Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jemaah Haji Reguler Telantar? Berikut Kisah Saya

25 Juli 2023   16:27 Diperbarui: 26 Juli 2023   15:02 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teringat beberapa pekan lalu, tepatnya tanggal 12 Zulhijah, ada banyak pesan pribadi masuk. Mereka menanyakan keadaan saya dan suami di Arab Saudi. Intinya kerabat khawatir karena banyak berita yang mengatakan jemaah haji telantar. 

Selama di Arofah, Muzdalifah, Mina (Armuzna), terutama di Muzdalifah banyak jemaah yang merasa telantar, Hal ini karena cuaca panas yang ektrem dan evakuasi jemaah terlambat. Kabarnya bus yang mengangkut para jemaah terjebak macet. 

Hasil tangkap layar. Pesan dari sahabat yang menanyakan kabar. 
Hasil tangkap layar. Pesan dari sahabat yang menanyakan kabar. 

Selain itu, permasalahan lain adalah layanan konsumsi yang tidak ada di Muzdalifah. Sehingga banyak jemaah kehausan dan kelaparan. 

Dari berita tersebut, saya ingin berbagi kisah terkait layanan konsumsi bagi para jemaah haji khususnya kloter 15 embarkasi Surabaya.

Saya meyakini setiap orang atau setiap kloter memiliki pengalaman yang berbeda saat berhaji. Perbedaan itu bisa untuk pembelajaran calon jemaah tahun berikutnya.

Bagaimana konsumsi jemaah haji reguler saat di hotel?

Makanan sering kali menjadi permasalahan sebagian jemaah, mulai dari menu, rasa, jam distribusi. 

Saya sering melihat jemaah tidak menghabiskan makanannya. Entah itu menu yang tidak cocok atau masih kenyang. Malam hari sekitar pukul 22.00 waktu setempat, sisa lauk-lauk terutama ayam, saya kasihkan kepada kucing yang berkeliaran di taman depan hotel Taiba, Madinah.

Sebenarnya jika kita beradaptasi dengan menu, rasa masakan yang disajikan, tidak ada istilah kelaparan atau lauk sisa. Pendistribusian konsumsi pun aman saja, kami tidak sampai kelaparan. 

Pernah satu kali, makan malam dikirim pukul 02.00 waktu setempat, alasannya untuk kloter 15 menunya salah. Makan malam tersebut, kami makan pagi hari setelah salat subuh. 

Jatah makan selama di Arab Saudi tiga kali sehari, kecuali pada tanggal 7 dan 14, 15 Zulhijah. Selama tiga hari itu tidak ada jatah makan. Hal ini karena jalan menuju pemondokan mulai macet, sehingga layanan distribusi katering terkendala. 

Untuk jemaah yang ikut Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh (KBIHU) Multazam sepakat memesan nasi melalui KBIHU dengan harga sebesar Rp15 real per porsi. Tidak ada paksaan, jemaah bisa memasak sendiri atau membeli di pasar kaget, bawah jalan layang.

Jatah makan para jemaah diambil di restoran hotel oleh ketua rombongan (Karom), karu (Ketua regu) masing-masing. Untuk satu kloter ada 10 rombongan dan satu rombongan ada 45 jemaah. Satu rombongan dibagi 4 regu dengan jumlah anggota minimal 11 orang termasuk ketua regu. Jatah makan para Jemaah diantar oleh Karom dan Karu ke kamar Jemaah.

Layanan katering saat Armuzna bermasalah?

Foto dokumen pribadi saat makan di tenda Arofah
Foto dokumen pribadi saat makan di tenda Arofah

Petugas haji kloter dan KBIHU telah memberi gambaran bagaimana nanti di Armuzna, mulai dari tenda, jumlah kasur, distribusi makanan, toilet, perlengkapan pribadi yang harus dibawa.

Hal ini untuk antisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan. Petugas kesehatan pun sering woro-woro cara mencegah dehidrasi di tengah cuaca ektrem saat Armuzna.

