Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani N dideso

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hadiah untuk Ibu

22 Desember 2022   15:28 Diperbarui: 24 Desember 2022   13:30 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat Hari Ibu untuk sahabat semuanya.

Semalam saya mendapat ucapan Selamat Hari Ibu dari anak cowok. Kalau dari anak cewek melalui pesan WhatsApp, karena masih di Surabaya. Terharu sekali dengan apresiasi mereka.

Sejak kecil mereka rutin mengucapkannya dengan penuh kasih sayang dan kejutan yang benar-benar saya terkejut. Namun, sayang kejutan itu tidak sempat saya abadikan dengan foto atau vidio.

Walaupun demikian, selalu saya ingat perhatiannya, mulai dari ucapan dengan tulisan keriting, tegak hingga hadiah jajanan kantin. 

Berikut sekelumit cerita di Hari Ibu yang paling membekas di ingatan saya. 

Hadiah dari anak saat ultah saya. Dokpri 
Hadiah dari anak saat ultah saya. Dokpri 

Entah tahun berapa, saat pulang dari Solo tengah malam. Anak-anak memberi brownies Amanda dengan ucapan Selamat Hari Ibu. Saya kaget, seharian ke luar kota tidak ingat kalau tanggal itu 22 Desember. Lalu anak-anak hanya dibekali uang jajan alakadarnya.

Ternyata uang jajan itu mereka belikan Brownies melalui gofood. Jika uang jajan tidak cukup, biasanya mereka membeli makanan yang ada di kantin sekolah. 

Dua anak ini sering iuran untuk membeli hadiah mamahnya. Entah itu Hari Ibu atau ulang tahun saya.

Oh ya, kue-kue itu setelah diberikan kepada saya, jadi bahan pirameeun. Maksudnya suasana jadi ramai.

"Mah, cepet makan, cepet makan, sisanya aku." 

"Mah, enak gak? Aku minta ya," seru anak cowok.

Hadiah dari anak cowok di Hari Ibu 2022. Rotinya habis dimakan dia. Hehe.
Hadiah dari anak cowok di Hari Ibu 2022. Rotinya habis dimakan dia. Hehe.

Oh ya semalam saya diberi hadiah minuman kemasan dan roti kecil, saei roti oleh anak cowok. 

"Selamat Hari Ibu, ini untuk Mamah," ucap anak cowok yang masih kelas 10. Roti dan minuman itu saya simpan di dalam kamar dan terus tidur. 

Ketika pagi, setelah salat subuh, anak cowok tanya makanan, "Mah punya makanan apa? susu cokelat ya sama jajannya!" 

Saya teringat roti semalam yang diberikan dia. "Roti ini saja, Mamah belum belanja."

Dia tertawa, karena ingat roti itu untuk saya sebagai hadiah Hari Ibu.

"Gak apa-apa, makan saja, Mamah makan secuil nih sudah." Saya yakinkan. Ehhh dia makin tertawa sambil makan roti itu sampai habis.

"Wes engko Mamah aku belikan lagi, tapi minta sangu dulu ya, sepuluh ribu."

Gambaran seorang ibu;

Ibu tidak akan makan sebelum anak-anaknya kenyang.
Ibu tidak bisa tidur sebelum anak-anaknya terlelap.
Ibu selalu menutupi sakitnya dari anak-anak
Ibu selalu tersenyum di balik tangisnya
Ibu selalu kuat agar anaknya pun tangguh

Saya pun teringat ibu. Rasa-rasanya belum banyak yang bisa diberikan padanya. Sebagai anak hanya memberi tangis dan duka. 

Saya masih ingat, ketika banyak orang tidak percaya. Ibu orang satu-satunya yang merangkul dan mempercayai kebenaran saya.

Saat saya tak punya uang sepeser pun, karena keluar dari pekerjaan, ibu memberikan uang belanjanya. Dari situ saya yakinkan pada diri sendiri untuk melakukan yang terbaik untuk Ibu, bukan yang lain.

Kenapa seorang ibu bisa yakin pada anaknya? 

Ibu mengandung selama 9 bulan. Jadi tahu gerak gerik, suara, tendangan anaknya 

Ibu pun tahu bagaimana karakter anak sejak dalam kandungan. Dia pun tahu seberapa rapuh dan kuat anaknya.

Ibu tahu kapan harus percaya dan tidak. Kapan memberi pembelaan atau nasihat.

Sekarang saya hanya bisa memberi hadiah doa pada Ibu. 

Terima kasih untuk para ibu yang tangguh merawat putra putrinya tanpa sedikit pun mengeluh.

Terima kasih untuk anak-anak saya yang selalu sayang dan hormat. Walaupun saya terkadang ngegas,  teriak-teriak.

"Han, bangun, salat!"

"La, bangun cepet salat!"

"La, nyapu depan!"

Sering kali mereka bilang, "Mamah, biasa saja gak usah banter-banter."

Aduh kalau gak teriak, suara kalah sama bunyi presto. Heheh.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun