Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Keadaan Pasar Bunga Kota Madiun Dulu dan Sekarang Beda Jauh

8 September 2023   18:44 Diperbarui: 9 September 2023   01:11 1573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Bunga Kota Madiun. Foto dokpri

"Eeeh ... Mas, Mba, sini ...!"

Tiba-tiba dari arah utara, tepatnya seberang jalan, seorang ibu teriak sambil melambaikan tangan.

Suami yang mengendarai kendaraan dengan kecepatan rendah dan posisi kaca terbuka, malah menancap gas. Saya melirik ke arah suara, merasa kalau teriakan itu tertuju kepada kami.

"Itu Bu Gendut, mundur, mundur!" Suami pun menghentikan kendaraannya.

"Lha ko berhenti, mundur sedikit!" Kembali saya memberi perintah so heboh gitu. Akibat kehebohan saya, suami jadi panik dan hampir menabrak motor ketika memundurkan kendaraannya. 

Bagaimana saya tidak heboh, hampir dua tahun setelah pasar kembang pindah tidak bertemu si penjual kembang, kami memanggilnya Bu Gendut.

Pasar Bunga Stadion Willis (Lama) Tinggal Kenangan

Bagi warga Kota Madiun dan sekitarnya, Pasar Bunga yang dulunya berada di kawasan Stadion Willis tidak asing lagi. Aneka jenis tanaman hias dijual dengan harga yang cukup terjangkau. Setiap kali saya ke pasar tersebut, selalu ramai pengunjung, terutama sore hari.

Enaknya jika ke Pasar Bunga dengan mengendarai motor agar bisa masuk ke area pasar. Jika mengendarai mobil, langka sekali bisa masuk leluasa. Dengan jalan yang tidak terlalu lebar, beca, kendaraan yang kirim bunga, motor sering terparkir, pengunjung pun harus jalan kaki. 

Jalan kaki menikmati indahnya aneka bunga tak terasa capek walaupun jaraknya sekitar 600 meter. Malasnya jika dapat bunga yang disukai, kita harus tenteng bunga tersebut ke mobil.

Pasar Bunga belakang Stadion Willis. Foto dari Madiunpos.com/Abdul Jalil
Pasar Bunga belakang Stadion Willis. Foto dari Madiunpos.com/Abdul Jalil

Pasar Bunga tersebut tampak sejuk, karena area sekitarnya banyak pohon besar, pasalnya masih dekat wilayah Perhutani.

Tidak tahu persis awal mula, para pedagang tanaman hias membangun kios dan menempati area Perhutani di pinggir kali. Bahkan dijadikan tempat bermukim. Kalau sudah dijadikan tempat tinggal, otomatis ada kehidupan layaknya di rumah, mencuci, memasak, mandi, tidur, buang kotoran.

Semua aktivitas tersebut tinggal kenangan. Sejak awal 2022, pedagang pasar tanaman hias di kawasan Stadion Willis diboyong ke tempat baru, Jalan D.I. Panjaitan,Madiun. 

Pemkot melalui dinas pekerjaan umum dan penataan ruang (DPUPR) membangun 60 kios di atas lahan lahan 6.774 meter. Kios tersebut diutamakan untuk pedagang lama yang dulu berjualan di Stadion Willis.

Pasar Bunga Kota Madiun. Foto dokpri
Pasar Bunga Kota Madiun. Foto dokpri

Keadaan Pasar Bunga yang Baru

Pemkot Madiun ingin merapikan dan memberi yang terbaik bagi pedagang tanaman hias.

Berikut keadaan Pasar Bunga yang baru menurut saya:

Pasar Bunga yang baru lebih luas dan rapi, tetapi tidak untuk tempat tinggal

Dengan ukuran per kios 3,5x 7 meter, para pedagang dilarang bermukim. "Di sini tidak boleh nginep, Mbak, harus pulang," kata Bu Gendut. "Tapia man ko walaupun tidak ditunggu," lanjutnya lagi.

Hal ini sejalan dengan pesan Wali Kota Maidi saat meresmikan dua tahun lalu, 15/12/2021. Tidak bisa dipungkiri jika dimanfaatkan tempat tinggal, akan kumuh. Untuk menjaga keasrian dan keamanan, Pasar Bunga telah dilengkapi pos penjagaan, ruang sekretariat, kamar mandi, musala, dan kantin.

Situasi Pasar Bunga yang baru, luas, tetapi sepi. Foto dokpri/Sri RD
Situasi Pasar Bunga yang baru, luas, tetapi sepi. Foto dokpri/Sri RD

Pasar Bunga yang baru lebih luas dan rapi, tetapi panas

Cuaca panas sekitar pasar tanaman hias juga dikeluhkan pedagang. Selain saat ini memang sedang musim panas ektrem, area pasar tersebut tidak sejuk seperti pasar yang lama.

Saya menilai hal ini karena depan kios belum ada pohon besar yang rindang. Kios ini pun tidak saling berhadapan. Kios hanya satu jalur sebelah utara, sementara sebelah selatan pemilik bebas menaruh tanamannya asal tertata rapi. Selain itu, jalan paving juga menjadi penyebab panasnya udara sekitar Pasar Bunga.

Suasana siang di Pasar Bunga Kota Madiun. Foto dokpri/Sri RD
Suasana siang di Pasar Bunga Kota Madiun. Foto dokpri/Sri RD

Pasar Bunga yang baru lebih luas dan rapi, tetapi sepi

Pasar Bunga sepi pengunjung. Mungkinkah? Ketika saya ke Pasar Bunga, tampak sepi, hanya ada beberapa pengunjung dan 2 mobil yang menurunkan tanaman hias.

Tampak sepi mungkin saya datang terlalu siang, sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Waktu siang memang bukan waktu yang bagus untuk belanja apalagi menanam bunga.

Pada umumnya warga akan menanam bunga pada sore hari, bisa jadi membeli tanaman hias pun pada sore hari. 

Walaupun sepi, menurut Bu Gendut, setiap harinya selalu ada pembeli. Kalau sudah niat dan suka bunga, walaupun panas, tetap akan datang ke Pasar Bunga, mungkin seperti saya kemarin, siang hari pun datang ke pasar itu.

Aneka bunga hias yang saya beli dari Bu Gendut. Foto dokpri/Sri RD
Aneka bunga hias yang saya beli dari Bu Gendut. Foto dokpri/Sri RD

Teri kasih telah singgah, salam. 

#Sri Rohmatiah Djalil

Bahan bacaan 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun