Barang yang kita bawa berupa bahan makanan pokok, seperti beras, gula, mie, minyak goreng. Jika di rumah punya kelapa, ayam, kambing, bawa saja, tetapi itu tidak wajib ya.Â
Gegawan harus disesuaikan dengan kemampuan yang punya hajat dan pemberi. Ko begitu?Â
Pengalaman saya, ketika hajatan khitan ada orang bawa gawan ayam panggang 6 ekor. Saya tidak mencatatnya karena ingat.
Ketika yang ngasih itu menikahkan putrinya, saya diingatkan oleh kerabat untuk memberi ayam panggang lagi.
Pikir saya saat itu akan memberi uang, pastinya agak lebih dari harga 6 panggang dulu, sesuai dengan nilai masa sekarang. Alasan saya biar tidak wara-wiri pesan panggang. Kalau memberi uang juga bisa untuk keperluan lain.
Ya ... daripada melawan adat, akhirnya saya beli panggang, beras sekarung. Kalau uang memang harus ya, dimasukkan ke kotak yang tersedia.
Jadi apa yang kita berikan akan dikembalikan ketika kita hajatan. Walaupun sebenarnya tidak harus. Namun, sudah menjadi kebiasaan saat tetangga hajatan kita saling membantu dengan gawan bahan makanan pokok bukan dengan hadiah atau kado.
Membawa gawan, lambat laut tidak dilakukan oleh generasi muda dan warga pendatang. Alasannya mungkin berat, ribet juga lebih mahal. Mereka lebih praktis dengan uang atau hadiah.
Seperti saya dulu, sering menolak membawa gawan karena berat. Kakak ipar yang bersedia bawakan. Yang penting nama di tas adalah nama saya.
Saya pun sering lupa ketika pulang, tas tidak dibawa. Tetangga yang kadang mengantarkannya ke rumah atau Kakak ipar yang bawa.Â