Selain itu petugas kloter pun memberi tahu jam berapa kira-kira jemaah berangkat dan meninggalkan wilayah Arofah, Muzdalifah, Mina. Dengan mengetahui jadwal kegiatan, kita bisa mempersiapkan keperluan yang harus dibawa, mulai dari makanan, pakaian, obat-obatan.

Layanan catering di Arofah

Petugas dari Mashariq membagikan buah temgah malam. Foto dokpri
Petugas dari Mashariq membagikan buah temgah malam. Foto dokpri

Saat di Arofah, kami mendapat makan sehari tiga kali. Ada pula bingkisan yang isinya gula, kopi kapal api, teh celup, cream, semuanya sekitar 6 sachet. Selain itu kami juga diberi gelas, sendok, kecap manis dan saus sambal ukuran 135 ml. Ini cukup untuk di Arofah dan Mina.

Jelang berangkat ke Muzdalifah, jemaah mendapatkan air mineral 1 liter, makanan ringan, buah-buahan. Makanan tersebut untuk bekal selama di Muzdalifah karena selama mabit (bermalam) di sana tidak ada jatah makan.

Saat di Arofah, jam makan dan pendistribusian tidak teratur seperti di Mekah. Biasanya Karom, Karu mengambil dan membagikan makan ke jemaah. Ketika di Arofah, petugas haji kloter mengantri, mengambil di dapur umum.

Saya dan jemaah lain, panggil saja Bu Win, Bu Rahayu dan masih banyak lagi, ikut membagikan nasi kotak ke para jemaah perempuan. Pasalnya kami duduk di dekat pintu dan mendengar teriakan bapak yang membawa ratusan kotak nasi.

“Yang muda-muda, tolong bantu bagikan nasi ke jemaah!” Kami tidak ingin dianggap tua, hehe ... makanya cepat-cepat berdiri ikut membagikan nasi.

Ketika kami mendapat makan, seringkali porsi berbeda. Misalnya saya mendapat nasi sedikit sekitar 4 sendok makan, sedangkan dagingnya banyak. Berbeda dengan teman, dia mendapat nasi jumbo, ikannya sedikit. Teman lain mendapat daging besar, tetapi daging masih mentah dan alot.

Keterlambatan dalam pendistribusian konsumsi sudah disampaikan pembimbing haji kloter kepada pihak Mashariq dan mereka minta maaf dengan datang langsung ke tenda kami. Saya tidak sempat mengabadikan moment kunjungan tersebut.

Setelah itu datang petugas dapur umum ke tenda membawa berbagai macam buah dan dibagikan kepada jemaah yang sedang istirahat. Pembagian buah-buahan tersebut menurut saya tidak tepat karena sudah tengah malam dan jemaah sudah siap berangkat ke Muzdalifah.

Layanan katering di Mina

Foto dokumen pribadi, kotak nasi jatah haji reguler
Foto dokumen pribadi, kotak nasi jatah haji reguler

Ketika jemaah haji mabit di Muzdalifah tidak ada jatah makan, karena hanya singgah semalam. Selesai salat subuh diangkut ke Mina dan mendapat sarapan di sana. Namun, proses menuju Mina terhambat.

Bus yang membawa jemaah mengalami kemacetan, sehingga penjemputan berikutnya lambat. Sementara jemaah sudah kehabisan air dan makanan yang dibawa dari Arofah. 

Sekitar pukul 13.30 waktu setempat, jemaah sudah bisa dievakuasi ke Mina walaupun bus yang mengangkut mereka tidak sesuai dengan nomor maktab. Situasi ini pula membuat jemaah kebingungan mencari tenda di Mina.

Para jemaah tiba di Mina sudah siang. Saya tiba di Mina sejak pagi, karena ikut bus lansia pengguna kursi roda tentunya sudah sarapan, ganti pakaian. 

