Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ratusan Jemaah Haji 2023 Meninggal, Cari Tahu Penyebabnya

9 Agustus 2023   15:15 Diperbarui: 10 Agustus 2023   14:09 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas haji dari media ketika wawancara di lobi hotel Taiba Madinah

Kloter 88 embarkasi Surabaya telah tiba di tanah air pada tanggal 4 Agustus 2023. Tiga puluh Jemaah tambahan dari Kabupaten Madiun pun disambut hangat keluarganya di Pendopo.

Dengan demikian kepulangan seluruh jemaah haji Indonesia telah selesai dan menyisakan kisah bahagia sekaligus pilu. Pasalnya dari perjalanan panjang operasional haji yang mencapai 72 hari tercatat ada 773 jemaah meninggal dunia.

Dari data di atas jemaah meninggal mayoritas  lansia, usia di atas 65 tahun.  Hal ini karena jemaah haji tahun ini pun kebanyakan lansia.

Misalnya kloter 15 SUB Surabaya tercatat ada 2 orang yang meninggal setelah selesai Armuzna. 

Penyebab ratusan jemaah haji meninggal  

Petugas haji dari media ketika wawancara di lobi hotel Taiba Madinah
Petugas haji dari media ketika wawancara di lobi hotel Taiba Madinah

Jumlah jemaah haji meninggal dunia tahun 2023 adalah terbesar sejak 2015. Hal ini tentu ada sebabnya. 

Kematian tidak bisa dihindari, karena sudah ditakdirkan. Namun, ikhtiar untuk tetap sehat menjalankan ibadah haji wajib. 

Berikut penyebab jemaah haji meninggal di Suadi Arabia berdasarkan pengamatan saya dan beberapa sumber. 

1. Sakit

Mengutip dari kompas, penyebab kematian jemaah haji di Arab Saudi menurut Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) Haji Kementerian Kesehatan Liliek Marhaendra Susilo salah satunya karena penyakit.

Penyakit tersebut, yaitu sepsis, syok kardiogenik dan infark miokard akut (serangan jantung).

Syok kardiogenik disebabkan oleh jantung yang tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh.

Sepsis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh melawan infeksi secara berlebihan dan tidak terkendali.

2. Kelelahan

Padatnya aktivitas beribadah di Mekah dan Madinah pemicu jemaah kelelahan. 

Banyak jemaah yang mengejar pahala, tanpa memperhatikan kekuatan fisik. Mereka berlomba melaksanakan sunnah. Ketika puncak haji, mereka kelelahan. Padahal puncak haji membutuhkan fisik, mental lebih banyak lagi.

Kelelahan juga bisa memengaruhi kesehatan jemaah, terutama lelah saat di Armuzna. Banyak jemaah yang sakit dan meninggal.

3. Tersesat

Tersesat tak tahu jalan ke maktab sepertinya bukan dialami lansia saja. Saya membaca seorang jemaah yang masih muda membagikan kisahnya. Kurang lebih seperti ini,

"Halah jarak ke masjid cuma 15 meter, ora mungkin kesasar. Ternyata kesasar juga," kata salah satu Jemaah.

Memang benar hotel kami di depan pintu gerbang masjid Nabawi nomor 309, nomor pintu masjid 8. Sekali pun berputar-putar di area masjid, nama hotel akan keliatan dan mudah mencarinya. Ini jika kondisi jemaah tidak melamun dan bisa membaca.

Walaupun dekat bagi lansia ini tantangan berat. Mereka tidak dapat memberi tanda di mana hotel, terkadang nama hotel pun tidak tahu.

Terlebih saat di Armuzna. Banyak jemaah tersesat jauh, hingga sampai tenda kelelahan dan sakit.

Ada pula yang tidak ditemukan, seperti salah seorang lansia asal Majalengka. 

Saya bersama 3 jemaah pernah hampir tersesat sepulang lempar jumrah, karena ketinggalan rombongan. Bertanya kepada polisi Arab, mereka tak tahu maktab kami. Akhirnya kami berhenti di perempatan, menunggu petugas haji lewat atau jemaah lain. 

 4. Cuaca ektrem

Cuaca ektrem memengaruhi kesehatan fisik jemaah. Dengan suhu sekitar 45 derajat dan kelembaban di bawah, wajah terasa panas.

Panas ektrem juga langsung terdampak pada telapak kaki jika tak beralas kaki.

Seperti yang dialami salah seorang jemaah laki-laki di bawah ini. Kedua telapak kakinya melepuh sejak di Arofah.

Ketika di Mina saya sempat merawatnya sebelum petugas haji datang. Dengan kedua kaki terbakar, dia tidak berjalan ke kamar mandi, akhirnya kencing, buang air besar di kasur. 

Awalnya saya tidak tahu, jika kasurnya penuh dengan kotoran begitu juga sarung, kain ihram. 

