Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Surat untuk Kampung Halaman: Tak Pulang Bukan Tak Rindu

30 April 2023   21:45 Diperbarui: 30 April 2023   22:04 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang tersayang di kampung halaman, 

Hingga liburan lebaran usai, kita kembali pada aktivitas semula, kenapa tidak mengirim kabar? Padahal sebelum hari raya surat dari kampung tak pernah absen.

Baiklah kali ini dan seterusnya, saya yang akan kirim kabar terlebih dahulu, karena yang biasa menulis surat telah tiada. 

Saya menyesal, kenapa dulu pernah melarang jangan menulis surat dan mengirim kabar tentang kampung. Telepon atau vidio call saja agar saya dapat melihat langsung.

Ternyata setelah tidak ada kabar, saya merindukan surat. Bagaimana kampung halaman sekarang ini? 

Ketika saya sampaikan kerinduan itu, Ibu mengatakan, jangan kembali ke kampung halaman sendirian.

Saya tak paham, "Kenapa tidak boleh?" 

Ibu menjelaskan, jika datang ke kampung sendirian itu tandanya tidak baik-baik saja dengan kampung baru.

Ibu pun mengatakan jika telah menikah, kampung  halaman adalah di mana suami berada. Tengoklah kampung di mana kamu berasal bersama keluarga baru. 

Halo kampung tercinta,

Saya tidak bermaksud melupakan, tak ingin menengok atau kembali. Pesan Ibu selalu mengiang-ngiang "Jangan kembali seorang diri tanpa izin."

Saya pun mulai merenung larangan Ibu saat itu. Kenapa seorang istri tidak boleh kembali ke kampung halaman sendirian tanpa izin.

Kampung halaman tempat terindah dan ternyaman sepanjang hidup. Peristiwa manis, pahit dilalui bersama keluarga. 

Ketika pulang sendiri, tak jarang seorang istri tak ingin kembali ke kampung suaminya yang serba asing.   

Terlebih jika di kampung baru ada masalah. Kembali menetap di kampung halaman solusi menghindar dari konflik.

Walaupun kejadian itu tidak terjadi pada semua wanita. Saya pun memahami kekhawatiran Ibu.

Dear kampung halaman, sekiranya alasan Ibu bisa dipahami. Dia ingin mengajarkan anaknya tentang ketaatan.  

Meski demikian jangan khawatir, saya tidak akan melupakan kebaikan kampung  halaman. 

Dari sana saya tumbuh kuat, sehingga bisa bertahan di kampung baru. Dunia sekarang bukan lagi di kampung halaman, tetapi yang sekarang dijalani.

Terima kasih, kampung halaman, terima kasih Bapak, Ibu saudara terkasih. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun