Pernah satu kali, makan malam dikirim pukul 02.00 waktu setempat, alasannya untuk kloter 15 menunya salah. Makan malam tersebut, kami makan pagi hari setelah salat subuh.Â
Jatah makan selama di Arab Saudi tiga kali sehari, kecuali pada tanggal 7 dan 14, 15 Zulhijah. Selama tiga hari itu tidak ada jatah makan. Hal ini karena jalan menuju pemondokan mulai macet, sehingga layanan distribusi katering terkendala.Â
Untuk jemaah yang ikut Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh (KBIHU) Multazam sepakat memesan nasi melalui KBIHU dengan harga sebesar Rp15 real per porsi. Tidak ada paksaan, jemaah bisa memasak sendiri atau membeli di pasar kaget, bawah jalan layang.
Jatah makan para jemaah diambil di restoran hotel oleh ketua rombongan (Karom), karu (Ketua regu) masing-masing. Untuk satu kloter ada 10 rombongan dan satu rombongan ada 45 jemaah. Satu rombongan dibagi 4 regu dengan jumlah anggota minimal 11 orang termasuk ketua regu. Jatah makan para Jemaah diantar oleh Karom dan Karu ke kamar Jemaah.
Layanan katering saat Armuzna bermasalah?
Petugas haji kloter dan KBIHU telah memberi gambaran bagaimana nanti di Armuzna, mulai dari tenda, jumlah kasur, distribusi makanan, toilet, perlengkapan pribadi yang harus dibawa.
Hal ini untuk antisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan. Petugas kesehatan pun sering woro-woro cara mencegah dehidrasi di tengah cuaca ektrem saat Armuzna.
Selain itu petugas kloter pun memberi tahu jam berapa kira-kira jemaah berangkat dan meninggalkan wilayah Arofah, Muzdalifah, Mina. Dengan mengetahui jadwal kegiatan, kita bisa mempersiapkan keperluan yang harus dibawa, mulai dari makanan, pakaian, obat-obatan.
Layanan catering di Arofah
Saat di Arofah, kami mendapat makan sehari tiga kali. Ada pula bingkisan yang isinya gula, kopi kapal api, teh celup, cream, semuanya sekitar 6 sachet. Selain itu kami juga diberi gelas, sendok, kecap manis dan saus sambal ukuran 135 ml. Ini cukup untuk di Arofah dan Mina.
Jelang berangkat ke Muzdalifah, jemaah mendapatkan air mineral 1 liter, makanan ringan, buah-buahan. Makanan tersebut untuk bekal selama di Muzdalifah karena selama mabit (bermalam) di sana tidak ada jatah makan.