Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Jalan Desa Rusak, Harusnya Paving, Aspal atau Beton? Kenali Karakteristiknya

19 Mei 2023   05:00 Diperbarui: 19 Mei 2023   07:55 1781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan penghubung Dukuh Wadeng yang rusak. Foto dokpri

Saya paling suka bersepeda lewat jalan kampung. Selain udaranya segar, bisa juga menguping pembicaraan para petani yang nongkrong di pinggir sawah.

Seperti pagi itu pada musim hujan. “Sing penting iki tak rabuk armina, hasile mboh piye.” Obrolan disambung suara tawa. Setelah menyapa mereka, “Monggo, derek langkung.” saya melanjutkan bersepeda ke arah Dukuh Wadeng.

Dua ratus meter pertama dari pintu masuk dukuh, jalan sangat bagus walaupun aspal lama. 270 meter kedua, jalan menyenangkan karena sesuai dengan informasi yang saya dapatkan kalau jalan itu telah dipaving.

Perjalanan masih panjang sekitar 300 meter lagi untuk masuk Dukuh Wadeng. Namun, tiba-tiba pandangan di depan tidak menyenangkan. Jalan selanjutnya rusak parah.

Apalagi semalam hujan, akibatnya banyak genangan air di mana-mana. Saya pun tidak berani menaiki sepeda.

Bersama pengguna lain, sepeda dituntun dengan sangat hati-hati. Banyak pengendara motor lebih memilih menaikinya. Namun, harus ekstra hati-hati dan siap dengan risiko terpeleset jika kurang terampil.

Jalan penghubung Dukuh Wadeng. Foto dokpri
Jalan penghubung Dukuh Wadeng. Foto dokpri

Jalan utama ke dukuh di mana saya tinggal pun bernasib sama. Jalan tersebut rusak parah sekitar 300 meter. Aspal banyak yang terkikis air hujan. Banyak orang mengatakan hal ini disebabkan tidak ada buangan air hujan. Ketika air hujan menggenang, aspal cepat rusak. 

Pada intinya, jalan desa banyak yang rusak, tetapi itu dulu, sebelum Maret 2023. Pada bulan April banyak perbaikan di mana-mana. Ini bukan karena desa akan dikunjungi presiden atau pejabat lain.

Jalan desa sebelum dibeton. Foto dokpri
Jalan desa sebelum dibeton. Foto dokpri

Perbaikan jalan, mending paving, beton atau aspal?

Menurut Kepala Desa Sidomulyo sering disapa Pak Gon kepada saya melalui pesan pribadi, desanya mendapat dana hibah untuk perbaikan akses jalan. Dana hibah dari Pemprov bisa turun beberapa kali dalam satu tahun. 

Dengan dana hibah tersebut, jalan-jalan yang rusak bisa diperbaiki sesuai tingkat kerusakan dan fungsinya. Perbaikan jalan ada yang dipaving, beton dan aspal. Untuk 3 jenis perbaikan ini disesuaikan dengan fungsi dan kondisi jalan.

Perbedaan Karakteristik Perkerasan Jalan

Kita sering melihat perkerasan jalan tidak dengan aspal, tetapi ada yang dibeton dan paving blok. Perkerasan beton biasanya kita temui di jalan tol.

Sekarang tidak demikian, jalan desa pun bisa dibeton, tentunya dengan kapasitas bahan yang berbeda dengan jalan tol, seperti jalan menuju rumah saya. Pada April 2023 jalan tersebut mengalami perkerasan jalan beton.

Sementara jalan menuju Dukuh Wadeng perbaikannya dengan paving, jalan utama ke kantor desa perkerasan dengan aspal. 

Dari 3 jenis perkerasan jalan, aspal, beton dan paving, memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Kita bisa menggunakannya sesuai karakter dan fungsi jalan tersebut.

Jalan paving

Proses perbaikan jalan ke Dukuh Wadeng dengan paving. Foto dokpri (telah tayang di Jatimsatunews.com)
Proses perbaikan jalan ke Dukuh Wadeng dengan paving. Foto dokpri (telah tayang di Jatimsatunews.com)

Paving blok merupakan material yang banyak disukai warga dengan alasan pemasangan dan pemeliharaan mudah. Biaya pemasangan pun lebih murah dibandingkan aspal dan beton.

Kita sering menemukan jalan paving di area pemukiman, gang kecil yang tidak dilalui kendaraan bermuatan berat. Hal ini karena jalan paving tidak nyaman untuk kendaraan dengan kecepatan tinggi. Jalan paving pun mudah bergelombang. 

Hemat saya, jalan ke Dukuh Wadeng kurang sesuai jika dipaving karena itu jalan utama. Banyak kendaraan lalu lalang. Namun, mungkin anggaran yang minim, penduduk Dukuh Wadeng tidak begitu banyak dan truk atau muatan berat dialihkan ke jalan lain, jalan paving solusinya.

Jalan beton

Jalan desa setelah dibeton. Foto dokpri
Jalan desa setelah dibeton. Foto dokpri

Jalan menuju rumah saya diperbaiki dengan cara beton. Hal ini dengan pertimbangan jalan tersebut sering dilalui kendaraan bermuatan pasir dan menjadi pintu utama masuk desa dari arah selatan. 

Kelebihan lain dari jalan beton adalah bahan material mudah didapat, tahan terhadap genangan air.

Namun, pelaksanaan jalan beton membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup mahal Jika pengeringan terlalu cepat menimbulkan keretakan pada jalan. Untuk itu kita harus memiliki jalan alternatif selama pengecoran. 

Jalan aspal

Jalan aspal di desa. Foto dokpri
Jalan aspal di desa. Foto dokpri

Perkerasan jalan aspal sudah umum dilakukan karena biaya lebih murah dibandingkan kontruksi beton, jalan pun lebih halus, mulus.

Saya lebih suka jalan aspal karena warna hitam aspal memengaruhi psikologi pengguna jalan. Pandangan menjadi lebih teduh dan nyaman.

Namun, jalan aspal tidak tahan akan genangan air, terlebih jika saluran drainase buruk. Pada umumnya jalan di desa tidak ada buangan air sehingga jalan aspal cepat rusak.

Tiga jenis perkerasan jalan, sebaiknya didukung oleh sistem drainase jalan yang baik, juga bahan material yang sesuai, agar lebih tahan lama.

Semoga jalan-jalan di desa lebih nyaman agar perekonomian warga meningkat.

Bahan bacaan Bappeda

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun