Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Stop Penggunaan Perangkap Listrik, Berikut Cara Pengendalian Hama Tikus yang Aman

8 Oktober 2023   06:55 Diperbarui: 8 Oktober 2023   10:42 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubuk di mana ada 2 ular bersarang. Foto dokpri

Beberapa hari lalu, saya ke rumah teman yang bermukim di Ngawi. Sepanjang perjalanan saya mengagumi pesawahan yang hijau dan subur.

Namun, menurut bapak teman saya itu, di balik kesuburan tanaman padi tersebut, ada hama tikus yang susah dikendalikan. Dia sudah melakukan berbagai cara untuk membasminya. Namun tak kunjung berhasil. Sekarang petani menggunakan perangkap yang dialiri listrik atau setrum untuk mengendalikan hama tikus.

Saya sempat tersentak karena kita tahu setrum sangat berbahaya bagi manusia. Setiap tahunnya perangkap tikus listrik memakan korban. Itu sebabnya penggunaan setrum untuk membasmi tikus dilarang.

Perangkap tikus listrik di sawah dilarang. Foto dari Kompas
Perangkap tikus listrik di sawah dilarang. Foto dari Kompas

Kita masih ingat tahun 2022 sepanjang bulan Januari hingga Desember tercatat ada 8 orang meninggal dunia karena jebakan tikus beraliran listrik di Ngawi. 

"Kalau sore listrik serempak menyala, itu artinya perangkap tikus sudah aktif," lanjut si Bapak.

Saya paham, setelah lampu menyala jangan ada manusia ke sawah karena sekelilingnya sudah dipasang setrum. Ini sebagai antisipasi agar tidak terjadi kecelakaan terhadap petani. 

Bagaimana cara pengendalian hama tikus di pesawahan?

Tikus merupakan salah satu hewan pengganggu, baik di pemukiman warga, perkebunan ataupun pertanian. 

Sebagai organisme pengganggu tumbuhan (OPT), tikus memengaruhi hasil panen. Itu sebabnya berbagai cara dilakukan petani untuk membasmi hewan satu ini.

Namun, dengan dibasmi, dibunuh, keberadaan tikus malah semakin banyak. Hewan ini secara bergerombol merusak tanaman. Seperti suatu mistik, jika membunuh satu ekor, akan tumbuh seribu ekor. 

Ini bukan sebuah misteri, faktanya tikus berkembang biak sangat luar biasa dengan cara vivipar atau melahirkan. Si betina mampu melahirkan 4 sampai 8 ekor dengan masa kehamilan sekitar 21-23 hari.

Dengan mengetahui reproduksi tikus, kita bisa melakukan pencegahan yang aman. Seperti memblokir akses, perangkap, menghilangkan sumber makanan.

Sumber makanan tikus di lahan pertanian tentunya padi. Kita bisa membuat mata rantai makanan. Rantai makanan adalah proses saling memakan antar makhluk hidup. Misalnya tikus makan padi, ular/burung makan tikus. 

Ular
Tikus di sawah makin banyak, karena manusia sendiri banyak yang berburu ular, sehingga populasi ular habis. Padahal kita tahu ular sangat membantu petani untuk mengendalikan hama tikus.

Itu sebabnya ada 2 ekor ular di gubuk sawah krocoan. Ular tersebut sengaja disimpan oleh seseorang di sawahnya. Karena tidak ada tempat berteduh, gubuk saya jadi tempat bersarang dua ular tersebut.

Awal tahu ada ular di gubuk, keponakan kaget, saya pun tak berani ngisi pulsa listrik ke gubuk itu. Akan tetapi, lama-lama sudah terbiasa dengan keberadaan ular di gubuk itu, karena tidak semua ular berbisa dan berbahaya bagi manusia. 

Gubuk di mana ada 2 ular bersarang. Foto dokpri
Gubuk di mana ada 2 ular bersarang. Foto dokpri

Selain ular petani juga membuat rumah burung hantu (Rubuha) serak jawa untuk membasmi hama tikus.

Burung Tyto atau Serak Jawa

Burung Tyto atau serak jawa dikenal sebagai burung hantu. Burung ini aktif pada malam hari yang tergolong hewan predator atau pemangsa.

Burung hantu ini memiliki kelebihan dalam memakan mangsanya, terutama tikus. Dengan struktur buku yang spesial, ia mampu memangsa tikus tanpa ada suara. Selian itu pendengarannya pun tajam, sehingga dapat mendengar suara tikus walaupun jauh. Juga dapat melihat dalam kegelapan.

Menurut Kementerian Pertanian, burung hantu mampu memakan tikus 6-8 ekor dalam semalam. Ini sangat efektif untuk membasmi hama tikus di sawah. Pun aman bagi lingkungan dan manusia.

Selain dua cara di atas, kita juga bisa mencegah populasi tikus dengan bahan alami yang ada di sekitar rumah.
Bahan alami tersebut seperti buah mengkudu, pepaya, bawang putih, cengkeh, daun sirsak, daun salam, kulit durian. Caranya cukup dipotong kecil, lalu simpan di sarang tikus.
Dengan aroma yang menyengat, tikus pun tidak berani keluar dari sarangnya.

Wasana Kata

Tikus sangat merugikan petani, tetapi menguntungkan bagi hewan predator. Dengan membunuhnya secara masal, kita sama saja membunuh hewan lain. 

Mari kita sama-sama menjaga ekosistem sawah agar seimbang. Stop perangkap yang membahayakan manusia.

Semoga bermanfaat. Salam.

Bahan bacaan 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun