Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bagaimana Mengambil Hikmah dari Kisah Orangtua yang Pernah Alami KDRT

13 Februari 2023   16:55 Diperbarui: 14 Februari 2023   08:28 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi KDRT. Mengambil hikmah dari orangtua yang pernah alami KDRT

Kekerasan dalam rumah tangga memang tidak dibenarkan, saya pun tidak mendukung tindakan Bapak yang katanya tidak sengaja, hanya asal lempar. Namun saya pun tidak membenarkan Mimi, karena tidak ada faktor tunggal terjadinya KDRT.

Kekerasan menurut Psikolog, Joice Manurung, detik (13/2/2023) di awali kondisi agresif. 

Agresif ada kecenderungan untuk menyakiti orang lain. Jika tindakannya ektrem, sudah termasuk pada kekerasan dan ini harus mendapat penanganan lebih lanjut.

Sifat agresif ini dimiliki semua orang, tetapi ada orang yang pandai mengelolanya ada juga yang tidak. Jika KDRT tidak mendapat penanganan yang tepat, maka intensitasnya akan semakin meningkat. Itu sebabnya sering kali ada seseorang secara terus menerus mengalami KDRT.

Sebagian orang tua dulu menyakini, seseorang melakukan KDRT karena sudah watak. Kata orang sunda "adat kakurung ku iga". Artinya karakter keras, galak, doso (menyakiti orang lain) sudah ada sejak lahir dan tidak akan berubah.

Dalam vidionya, Joice Manurung mengatakan faktor pemicu KDRT salah satunya adalah gangguan senyawa atau unsur-unsur kimia di otak. Namun hal ini perlu penjelasan dari dokter dan psikiater atau memang ada unsur gangguan mental .

"Jadi beberapa gangguan mental itu membawa unsur impulsif dan agresif melebihi kadar yang sewajarnya dan bersifat pengulangan, ini yang sering tidak disadari," kata Joice Manurung seperti yang saya kutip dari vidio detik.com.

Analisa saya, dulu Bapak melempar pisang kepada Mimi karena mentalnya terganggu di masa peralihan pensiun. Ada kemungkinan dia belum terbiasa tanpa aktivitas, sehingga ketika ada orang yang menyangkal, membantah emosinya memuncak.

Apapun alasannya, KDRT tidak dibenarkan dan harus ditangani dengan tepat. Untuk perilaku Bapak, cara mengatasinya yang tahu hanya Mimi, termasuk apa pemicunya, akibatnya. 

Dengan penanganan dan pengertian dari Mimi, KDRT tidak terjadi lagi. Saya pun menyaksikan tangisan Mimi yang merasa menyesal telah berkata kasar kepada Bapak.

Saya pun pernah menyaksikan penyesalan Bapak karena telah bertindak kasar kepada Mimi. Dari situ perilakunya berubah menjadi lebih lembut dan sabar. 

Alhamdulillah Bapak dan Mimi tidak melakukan KDRT lagi baik fisik ataupun verbal. Mereka menua bersama dengan bahagia. 

Ilustrasi menua bersama. Foto by shuterstock 
Ilustrasi menua bersama. Foto by shuterstock 

Hikmah apa yang bisa saya ambil dari kisah orang tua?

Seperti yang dikatakan Joice, KDRT diawali oleh kondisi agresif, ada dorongan untuk menyakiti orang lain. Tentunya dorongan menyakiti karena ada sebab. Untuk itu saya mengambil hikmah, kalau saya jangan memancing kemarahan sehingga akan menimbulkan kekerasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun