Berlibur bersama anak banyak manfaatnya, salah satunya meningkatkan kedekatan, baik secara fisik atau mental, juga membuat mereka bahagia.
Namun, setiap perjalanan ada saja tingkah mereka di luar dugaan, seperti menangis, enggan masuk ke tempat wisata, minta pulang dan lain sebagainya. Pokoknya liburan jadi ribet.
Seperti ketika kami berlibur ke Bali. Anak bungsu yang saat itu berusia 7 tahun, tiba-tiba rewel, menolak masuk ke sebuah museum lukisan.
Akhirnya, saya menunggu dia di luar sambil melihat burung dalam sangkar. Sementara anak yang perempuan melihat lukisan bersama bapaknya dan keponakan.
Ketika ke pantai pun anak bungsu nangis. Tiba di hotel dia ngambek, karena hotel tidak sesuai dengan keinginannya. Lagi-lagi, dia tidak menikmati liburan dan indahnya tempat wisata.
Selain itu masih banyak lagi aksi penolakan masuk ke tempat wisata. Padahal sebelumnya kami sudah diskusi ke mana saja tujuan liburan.
Dari berbagai kisah liburan bersama anak. Saya dapat mengambil pelajaran jika liburan bersama anak harus memperhatikan banyak hal, di antaranya:
1. Pastikan tempat wisata disukai anak
Anak saya menolak masuk ke museum lukisan, ternyata tempat itu tidak disukainya.
Bagi anak-anak lukisan tidak menarik. Apalagi jika ada lukisan yang membuat dia takut, misalnya topeng.Â
Begitu juga dengan pantai. Tidak semua anak menyukainya. Sebagian anak mungkin trauma ke pantai.
Kita pun harus maklum dan tidak perlu memaksakan keinginan. Alangkah baiknya sebelum berlibur tentukan dulu tempat yang akan dikunjungi sesuai keinginan anak, karena liburan itu untuk anak.
2. Diskusikan alat transportasi yang akan digunakan
Alat transportasi saat berlibur sangat penting, hal ini menyangkut kenyamanan anak.
Sebelum berangkat berlibur alangkah baiknya dibicarakan bersama anak, walaupun pada umumnya mereka akan manut.
Jika anak belum pernah menggunakan transportasi umum, kita bisa jelaskan secara detail, mulai dari tempat duduk, kamar mandi, restoran dan lain-lain.
Kita pun jangan kaget, ketika anak baru pertama kali menggunakan kereta atau pesawat akan takut atau terlewat senang. Misalnya, anak bisa saja menangis, ramai mengoceh, cari perhatian.Â
Sabar saja dan jelaskan bahwa ada orang lain yang terganggu dengan sikapnya. Kita pun jangan segan untuk minta maaf pada penumpang lain atas sikap anak-anak.
3. Beritahu anak kondisi hotel sebelum berangkat
Keadaan hotel pernah jadi masalah dalam liburan kami. Sebelum berangkat, anak-anak diskusi tempat mana yang akan dikunjungi. Pilihan mereka ke pantai yang ada di Gunungkidul.Â
Saat itu anak saya minta hotel yang ada kolam renangnya. Saya pun menyetujuinya. Namun, ternyata di dekat pantai tidak ada hotel yang setaraf hotel bintang 3 atau bintang 4. Saya hanya menemukan penginapan dengan tangga bukan lift.
Ketika tiba di penginapan itu, anak saya ngambek. Dia tidak mau masuk dan menginap di pinggir pantai. Liburan itu menjadi tidak asyik karena saya tidak mengatakan sebelumnya tentang tempat menginap.
4. Mengenal waktu nyaman anak
Bunda, ketika berlibur anak kerap kali menangis, tidak menikmati tempat wisata itu. Padahal dia yang menghendaki ke tempat itu.
Misalnya, anak ingin sekali melihat zebra, kera. Kita pun mengajaknya ke kebun binatang. Setelah tiba, kenapa jadi menangis? Bisa jadi anak takut dengan hewan-hewan itu. Bisa juga dia lelah, ngantuk, tidak nyaman.
Walaupun liburan tujuannya untuk bersenang-senang, jika kondisi anak capek, dia tidak menikmatinya.
Oleh sebab itu, sebaiknya jangan memaksakan berangkat ke tempat liburan di saat jam istirahat sebagaimana kebiasaannya.
5. Membawa pakaian, makanan dan mainan yang disukai anak
Waktu kecil, anak saya yang bungsu suka kaos yang bergambar tokoh film anak dan berbau sepak bola.Â
Ketika liburan, saya membawa kaos tanpa gambar apapun. Dia rewel tidak mau memakainya.Â
Begitu juga dengan mainan. Tidak semua mainan yang ada di rumah disukainya.Â
Sebaiknya saat packing, anak ditanya mana saja yang akan dibawa. Namun perlu juga diarahkan untuk tidak membawa pakaian dan mainan terlalu banyak.
Penutup
Ketika kita sudah memiliki anak, liburan bukan saja untuk diri sendiri atau pasangan, tetapi untuk mereka.
Untuk itu apapun keperluan, kebutuhan anak harus diutamakan agar liburan menyenangkan. Keinginan anak saat berlibur bisa kita pertimbangkan, karena tidak semua angan-angannya bisa dikabulkan.
Terima kasih telah singgah.
Selamat berlibur.
_Sri Rohmatiah Djalil
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H