"Biaya haji reguler mahal, belum biaya lain-lainnya. Saya mampu tidak ya kalau dipanggil." Pernyataan itu saya dengar dari kerabat ketika tahu biaya pelunasan ibadah haji dan lain-lain yang saya keluarkan.
Besaran biaya, memang menjadi momok mengerikan dalam segala hal. Akan tetapi untuk beribadah haji kemampuan financial tidak menjadi tolok ukur untuk bisa berangkat haji. Ketika Allah telah memilih tamu-Nya, semua akan dimampukan dengan jalan-Nya. Kita tidak tahu dengan cara apa.
Pastinya ketika sudah niat berhaji ada ikhtiar agar bisa melunasi biaya perjalanan ibadah haji (Bipih). Selain Bipih ada biaya lain yang harus disiapkan jemaah sebelum, selama di Arab Saudi dan tiba di rumah.
Biaya lain-lain ini juga yang menjadi pertimbangan banyak jemaah, sehingga tahun 2023 banyak yang menunda perjalanan hajinya.
Seperti calon jemaah haji cadangan tiga di Kabupaten Madiun, dari 86 jemaah yang berhak lunas, hanya 45 jemaah yang melunasi termasuk saya.Â
Tentunya, alasan jemaah menunda keberangkatan haji, bukan masalah keuangan saja, tetapi ada banyak faktor, seperti kesehatan, tidak ada pendamping atau lainnya.
Menunda keberangkatan selama tidak membatalkan, tahun depan akan menjadi calon jemaah yang berhak melunasi. Akan tetapi nilai pelunasan mengikuti keputusan terbaru, kecuali lunas tunda.
Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) Tahun 2023
Untuk besaran Bipih setiap embarkasi berbeda, mulai dari Rp44.364.357,26 hingga Rp55.928.458,26.
Perbedaan ini ditentukan dari jenis pesawat dan biaya operasional bandara.
Hal ini seperti dijelaskan Direktur Pengelolaan Dana Haji dan Sistem Informasi Terpadu (Sihdu) Kemenag, Jaja Jaelani kepada kompas, 10/04/2023.
Berikut ini besaran Bipih jemaah haji tahun 2023, sebagaimana saya kutip dari laman Kemenag, 2023:
1. Embarkasi Aceh sebesar Rp44.364.357,26
2. Embarkasi Medan sebesar Rp45.2O1.652,26
3. Embarkasi Batam sebesar Rp47.429.308,26
4. Embarkasi Padang sebesar Rp46.044.85O,26
5. Embarkasi Palembang sebesar Rp 48.005.008,26
6. Embarkasi Jakarta (Pondok Gede) sebesar Rp 51.338.008,26
7. Embarkasi Jakarta (Bekasi) sebesar Rp 51.338.008,26
8. Embarkasi Solo sebesar Rp 49.893.98I,26
9. Embarkasi Surabaya sebesar Rp55.928.458,26
10. Embarkasi Balikpapan sebesar Rp50. Bup792 .20I,26
11. Embarkasi Banjarmasin sebesar Rp 50.753.057,26
12. Embarkasi Makassar sebesar Rp52.182.703,26
13. Embarkasi Lombok sebesar Rp 51.268.349,26
14. Embarkasi Kertajati sebesar Rp 52.837.858,26
Berdasarkan data di atas, Bipih paling besar adalah Jawa Timur. Hal ini karena pesawat yang digunakan adalah Saudi Arabia. Untuk pelayanan selama tinggal di Madinah, Mekah dan Armuzna, setiap jemaah sama.Â
Biaya Lain-lain bagi Jemaah Haji Reguler
Dengan Bipih yang cukup tinggi dan ada jaminan makan sehari tiga kali, mungkin kita berpikir sudah tidak ada biaya lagi. Ternyata di luar membeli oleh-oleh, masih ada biaya lain-lain yang harus disiapkan.
