Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Untuk Meningkatkan Produksi Padi, Petani Gunakan Pupuk Organik dari Gedebok Pisang

3 Oktober 2023   11:02 Diperbarui: 3 Oktober 2023   14:52 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya terus memperhatikan pesawahan sepanjang jalan menuju Desa Danguk, Kabupaten Ngawi. Keindahan yang sempurna dengan hamparan tanaman padi yang masih hijau.

Saat banyak wilayah mengalami kekeringan, lahan ditanami palawija, petani di Kabupaten Ngawi serempak menerapkan pola budi daya maraton, padi, padi, padi.

Dulu pola ini dianggap mustahil karena akan memengaruhi kesuburan tanah. Sejak era Presiden Jokowi dan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, banyak petani yang menanam padi sepanjang tahun. Bahkan wilayah Bantul menerapkan pola 4 kali tanam padi.

Tidak semua kawasan bisa menerapkan pola maraton. Hanya daerah yang didukung oleh ketersediaan air, mesin pertanian,  benih, pupuk, pestisida yang dapat menerapkan pola tersebut. Juga pendistribusian yang cepat akan bahan lain yang diperlukan dalam pertanian.

Untuk daerah lain, seperti sebagian lahan di desa saya hal itu masih tidak mungkin dilakukan. Sekalipun bisa, kami harus ekstra kerja keras. 

Salah satu yang mendukung terlaksananya pola tanam maraton adalah pupuk organik. Dengan pola ini tentunya akan merusak unsur hara dan jumlah produksi padi. Untuk itu perlu adanya pemulihan dengan pupuk organik.

Manfaat Pohon Pisang bagi Pertanian 

Tiba di rumah teman, saya disambut oleh kedua orang tuanya. Setelah duduk sebentar teman masuk lagi ke dalam.

Entah apa yang si Mbak lakukan di belakang, saya malah ditemui bapaknya yang sudah sepuh. Bukan apa-apa, bapaknya si Mbak memakai bahasa Jawa halus, sementara saya tidak bisa ngobrol dengan bahasa halus.
Akhirnya bahasa yang saya gunakan campur-campur, kadang Indonesia, Jawa halus, Jawa kasar, 

"Sepanjang jalan saya perhatikan, padinya pada bagus, hijau seger. Nun sewu, jenengan nganggo rabuk nopo?"

"Tiang mriki ngagem rabuk organik saking gedebok pisang," jawabnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun