Kita tentunya masih ingat film 'Ayat-ayat Cinta' yang tayang tahun 2008. Kita pun sepakat kalau film religi satu ini sarat makna. Pasalnya film tersebut mengangkat  kisah cinta manusia yang luar biasa.
Bukan sekadar kisah cinta, tetapi mengajarkan bagaimana menghadapi persoalan secara Islam.
Sebuah karya Hanung Bramantyo hasil adaptasi dari novel best beller karya Habiburrahman El Shirazy benar-benar menghipnotis para penonton.
Maria Kirgiz (Carissa Putri) yang beragama Kristen diam-diam mencintai Fahri bin Abdullah Shiddiq (Fedi Nuril). Ada wanita lain yang juga mencintai Fahri, Nurul (Melanie Putria), Noura Bahadur (Zaskia Adya Mecca). Namun, Fahri mencintai dan berjodoh dengan Aisha (Rianti Cartwright).
Kisah ini umum terjadi dan kita menyaksikan kisah berakhir di pelaminan dengan bahagia. Namun, perjalanan cinta dari empat wanita dalam film Ayat-ayat Cinta tidak simpel dan tidak selesai sampai Fahri menikah dengan Aisha.
Kisah mereka sangat rumit dan menguras emosi, ketika dua wanita, Maria dan Noura tidak menerima takdir jodohnya.
Saya tidak akan menceritakan ulang bagaimana jalan cerita film Ayat-ayat Cinta tersebut. Saya ingin mengingatkan diri sendiri juga teman-teman yang ada di periode jatuh cinta, ditolak atau masa menikah dan menghadapi konflik.
Hikmah Film Ayat-Ayat Cinta
Cinta bagian dari kehidupan setiap manusia. Tak ada salahnya mencintai seseorang, tetapi jangan berharap, dia menjadi jodoh masa depan.Â
Seperti dalam film Ayat-ayat Cinta, Maria dan Noura mencintai Fahri begitu dalam sehingga ketika mengetahui laki-laki itu telah menikah dengan Aisha, guncangan batin terjadi.
Hal ini mengajarkan kita untuk tidak mencintai apapun secara berlebihan. Kita harus selalu ingat pepatah ‘mencintai tidak harus memiliki’. Mungkin ini pepatah klise, tetapi ini sangat berdampak. Kita akan ikhlas dan membiarkan orang yang kita cintai menikah dengan orang lain.
Allah tidak mempertemukan orang yang Anda cintai di pelaminan, itu artinya dia tidak baik bagi Anda. . Â
Jadi jangan melakukan yang aneh-aneh ketika dia memilih yang lain. Apalagi sampai dukun bertindak atau memfitnah seperti yang dilakukan Noura dalam film.
Kisah menarik lainnya yang bisa diambil hikmahnya adalah dari tokoh Aisha yang mengahadapi problematika setelah menikah dengan Fahri. Kepercayaannya tergerus ketika Noura menyebut bahwa dirinya telah diperkosa oleh Fahri.
Sebagai seorang istri yang belum lama mengenal karakter suaminya, sangat wajar jika Aisha meragukannya
Namun sebagai orang yang taat beragama hal ini tidak berlanjut. Ada upaya-upaya agar percaya pada Fahri dan mengeluarkannya dari penjara. Upaya paling sulit bagi Aisha yakni mengizinkan Fahri menikah dengan Maria.
Aisha percaya jika Fahri menikahi Maria, gadis itu akan sembuh dari sakitnya dan bersedia menjadi saksi atas laporan Noura.Â
Merelakan suami menikah dengan wanita lain walaupun balasan surga, itu sangat berat. Kecemburuan akan memicu konflik. Begitu juga dengan cinta segi tiga Fahri, Maria dan Aisha.
Dengan dasar agama, konflik-konflik dalam rumah tangga bisa mereka lalui dengan baik. Akhir cerita Maria meninggal ketika salat berjamaah bersama Fahri dan Aisha.
Akhir kata
Tidak bisa dipungkiri ketika seseorang dekat secara fisik atau emosi ada harapan-harapan yang baik. Seperti yang dialami tokoh Maria, Noura dan Nurul. Â
Ketika harapan itu digantungkan pada manusia, kecewa akan dirasakan. Kecewa, sedih boleh saja, tetapi jangan berkelanjutan.Â
Fokus upgrade diri agar mendapat pengganti yang lebih baik.Â
Semoga bermanfaat
_Sri Rohmatiah Djalil_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H