Beberapa hari yang lalu sebelum Ramadan saya dan suami ke pasar Kliwon yang ada di desa kami. Jaraknya tidak terlalu jauh, kurang lebih 1 kilometer.Â
Biasanya saya ke pasar Kliwon naik sepeda. Dengan bersepeda bisa santai menikmati udara kampung. Sesekali juga mengambil foto. Namun, karena pagi itu ada tujuan lain ke kota, suami mengantar.Â
Jalan yang kami lewati untuk sampai ke pasar Kliwon seperti biasa, jalan kampung pinggir sawah. Laju kendaraan pelan karena kami menganut kesopanan.Â
Jika berkendara di jalan kampung jangan ngegas. Sesekali jika berpapasan dengan orang klakson harus dibunyikan pelan tanda menegur. Â
Sepanjang jalan, saya menyaksikan para ibu yang bekerja di sawah. Mereka kelihatan bahagia, berada di bawah matahari pagi yang hangat, tetapi cukup menyilaukan mata.
"Berhenti, foto ibu-ibu itu dulu," perintah saya kepada suami.
Suami gak mau ngerem kendaraannya. Alasannya instruksi saya terlalu mendadak. Ya sudah akhirnya kami terus ke pasar Kliwon membeli onde-onde ceplos.
Ketika melanjutkan perjalanan ke kota, suami membelokkan kendaraan ke arah sawah lagi dan berhenti di dekat tiga ibu yang sedang mengikat tanaman padi roboh.Â
"Sok ambil foto dari sini lebih dekat," ujar suami sambil memberhentikan kendaraannya. Dia tahu saja kalau saya senang mengambil foto dan menuliskannya.
"Bu, izin saya foto ya." Ibu-ibu menoleh ke arah saya yang telah berada di pinggir jalan dan membuka masker.Â
 "Walah Mbak Sri, hayu foto, arep diolehne sumbangan karo Mbak Sri," kata salah satu ibu kepada dua temannya. Mereka tertawa renyah tanpa beban. Arti dari perkataan si Ibu, "Walah Mbak Sri, hayu foto, mau dicarikan sumbangan sama Mbak Sri."
Yang jadi perhatian saya bukan candaan soal sumbangan, melainkan tertawanya. Tertawa mereka sangat ringan, tanda bahagia, padahal kehidupan di desa sangat terbatas. Tidak lupa sebelum pamit dan mengucapkan terima kasih, onde-onde ceplus saya hadiahkan kepada mereka.Â
Kebahagian Masyarakat Desa
Indeks kebahagian seseorang berbeda. Banyak faktor yang memengaruhinya, salah satunya kehidupan sosial. Mereka yang bahagia umumnya memiliki kehidupan sosial yang baik dan memuaskan.Â
Kebahagian mereka dapatkan dari bagaimana menjalin hubungan dengan tetangga, teman di kampung secara nyata. Kehidupan di kampung sangat guyub, saling menyapa, tolong menolong.
Anak-anak pun bahagia dengan kehidupan yang sederhana. Tanpa ada mainan yang mahal dan mewah.Mereka cukup bermain di pinggir sawah, kali atau halaman rumah.Â
Kebahagian dalam hidup katanya sederhana, tidak perlu dicari ke mana-mana, tetapi ciptakan di mana kita berada. Begitulah kehidupan di desa.Â
Menciptakan Kebahagian
Faktor yang mendukung kebagian setiap individu berbeda. Ada orang yang bahagia karena uang, sehat mendapat makanan enak, rumah bagus, anak-anak sukses dan lain sebagainya.
Kebahagian yang dirasakan seseorang tidak datang dengan sendirinya, tidak juga dicari ke mana-mana, melainkan diciptakan.
Psikolog, dr. Ida Rohemawati, M Sc.,SpKj (k) dari Yogyakarta mengatakan di akun Instagramnya, ada 3 hal penting untuk menciptakan kebahagiaan.Â
1. Pleasure
Pleasure adalah bagaimana seseorang menikmati setiap pekerjaan atau melakukan sesuatu yang menyenangkan, termasuk hobi. Jika seseorang melakukan pekerjaan dengan senang, kebahagian hidup pun akan tercapai
Jika saya kaitkan dengan ibu-ibu yang bekerja di sawah. Mereka sangat menikmati pekerjaannya walaupun berat. Begitu juga dengan bapak-bapak. Aktivitas sehari-hari di desa menyenangkan mulai di sawah, di rumah, di luar rumah.
2. Engagement
Engagement, bagaimana  seseorang terhubung dengan orang-orang positif dan memberi makna bagi dirinya dan orang lain.Â
Hal ini seperti yang saya gambarkan di atas. Kehidupan sosial di desa sangat baik dan itu mendorong warga bahagia. Berkumpul saat ada acara hajatan, kerja bakti, arisan, pun acara keagamaan. Terkadang warga mengadakan rekreasi sederhana dengan naik kereta mini, juga ziarah ke makam tokoh agama, seperti Wali Songo.
3. Meaning
Meaning menurut dr. Ida Rohemawati adalah bagaimana memberi makna terhadap apa yang dia kerjakan sebagai hal yang penting untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Dengan menempatkan diri kita bermakna dalam kehidupan sehari-hari, kebahagian akan tercipta.
Tiga konsep di atas jika diterapkan, tinggal di desa atau di kota, kebahagian akan tercipta.Â
Mari kita menemukan kebahagian dengan melakukan sesuatu yang menyenangkan dengan terhubung dengan orang yang positif dan memberi makna terhadap diri sendiri dan orang lain.
Semoga bermanfaat,
Terima kasih telah singgah.
Bahan bacaan satu dan akun Instagram newidapsikiater
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H