Setelah menikah, saya tinggal di Madiun mengikuti suami. Rumah suami di desa, tetapi cukup panas.
Hal ini mungkin karena bangunan rumah yang pendek. Madiun juga termasuk dataran rendah yang suhunya hangat.Â
Untuk menekan udara panas, solusi sementara, ruang tamu dipasang kipas angin, setiap jendela kamar terbuka. Agar nyamuk tidak masuk dipasang kawat kasa yang halus.
Untuk memasang AC, saat itu belum mampu beli.Â
Rumah Nyaman Adem
Memiliki rumah nyaman adalah impian setiap pasangan baru, begitu juga dengan saya.
Namun, konsep nyaman setiap orang berbeda. Dengan keadaan seperti itu, saya berusaha untuk bersyukur, suami telah menyiapkan rumah masa depan, walaupun ukurannya 5x15 meter persegi.
Akan tetapi dengan bersyukur bukan berarti kita harus diam tanpa usaha. Kami pun membuat rencana untuk membangun rumah yang lebih nyaman.Â
Kami mulai usaha lain dan merencanakan, sebelum anak-anak besar harus memiliki rumah sendiri yang nyaman.
Pada tahun 2013, tepatnya 10 tahun pernikahan, kami mulai mengumpulkan bahan bangunan dari hasil tabungan.
Untuk  tanah kebetulan dari orang tua suami. Kami membelinya seluas 750  meter persegi dengan harga umumnya saat itu.
Tanah itu kami buat rumah dengan ukuran 17 x 21 meter. Halaman belakang dengan luas 170 meter beli dari kerabat.
Saat bangun rumah, kami pun merencanakan bangunan itu harus bisa menampung koleksi lukisan. Jadilah rumah tidak banyak sekat dan dinding dibuat tinggi.
Bahan bangunan rumah lama, kami pakai lagi seperti kayu jati blandar, pintu, daun jendela. Tujuannya untuk menekan biaya.
Kami menambah 1 pintu depan dan 6 daun jendela, pintu garasi. Juga gawang jendela besar.
Tips Membangun Rumah Berikut Galeri LukisÂ
Ketika bangun rumah, kami tidak memakai jasa arsitek atau jasa Technical Planning Property Developer seperti Fanhky Wijaya.
Gambar bangunan dirancang sendiri. Kebetulan suami seorang pelukis. Dia menggambar rancangan rumah sesuai luas dan dana, lalu musyawarah dengan tukang.
Suami juga sedikit paham cara menghitung kebutuhan bahan bangunan. Jadi saat belanja tidak banyak yang tersisa.Â
Jika ada sisa pun, saya bawa ke toko, karena saat itu saya membuka toko bangunan.
Ada beberapa yang kami perhatikan agar ruangan tidak panas, pengunjung pun nyaman.
1. Tinggi dinding rumah
Tinggi dinding idealnya 4 meter. Kami meminta tukang untuk meninggikan sekitar 4,5 meter dan 0,5 meter plafon.Â
Sempat mendapat penolakan dari tukang. Entah alasannya apa. Namun, setelah diskusi ukuran rumah, tukang setuju.Â
Tinggi dinding rumah bisa menyesuaikan kondisi agar nyaman dan aman.
2. Bahan bangunan
Bahan bangunan, kami memakai beton, batu, bata, semen, seperti pada umumnya bangunan lain. Â
Bahan bangunan seperti di atas memiliki kapasitas menyimpan panas dan mendinginkan ruangan
Bata merah yang kami gunakan sebagian dari bekas rumah lama. Bata tersebut ukurannya lebih besar, karena dibuat oleh bapak mertua dari tanah belakang.Â
- Genteng
Ada banyak jenis genteng dijual di Madiun. Mulai dari bahan keramik, genteng Tulungagung, Kediri, Jakarta, Jatiwangi.
Berhubung saya berasal dari kota genteng, Majalengka. Otomatis saya beli di Majalengka, tepatnya di Jatiwangi.
- Cat tembok
Cat tembok juga, saya tidak suka yang berwarna. Saya melihat jika warna terang akan memengaruhi ruangan. Untuk itu pilihan ada pada warna putih salju dan lis berwarna gold.
3. Sirkulasi udara
Tempat keluar masuk udara juga saya perhatikan. Hal ini karena setiap berkunjung ke rumah kerabat atau teman, ruang tamu itu gelap dengan satu jendela.
Rumah impian saya rancang dengan 4 jendela di bagian depan. Dua daun jendela menuju garasi dan satu jendela besar dan pintu menuju dapur.
4. Taman hijau
Rumah kami tidak memiliki ruang tengah atau ruang keluarga. Mungkin ini kesalahan kami.Â
Kami berpikir di taman ini kami bisa berkumpul sambil makan, karena taman terhubung dengan dapur dan meja makan.
Taman hijau ini juga menambah keasrian, udara selalu segar masuk ke ruang tamu dan kamar.Â
Konon dengan tanaman lidah mertua dapat menyerap polusi udara dan memproduksi oksigen.
Dapur juga saya tempatkan dekat taman agar tidak pengap saat masak, terutama ketika masak ikan, sambal terasi dan teman-temannya.
5. Kaca
Untuk kaca jendela depan, kami menggunakan kaca hitam. Dari luar suasana dalam rumah tidak tampak. Namun, saya tidak tahu, apakah kaca ini bisa menyerap panas atau tidak.
Kaca besar, saya gunakan yang tebal sekitar 9 mm berwarna bening.
6. Tidak banyak sekat
 Dari awal kami merencanakan rumah berikut galeri lukis. Di mana pengunjung bisa bebas melihat lukisan tanpa sungkan kalau itu rumah pribadi.
Untuk itu ruang tamu dan taman kami buat luas dengan tiga pintu dari luar. Rumah pun minim sekat.Â
Pada dasarnya rumah adem, dingin datang dari penghuni rumah. Jika penghuni rumah ribut, berselisih, siapa pun akan gerah. Rumahku surgaku menjadi rumahku nerakaku. Naudzubillah Min Dzalik.Â
Pun jika ingin membangun rumah hindari utang ke bank atau toko bangunan secara berlebihan.
Jangan sampai ketika rumah selesai dibangun, utang menumpuk. Tagihan banyak, sehingga berada di rumah rasanya gak betah. Alih-alih membuat rumah adem, malah jadi panas.
Saran saya sih menabung. Bisa menabung bahan banguanan atau uang.Â
Untuk nabung bahan bangunan harus hati-hati. Pilih toko bangunan yang amanah.
Terima kasih telah singgah. Semoga bermanfaat.
Salam,
_Sri Rohmatiah Djalil_Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H