Tiga kasur kecil itu saya gulung dan dimasukkan ke plastik sampah. Sementara si bapak saya suruh merangkak ke kursi roda yang telah saya bungkus dengan plastik sampah. 

"Mbah, nanti sarung, celana yang dipakai ini masukkan ke plastik ini, buang saja ya. Sebentar petugas haji lagi cari bantuan untuk mengantar ke kamar mandi," ucap saya.

Satu malam, Mbah tidur tidak memakai kasur, hanya karpet yang telah saya sikat dengan sabun cair. Di sebelahnya sudah disiapkan plastik sampah besar. 

Sepulang dari Mina, Mbah itu sakit dan meninggal 3 hari kemudian.

Foto kaki terbakar dari salah seorang jemaah lansia yang lupa tidak memakai alas kaki. Foto dokpri.
Foto kaki terbakar dari salah seorang jemaah lansia yang lupa tidak memakai alas kaki. Foto dokpri.

5. Susah makan

Kita tahu lansia itu tidak memiliki gigi, jika pun ada hanya 1 atau 2. Sementara makanan dari pemerintah adalah nasi, daging, sayuran tanpa kuah. Ini sangat menyulitkan lansia makan. Jalan pintas adalah memakan mie atau beli bubur di pasar.

Selain makanan yang keras, buah-buahan pun tidak bisa dikonsumsi, kecuali pisang. Tidak makan, kurang asupan gizi, ini menyebabkan lansia banyak yang sakit, karena kekebalan tubuhnya menurun.

Petugas haji kloter 15 sampai membuatkan bubur sumsum untuk jemaahnya. Akan tetapi itu pun tidak setiap hari, karena mereka pun harus mengurus kesehatan Jemaah lainnya.

6. Penyakit bawaan

Sangat jarang sekali, lansia tanpa penyakit bawaan. Pada umumnya jemaah lansia memiliki penyakit yang dibawa dari tanah air. 

Penyakit yang biasa dibawa sejak dari kampung adalah diabetes, jantung, darah tinggi, pengapuran. 

Mereka harus berjuang melawan rasa sakit agar sehat. Teman satu kamar, setiap hari suntik insulin, obat-obatan bawa sendiri.

Penyebab meninggalnya lansia mungkin masih banyak lagi. Apapun sebabnya, semoga menjadi perhatian pemerintah agar tahun berikutnya tidak bertambah.

7. Lemah pengawasan

Ada beberapa yang saya perhatikan dengan selogan ramah lansia. Sebenarnya pemerintah belum siap memberangkatkan ribuan lansia untuk berhaji.

Saya dulu berpikir, tim kesehatan puskesmas tidak akan meloloskan suami berangkat karena alotnya memutuskan. Saya sampai tiga kali datang ke puskesmas menanyakan hasil kesehatan suami, karena tanda tangan dokter harus segera di bawa ke Kemenag.

Alasan pihak puskesmas, hasil medical check-up belum dikirim dari laboratorium. Saya jugjug laboratorium. Ternyata sudah dikirim ke puskesmas satu hari sebelumnya. Saya tanyakan lagi ke suster, jawabnya "dokter masih musyawarah."

Itu artinya, kesehatan jemaah sangat penting agar tidak terjadi risiko. Namun, ketika menyaksikan banyak lansia yang mengidap penyakit bisa berangkat haji. Syarat kesehatan tidak ketat.

Saya berharap medical check-up benar-benar menjadi pertimbangan untuk jemaah bisa melaksanakan haji.

Foto di Madinah selesai ziarah ke Raudhah. Dokpri 2023
Foto di Madinah selesai ziarah ke Raudhah. Dokpri 2023

Penutup

Seperti kita ketahui kuota haji tahun 2023  prioritas lansia, dengan demikian tagline haji 1444H atau 2023 M adalah haji ramah lansia.

Usia di atas 65 tahun, dari kesehatan, kekuatan fisik dan mental sudah berkurang. Sementara baik pemerintah atau keluarga tidak punya hak melarang seseorang untuk beribadah. Saya pun jika dilarang pergi beribadah haji walaupun kondisi tidak sehat, sepertinya akan protes.

Sementara perjalanan ibadah haji itu sangat panjang membutuhkan energi dan pikiran yang lebih. Tidak heran jika banyak lansia yang kelelahan, bahkan meninggal.

Dengan banyaknya lansia yang meninggal saat berhaji,  perlu evaluasi dari pemerintah juga masyarakat. 

Memang benar, terkait usia seseorang tidak ada yang tahu, di mana saja, kapan saja manusia akan menghadap Sang Pencipta. Namun, ikhtiar untuk kesehatan umat juga wajib.

Terima kasih telah membaca, semoga bermanfaat untuk jemaah yang akan berangkat. Persiapkan kesehatan fisik. Bangun kebiasaan baik.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun