Ketika saya memperkenalkan diri berasal dari Majalengka, sering kali orang bertanya, "Majalengka itu di mana?"
Akhirnya kami jadi bercanda, "Gak ada di peta ya?"
"Terlalu kecil, jadi gak kelihatan."
Ya memang, Majalengka adalah kota kecil, kota pensiunan, lingkungan yang adem ayem untuk orang-orang yang telah pensiun. Namun, itu 20 tahun yang lalu ketika saya masih tinggal di sana.
Sudah hampir 10 tahun ini, Majalengka banyak perubahan. Jalan-jalan diperbaiki dengan kelengkapan rambu lalu lintas.
Tempat wisata juga dikembangkan, supermarket berdiri di mana-mana, kuliner tak kalah eksisnya. Walaupun dari segi tempat usaha dan akses jalan yang kecil, Majalengka menjadi jugjugan banyak orang.
Satu tak pernah berubah dari Majalengka adalah julukan kota angin. Seperti yang pernah saya sebutkan di artikel sebelumnya, angin di Majalengka sangat besar, tidak mengenal musim.
Dahulu sampai tidak berani memakai rok payung, karena akan terbang ke atas. Antisipasinya, banyak cewek memakai kulot, jelana lebar atau rok sepan.
Majalengka Dijuluki Kota Angin
Ketika teman-teman ke Majalengka jangan kaget jika angin di sana sangat kencang.Â
Seperti kita ketahui terbentuknya angin akibat dari perbedaan tekanan udara di dua lokasi, yakni wilayah utara dan selatan.
Kecepatan angin di Majalengka lebih cepat dibandingkan dengan kota lain, karena letak geografis yang dekat dengan Gunung Ciremai.
Pada musim kemarau angin akan lebih kencang ketika memasuki bulan Juli hingga Oktober, sedangkan pada musim hujan, angin lebih kencang pada pada bulan Agustus.
Kecepatan angin ini juga disertai udara yang sangat panas, masyarakat sering menyebutnya angin ngegelebug atau hembusan angin kencang.Â
Kondisi ini sering berdampak pada kulit wajah, kulit sering kali mengelupas dan memerah bagi yang memiliki kulit sensitif.
Cerita Hilangnya Nyi Rambut Kasih
Selain Majalengka dijuluki kota angin, daerah ini juga terkenal dengan cerita hilangnya penguasa Majalengka, Ratu Nyi Rambut Kasih.
Hilangnya Nyi Rambut kasih tak lepas dari sejarah adanya Kabupaten  Majalengka. Berdirinya Majalengka ada 2 versi, yakni berdasarkan cerita rakyat dan bukti tertulis pada masa penjajahan Belanda.Â
Seperti kita ketahui cerita rakyat berkembang dari mulut ke mulut yang kebenarannya masih menjadi perdebatan. Saya mendapat cerita berdirinya Majalengka berkaitan erat dengan Nyi Rambut Kasih dari ibu saya, ibu pun mengetahuinya dari nenek dan seterusnya.Â
Tak jarang cerita itu dari generasi ke generasi ada tambahan tokoh, alur cerita, mengaitkan dengan cerita lain, tujuannya agar menarik. Namun, pada intinya cerita itu sama pada satu titik.
Berdirinya Majalengka dan hilangnya Nyi Rambut kasih berdasarkan cerita ibu saya?Â
Sekali lagi ini belum terbukti kebenarannya, hanya cerita sebelum tidur. Menurut ibu saya, dahulu Majalengka bernama Sindangkasih yang di pimpin oleh seorang ratu yang berambut panjang, cantik. Masyarakat menyebutnya Nyi Rambut Kasih.
Pada suatu hari, Â rakyat Kerajaan Cirebon terkena wabah malaria yang banyak memakan korban. Sunan Gunung Jati sebagai pemimpin Kerajaan Cirebon berdoa dan meminta petunjuk pada Allah Swt..
Berdasarkan petunjuk-Nya, obat malaria tersebut adalah buah maja yang banyak tumbuh di Kerajaan Sindangkasih.
Sunan Gunung Jati pun memerintah Pangeran Muhammad dan istrinya, Siti Armilah beserta para prajurit menemui Nyi Rambut Kasih untuk meminta buah maja. Selain itu juga menyebar agama Islam ke wilayah Sindangkasih.
Dalam misinya, banyak rakyat Sindangkasih memeluk agama Islam. Sementara Nyi Rambut Kasih yang beragama Hindu-Budha menolak ajaran Islam, sehingga ia sangat membencinya, terlebih cintanya ditolak Pangeran Muhammad.
Dia pun memerintah rakyatnya untuk memusnahkan pohon maja. Pangeran Muhammad dan pasukannya menyebut buah maja menjadi langka di Sindangkasih, Majae-langka.Â
Cinta ditolak, perang pun meledak. Konon Nyi Rambut Kasih hampir mengalami kekalahan dalam peperangan dengan pasukan Pangeran Muhammad, dia pun menghilang.
Tidak ada yang tahu keberadaan Nyi Rambut Kasih juga makamnya jika telah meninggal. Konon, Nyi Rambut Kasih akan muncul jika Kabupaten  Majalengka dalam bahaya. Menurut beberapa sumber, banyak orang yang sering melihat penampakan wanita cantik dengan penampilan ratu zaman dahulu di pendopo Majalengka.
Ibu saya pernah bercerita, ketika Majalengka dibom Belanda, bom itu ditangkap sosok perempuan berambut panjang dan menghilang. Mereka yang melihat yakin bom itu jatuh di sungai Citangkorak, tetapi dicari tidak ada.
