Panen raya di Madiun, Maret 2023 bertepatan dengan puasa Ramadan. Bagi sebagian pekerja berpuasa sangat berat dan mereka lebih memilih membatalkan puasanya, apalagi jika cuaca panas.
Walaupun saya berada di tempat teduh untuk nunggu, nimbang padi, hawa panas cukup lumayan juga. Seperti pagi tadi, saat padi yang ujung barat dipanen, saya tidak sanggup untuk nunggu. Akhirnya proses ngedos (petik padi) ditunggu oleh kakak ipar hingga gabah sampai ke tengkulak.
Ketika lagi santai menikmati dinginnya AC, seseorang menelepon.
“Mbak ini gabahnya mau ditimbang, segera ke sini ya!”
Tepat pukul 14.00 WIB, saya menuju ke tempat penimbangan gabah dengan sepeda. Jaraknya dari rumah sekitar 500 meter. Lumayan dekat jika dilakukan pagi hari dan tidak dalam keadaan puasa.
Berhubung tengah hari, cuaca panas, jalannya pun tidak beraspal, perjalanan itu terasa jauh. Padahal bersepeda bukan hal baru bagi saya. Setiap pagi ke mana-mana selalu menggunakan sepeda, jaraknya pun lebih dari 500 meter.
Sesampainya di sana, ada petani lain yang nunggu antrian gabahnya ditimbang. Selain itu ada juga truk yang siap membawa gabah. Namun, tidak tahu gabah yang ada di truk itu akan dibawa ke daerah mana.
Bagaimana hukum berpuasa bagi pekerja berat?
Pada dasarnya Allah Swt. tidak memberatkan umat-Nya dalam menjalankan semua kewajiban. Allah tidak membebankan sesuatu di luar kemampuan manusia, semua telah diukur sesuai kemampuan.