Saya melihat teman-teman masuk tenda tidak karuan. Ada yang minta air, makan, tempat untuk rebahan, sementara di dalam tenda sudah penuh, sesak.

Saya pun keluar tenda menuju tenda laki-laki (masih satu KBIHU) mencari nasi untuk jemaah perempuan. Setelah mendapat izin dari jemaah yang menjaga kotak nasi, saya pun membagikannya kepada jemaah yang baru datang dari Muzdalifah. Selain nasi ada juga susu UHT, air mineral, jeruk. 

Hari pertama di Mina, 10 Zulhizah layanan makan tidak teratur, ditambah tenda tidak bisa menampung jemaah, terutama tenda perempuan.

Namun, kami tidak sampai mabit di luar tenda, karena petugas haji segera memindahkan sebagian jemaah perempuan ke tenda KBIHU lain yang masih longgar. Ada juga jemaah yang pindah secara mandiri. 

Jemaah yang pindah sendiri ke tenda lain ini lah yang sering tidak mendapat jatah makan, karena petugas tidak tahu mereka pindah ke mana. Apalagi ada jemaah yang memutuskan di bawah jalan layang. 

Akhir Kata

Situasi antri di toilet wanita, Mina. 2023. Foto dokpri
Situasi antri di toilet wanita, Mina. 2023. Foto dokpri

Dari peristiwa yang saya dan teman-teman alami. Saya teringat pesan pimpinan KBIHU Multazam, KH. Mustaqim Basyari. di sela-sela ceramahnya. Kita merasa susah, telantar karena sudah merasakan nikmat, kesenangan. Jadi bisa membandingkan bagaimana telantar dan tidak. 

Misalnya, ketika naik bus berdesakan, kita merasa susah karena terbiasa naik kendaraan pribadi. Sejatinya susah senang, suka duka adalah nikmat, ujian yang harus disyukuri.

Coba tengok ke belakang (kalau ke depan bukan tengok ya? He he ... Tahun-tahun sebelumnya mungkin ujian berhaji lebih berat dari ini. Mereka harus masak, tenda di Arofah, Mina tanpa alas kasur, kamar mandi sedikit, jauh pula.

Tidak perlu membandingkan situasi berhaji dengan keadaan di rumah atau hotel karena tidak sebanding. Pahala dan ujiannya pun tidak sebanding. Begitu yang saya tangkap dari isi ceramah Mbah Kyai, sapaan pimpinan KBIHU Multazam.

Selama berhaji, saya tidak merasa telantar, karena selalu adaptasi. Ketika di rumah tidak makan mie instan, saat itu kenapa tidak? Saya rasa saat Armuzna makanan berlimpah. Setiap tenda ada lemari es yang isinya air mineral. Ada juga tempat merebus air untuk membuat kopi, susu, teh, mie. 

Namun, untuk pihak terkait termasuk Mashariq, perlu evaluasi dan memperbaiki layanan haji berikutnya. Secara umum pemerintah RI dan Mashariq telah berhasil melayani para jemaah, kesalahan-kesalahan dikit, saya rasa wajar. Kita tidak perlu panik, membuat gaduh. Semua bisa ditanyakan secara baik-baik. Jangan sampai karena kurang tahu jadi malu, seperti berita di Kompas

Untuk diketahui, Mashariq singkatan dari Motawif Pilgrims for Southeast Asian Countries Co, merupakan perusahaan penyedia layanan konsumsi, akomodasi dan transportasi bagi jemaah asal Asia Tenggara.

Dalam keterangan di laman Kementerian Agama, Mashariq bekerja sama dengan pemerintah Arab Saudi dan pemerintah negara asal jemaah haji. Mashariq menunjuk subkontraktor untuk menjadi operator penyedia layanan, termasuk layanan katering.

Semoga bermanfaat. 

Petugas dapur dari Mashariq menuju tenda untuk membagikan buah-buahan. Foto dokpri
Petugas dapur dari Mashariq menuju tenda untuk membagikan buah-buahan. Foto dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun