Ini membuktikan jika kita memaafkan kesalahan orang lain, hidup akan lebih tentram, jauh dari stres.
- Kedua, memaafkan dapat menghindari dari gangguan psikologi
Ketika kita menghadapi masalah, mustahil tidak memikirkannya, bahkan ketika tidak memaafkannya pun masih merenungkannya. Menurut Everett L. Worthington Jr., PhD, Profesor Emeritus di Virginia Commonwealth University, Richmond yang melakukan penelitian psikologi berfokus pada memaafkan. Cara orang memikirkan masalah berbeda-beda.
Sebagian orang memikirkan masalah dengan kemarahan, putus ada atau tertekan, ada pula dengan cemas. Jika terus memikirkannya, akan menyebabkan gangguan psikologis.
Gangguan psikologis tersebut, seperti marah yang tidak terkontrol, stres, gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan psikosomatik. Gangguan psikosomatik adalah keluhan fisik yang disebabkan oleh pikiran atau emosi, seperti sakit perut, migrain.
Saya pernah mengalami perut rasanya senep, seperti gejala sakit maag. Ketika ke mantri, katanya jangan banyak mikir. Saya tidak percaya, akhirnya setelah dari mantri, periksa ke dokter umum yang kebetulan dia masih kerabat suami. Dia pun mengatakan jangan banyak mikir.
Sepanjang perjalanan saya berpikir dan bertanya pada diri sendiri, apa yang saya pikirkan sehingga bisa sakit perut? Dari situ saya mulai mengubah cara berpikir jika ada masalah, baik dalam keluarga atau pekerjaan.Â
Memaafkan bukan berarti tidak memikirkan masalah. Kita tetap memikirkannya, tetapi tidak dengan kemarahan. Sehingga tidak menggangu kesehatan fisik atau mental kita.
Tentunya masih banyak lagi manfaat dari memaafkan, baik bagi diri kita atau orang lain. Untuk itu mohon maaf lahir batin.Â
Bahan bacaan 1Â
#SamberTHR2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H