Berikut biaya lain-lain yang wajib dikeluarkan jemaah haji:
Pertama, biaya pembuatan paspor
Paspor diperlukan bagi setiap orang yang hendak bepergian ke luar negeri termasuk berhaji atau umroh. Biaya pembuatan paspor haji sama dengan paspor umum karena termasuk dalam daftar tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Keimigrasian yang sudah ditetapkan pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2019.
Berdasarkan PP No. 28 Tahun 2019 tersebut, biaya pembuatan paspor biasa 48 halaman, Rp350.000,00 per permohonan. Paspor elektronik 48 Halaman, Rp650.000 per permohonan.
Pembuatan atau memperpanjang paspor tidak sulit. Waktu itu saya membawa pengantar dari Kemenag dan paspor lama yang masa berlakunya tinggal 5 bulan. Syarat lain adalah E-KTP, Kartu Keluarga, Ijazah SD/Ijazah SMP/Ijazah SMA/Buku nikah/Akte Lahir/Surat Babtis.
Setelah mengisi formulir dan menyertakan fotocopy semua persyaratan, kita langsung wawancara dan pengambilan foto diri. Paspor akan selesai 3 hari setelah pembayaran. Pembayaran bisa melalui kantor pos, bank.
Kedua, biaya medical check up
Medical check up adalah tes kesehatan bagi semua Jemaah untuk mengetahui kondisi kesehatan secara menyeluruh.Â
Tes kesehatan ini dilakukan di laboratorium yang ditunjuk puskesmas kecamatan di mana jemaah tinggal.
Biaya untuk medical check up di setiap laboratorium mungkin berbeda. Untuk gambaran, saya melakukan medical check up dengan biaya Rp750.000. Suami juga demikian.
Hasil dari medical check up akan dikirim oleh laboratorium ke puskesmas untuk dievaluasi dan dibuatkan kartu kuning
Ketiga, biaya dam
Dam dalam konteks ibadah haji adalah denda bagi jemaah yang tidak melaksanakan kewajiban haji dan umroh atau melanggar larangan. Bagi Jemaah haji Indonesia dam dilakukan karena melaksanakan ibadah haji tamatu atau haji qiran.
Haji Qiran dilakukan jemaah dengan menyatukan niat haji dan umrah bersamaan. Sedangkan haji Tamattu dilakukan dengan mengerjakan ibadah umrah terlebih dahulu, lalu haji.Â
Saya dan jemaah lain melaksanakan haji tamattu dengan besaran dam 600 real setara dengan Rp2.520.000 (satu real dihitung Rp4.200).
Sementara untuk besaran dam karena melanggar wajib haji, saya kurang memahaminya karena tidak melanggar larangan.Â
Dam atau denda ini tidak berlaku pada jemaah yang meninggalkan rukun haji, sebab rukun adalah hal yang apabila dilanggar atau ditinggalkan maka haji yang dilaksanakan tidak sah menurut syariat.
Pembayaran dam dilakukan di kota Mekkah, bukan di madinah ataupun di tanah air.
Keempat, biaya jasa dorong bagi pengguna kursi roda
Bagi lansia atau difabel yang tidak dapat berjalan bisa menggunakan kursi roda saat tawaf dan sai.Â
Ada layanan jasa resmi pendorong kursi roda di Masjidil Haram. Layanan ini bisa dimanfaatkan jemaah saat melaksanakan tawaf dan sai.
Jangan heran saat musim haji biaya dorong kursi roda melonjak naik. Seperti suami saya ketika memakai jasa dorong, biayanya mencapai 1.450 real satu paket dengan rincian: Umroh wajib 350 real, umroh Ifadhoh 700 real dan tawaf wada 400 real. Besaran di atas sewaktu-waktu berubah.
Kelima, biaya hidup selama di Arab Saudi
Wow, bukannya selama di Arab Saudi jemaah dijamin pemerintah mulai dari makan, bus, sakit dan ada uang living cost? untuk apa mempersiapkan dana tambahan?
