Kami menuju Muzdalifah jelang tengah malam karena kloter 15 mendapat giliran bus terakhir. Untuk lansia dan pengguna kursi roda berada di dalam satu bus dan melaksanakan mabit di dalam bus. Menjelang subuh mereka sudah menuju tenda Mina.
Di Muzdalifah ini banyak jemaah yang kelelahan karena kurang pasokan air dan makanan, pun cuaca yang cukup panas, ditambah armada bus terlambat datang menjemput.Â
Mina
Tanggal 28 Juni atau 10 Dzulhijah ba’da salat subuh para jemaah berangsur-angsur meninggalkan Muzdalifah menuju Mina. Mina ini tempat berdirinya tugu jamarah, yakni tempat pelaksanaan melontar batu ke tugu tersebut.
Kami melakukan nafar awal, di mana para jemaah lebih awal keluar dari Mina yakni tanggal 12 Dzulhizah. Pada tanggal 10 Dzulhijah lempar jumrah pertama atau lempar jumrah Aqobah dan tahalul awal dilakukan. Selanjutnya tanggal 11 dan 12 Dzulhijah kembali lagi menuju tugu jamarah untuk lempar jumrah Ula, Wustha dan Aqobah. Selepas salat Zuhur, kami meninggalkan tenda Mina menuju hotel di Mekah untuk melanjutkan tawaf Ifadhah dan sai.
Bagi sebagian kecil jemaah di Mina adalah aktivitas yang sangat berat dibandingkan di Arafah. Hal ini karena durasi di Mina lebih lama dan luas tenda yang terbatas. Selain itu bagi yang mampu harus melakukan aktivitas lontar jumroh. Jarak tenda ke tugu jamarah berkilo-kilo meter. Untuk tenda maktab 31 jarak tempuh sekitar 7 kilometer. Selama 3 hari saya harus jalan kaki sekitar 14 kilometer.
Selama puncak haji saya sehat dan lincah seperti biasanya, bahkan bisa membantu beberapa lansia membuat mie, kopi di luar tenda yang panas. Pun membagikan jatah makan para jemaah ketika datang dari Muzdalifah.
Terima kasih telah membaca.
Bahan bacaan 1Â