'Kenapa sih, banyak orang bilang kalau Zigi itu ganteng, dia kan biasa saja.' Kubanting tas biru kesayangan ke atas kasur bersamaan dengan tubuhku.
Mata menatap langit-langit kamar berwarna putih dengan dekorasi emas sekelilingnya. Kamar yang luas terasa sempit dan panas, sepanas hati yang kesal dengan pemandangan siang tadi di  sekolah.
Zigi, si Ketua Mading (majalah dinding) di sekolah, orangnya humoris, banyak cewek yang menyukainya.Â
Tambahan dengan tubuh yang proposional, mulai dari yang berkulit putih, sawo matang, sawo busuk hingga berkulit cokelat memuji kegantengan cowok itu.Â
Cowok itu menanggapi pujian dengan senang, tampak dari mimik mukanya yang berseri-seri saat disanjung.
Aku pun meremas rambut dan teriak.
'Aiih dasar play boy cap teri, aku benci,' batinku ngedumel.
'Eh kenapa kamu sewot, urusanmu apa kalau si Zigi ganteng?' Â
'Kamu iri karena gak dapat perhatian dari si Zigi seperti cewek lain?' Â ledek si iri dengki yang ada dalam hatiku.
"Tidaaaak, tidaaaak," teriakku sambil menutup telinga dengan kedua tangan mungil ini.
Aku harus menegaskan kalau tidak iri, juga tak peduli jika dia tak melirikku. Cukuplah sadar diri jika aku bukan wanita cantik.
Sejenak aku diam menenangkan diri hingga suara pesan masuk melalui ponsel OPPO kesayangan.