walaupun AU baru 156. Ini mungkin bukan pencapaian luar biasa, tetapi bagi saya suatu keberhasilan. Berhasil melawan malas

Awal Mendapat Izin Menulis

Saya memiliki akun Kompasiana berangkat dari kelas menulis online asuhan Pak Cahyadi, begitu sapaannya. Dari awal suami audah melarang untuk tidak menulis. Selesai kelas, selesai pula dunia tulis menulis. 

Kesukaan tak bisa dilarang, hingga akhir tahun 2021, menulis masih back street, ketika suami tidur siang.  Suami melek saya pura-pura jadi istri penurut, tidak menulis, tidak pegang ponsel atau laptop. Jangan ditiru ya, tidak baik!

Eeh lama-lama suami tahu, kalau saya masih suka menulis. Agak degdegan khawatir dilarang keras lagi. Akan tetapi di luar dugaan, suami bilang, "Ya wes nulis di Kompasiana saja."

Itu kemenangan saya. Apalagi ketika dapat K-reward dari tulisan "Rest Area 456", suami ikut senang.

Foto pribadi hasil tangkap layar

Saya pun sering memperlihatkan tulisan tentang pertanian kepada suami. Dia tampak senang, karena berhasil ngajari istrinya dunia tani. Akan tetapi saya bilang,
"Ssstt ... tapi jangan suruh saya ke sawah untuk matun, tandur ya, cukup sebatas tulisan saja."

Dengan tulisan, saya berharap banyak orang yang terinspirasi dan lebih menghargai hasil pertanian, terutama beras. Pun menghargai petani kecil yang telah bersusah payah agar hasil panen melimpah. 

Wasana Kata

Perjalanan saya di Kompasiana sama seperti yang lain. Proses demi proses dijalani dengan suka cita dan tetap semangat berbagi pengalaman. 

Selamat dan terima kasih kepada Kompasiana yang telah menyiapkan ruang bersama untuk saling berbagi informasi. Usia 15 tahun dan seterusnya, semoga makin jaya dan terus memberi penghargaan kepada Kompasianer melalui Kompasianival awards.

Terima kasih telah membaca, salam.