Benar semua sudah diatur, jemaah haji tinggal fokus ibadah. Namun, ternyata sebagai warga Indonesia, living cost (biaya hidup) sebesar 730 real atau setara dengan Rp3.030.000 tidak cukup. Hal ini karena ada kebiasaan di kampung yang tak bisa ditinggalkan, yakni belanja, ngopi di waktu pagi.Â
Apalagi di depan hotel ada pasar dadakan yang menjual aneka masakan Indonesia. Selesai salat subuh pasar itu diserbu jemaah dari berbagai hotel.Â
Anggap saja satu hari kita jajan minimal 10 real atau setara Rp42.000. Jika dikalikan 30 hari, berapa uang jajan selama berhaji? Rp1.260.000 bukan?Â
Living cost sebesar 730 real dipotong uang dam 600 real, berarti jemaah punya sisa uang 130 real atau setara dengan Rp546.000. Kalau untuk jajan sendiri selama satu bulan dan makan 3 hari saat tidak mendapat jatah dari pemerintah, saya rasa cukup. Akan tetapi jika jajan terus, tentunya kurang.
Selain itu ada biaya lain di luar dugaan, yakni biaya taxi. Saat menunggu puncak haji, sebagian jemaah ada yang ingin umroh sunnah berkali-kali dan biaya tidak ditanggung pemerintah atau KBIHU. KBIHU hanya menyediakan umroh sunnah gratis satu kali dan ziarah sekitar Madinah dan Mekah dengan mobil salawat.
Untuk umroh sunnah secara mandiri, para jemaah bisa mengambil miqot di Tan’im, hudaibiyah dan Ji’ronah. Untuk menuju ketiga tempat miqot tersebut, biaya taxi ditanggung para jemaah.Â
Misalnya, satu taxi terisi 8 orang dengan ongkos 200 real. Masing harus membayar 25 real.
Selain umroh sunnah, KBIHU juga mengadakan ziarah tambahan ke luar Mekah seperti kota Toif atau tempat ziarah lainnya. Ziarah ini tentunya tidak gratis. Pengalaman saya saat itu iuran sebesar 65 real berikut makan siang dan ambil miqot di Ji'norah.
Akhir Kata
Biaya sebelum dan selama berhaji antar jemaah tidak sama, terutama biaya untuk jajan, beli oleh-oleh, ziarah, umroh sunnah.Â
Kita bisa menekan pengeluaran selama di Mekah dengan menyesuaikan uang yang dibawa, juga kemanfaatan dari barang yang hendak dibeli.
Selain itu, sebaiknya jemaah membawa bekal makanan yang biasa dikonsumsi dari tanah air. Sebagai contoh barang tersebut adalah, mie gelas, abon, cemilan, kopi, gula, teh, susu serbuk, sabun cuci, sabun mandi batangan, pasta gigi, softex, pempes, topi dan lain sebagainya. Pastikan makanan tersebut cukup untuk satu bulan.
Pengalaman saya, karena tidak ada waktu untuk belanja makanan di Madiun, semua kebutuhan membeli di Madinah dan Mekah. Ternyata harganya 4 kali lipat. Misalnya Indomie, di sana harganya 2 real per bungkus setara dengan Rp8.400, begitu pun dengan makanan lain.
Saya ditawari mie oleh teman satu kamar, tetapi cukup satu kali menerima ketika baru datang ke hotel. Selebihnya usahakan membeli.Â
Untuk cemilan saya lebih memilih roti seven, roti tawar gandum, kentang, telur rebus, kurma dan kacang-kacangan.
Saya memilih makanan tersebut karena pengalaman pertama membeli makanan lain dalam waktu berbeda, seperti baso, tumis kangkung, bakwan, uraban, ternyata diare. Seharian bolak balik ke kamar mandi.
Semoga cerita ini bermanfaat dan pastikan berapa pun pengeluaran niatkan ibadah.Â
Salam,Â
Terima kasih telah membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H