Pada pemimpin berikutnya setelah masuk Islam, Sindangkasih diganti nama menjadi Majalangka. Dengan alasan lidah sunda yang latah maka berubah menjadi Majalengka.
Sejarah Tertulis Berdirinya Majalengka
Selain cerita lisan yang menarik tentang berdirinya Majalengka, ada pula sejarah yang dibuktikan dengan tulisan. Ini sebagai bukti bahwa Majalengka memang sudah ada sejak zaman dulu.
Mengutip dari situs historyofCirebon, Kabupaten Majalengka berdiri pada tahun 1840 Masehi, sebelumnya bernama Kabupaten Maja yang terletak di Sindangkasih.
Nama Majalengka diambil dari nama Kabupaten Maja yang dihilangkan. Hilang biasa disebut langka, jadilah Majae-langka atau latah disebut Majalengka.
Bukti valid dari pergantian nama tersebut adalah Besluit Belanda (Cabang Keresidenan Cirebon) yang tertulis sejak 11 Februari 1840 nama Kabupaten Maja diubah menjadi Kabupaten Majalengka.
Besluitnya saya tangkap layar sebagai berikut:
Terjamah:"Verandering"
[perubahan] "van de naam" [nama] "van het regentschap Madja (Residentie Cheribon)"
[keregenan/kabupaten Madja (karesidenan Cirebon)], "alsmede" [sekaligus juga] "van den zetel van hetzelve" [tempat kedudukannya/ibu kotanya yang baru], "thans genaamd Sindang Kassie" [yang saat sekarang ini bernama Sidangkasih]," in dien van Madja-Lengka" [untuk selanjutnya (diberi nama) Majalengka)". Seperti yang saya kutip dari situs historyofCirebon.
Dari surat tertulis jelas Kabupaten Majalengka bukan dari kisah buah maja yang langka. Namun, secara pribadi meyakini kerajaan Sindangkasih ada, karena zaman dahulu kan masih masa kerajaan dan pemerintahan dikuasai Belanda pun benar ada sejarahnya.
Makna dari Logo Kabupaten Majalengka
Setelah berganti nama menjadi Kabupaten Majalengka, tentunya ada logo yang mewakili karakter dan harapan bagi rakyatnya. Namun, logo tersebut tidak serta merta dibuat dan disahkan pada masa penjajahan Belanda.
Lambang Kabupaten dibuat pada tahun 1962, pada masa pimpinan Bupati R.A Sutisna dengan bentuk perisai bersudut lima. Warna hijau muda di bagian tengah yang melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan.Â
Pada logo tersebut tertulis motto "Sindangkasih Sugih Mukti"Â yang artinya sikap mengayomi dan mengasihi untuk mewujudkan kesejahteraan.
Berikut makna dari masing-masing wujud benda yang ada pada logo Kabupaten Majalengka, sebagaimana saya kutip dari bappedalitbang.majalengka.go.id melalui detik.com.
1. Bentuk perisai
Perisai melambangkan perjuangan masyarakat dalam menempuh gelombang hidup dan kehidupan. Di mana dalam perjalanan hidup itu tidak selamanya mulus, tentunya penuh dengan ranjau-ranjau bahaya dan aneka pertempuran lahir batin. Sedangkan bersudut lima melambangkan Dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila.
2. Bentuk gunung
Gunung dan manusia tidak bisa dipisahkan karena sebagai simbol kehidupan dan lambang keagungan. Warna biru tua perlambang keteguhan, di mana manusia harus teguh.
3. Batang tanpa dahan, ranting, daun dan pucuk
Batang tersebut menjulang tegak lurus dari bawah perisai hingga ke bawah puncak gunung melambangkan pohon maja sebagai pohon pangkal dan asal permulaannya Majalengka. Pohon tersebut dilambangkan dengan warna hitam dan putih.Â
4. SelendangÂ
Selendang dengan warna biru tua adalah suatu pelengkap pakaian wanita. Dalam logo Majalengka, selendang  melambangkan kepada masa kebesaran Ratu Nyi Rambut Kasih.
5. Air atau sungaiÂ
Air dan sungai melambangkan watak jiwa manusia yang tidak pernah putus asa. Warnanya biru muda sebagai tanda kesetiaan, berseling putih sebagai ciri kesucian.
6. Bangunan berjumlah tiga suhunan
Dalam logo ada bangunan yang jumlah suhunannya tiga, ini melambangkan tiga kebutuhan pokok hidup manusia dalam wujud benda yaitu sandang, pangan dan papan. Sementara warnanya kuning tua melambangkan kematangan jiwa.
7. Padi dan kapas
Padi dan kapas terdapat pada logo Majalengka, maknanya sama dengan yang tertuang pada Pancasila sila ke-5 yang melambangkan kemakmuran dan kejayaan daerah.
8. Bentuk kompasÂ
Kompas dalam kehidupan sehari-hari gunaanya untuk menentukan arah. Begitu pun dalam logo Majalengka, kompas seabgai pedoman melambangkan manusia hidup harus memiliki ketentuan arah dan tujuan, arah yang tidak menyesatkan.
9. Pita merah putihÂ
Pita berwarna merah putih diambil dari warna bendera Bangsa yang melambangkan kepribadian Bangsa Indonesia.
***
Dari kisah berdirinya Majalengka baik secara lisan menurut nenek moyang ataupun tercatat secara resmi, kita berharap rakyat Majalengka makmur, aman, sejahtera seperti terkandung dalam logo.
Perihal kisah yang berbeda sejatinya bukan bahan untuk diperdebatkan. Semoga bermanfaat.
Salam
-Sri Rohmatiah Djalil-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H