Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sedihnya Gagal Hadir di Kompasianival 2022

2 Desember 2022   21:27 Diperbarui: 19 Desember 2022   16:24 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hallo Sahabat semuanya,
Saya yakin semua Kompasianer ingin menghadiri Kompasianival 2022, terlebih setelah vakum 2 tahun. 

Begitu pun saya, selama menulis di Kompasiana ingin bertemu dengan sahabat semuanya.

Begitu ada informasi mengikuti Kompasianival, tanpa pikir panjang, saya langsung daftar. Surat balasan pun sampai dari Kompasiana lewat email. Ketika baca surat cinta itu, saya ko degdegan.

Saya mulai berpikir, nanti di acara Kompasianival bertemu dengan siapa ya, tak ada seorang pun yang pernah bertemu. 

Dengan sedikit ragu saya mencoba ngajak Kompasianer yang tak asing lagi bagi kita. Namanya cukup saya saja yang tahu, karena belum minta izin untuk saya tulis di sini. Pokoknya dia baik, sebaik Rehan, itu sebabnya saya tidak bisa melupakannya. Gombal ala emak-emak.

Dia, si dia itu menyambut ajakan saya tuk hadir di Kompasianival 2022, tetapi lihat jadwal ujian dulu. Entahlah ujian apa, yang jelas bukan ujian hidup. Sebagai orang yang cukup cerdas, berpendidikan, taat agama dan pekerja keras, ujian hidup bagi dia mah kecil. Itu sih sinawang saya.

Dokpri
Dokpri

Sejak itu kami sering mengirim pesan, membuat banyak rencana. Rencana utama sih ngikuti Kompasianival, naik panggung, walaupun saya bukan pemenang. Ait jangankan pemenang, nominasi pun tidak, haha.

Rencana lain, kami akan foto-foto di Monas, Kota Tua, belanja oleh-oleh yang ada tulisan Jakarta di Tanah Abang . Maklumlah kami dari luar Jakarta. Pokoknya pertemuan di Kompasianival mau foto-foto sampai sakeselnya.

Kami pun mulai saling share ongkos kapal terbang, ups pesawat maksudnya. Lumayan juga ongkos numpak kapal terbang sekitar Rp750 ribu kelas ekonomi jika pesannya satu pekan sebelum keberangkatan. 

Foto hasil tangkap layar dari tiket pesawat.
Foto hasil tangkap layar dari tiket pesawat.

Saya pun merencanakan akan menginap di Hotel Amaris untuk satu malam bersama anak cewek. Oh ya saya berangkat tidak sendiri, tetapi dengan anak cewek. Dia senang sekali menyambut ajakan saya. "Hayu-hayu, aku kan belum tahu Jakarta, Mah!"

Pokoknya hari-hari kami diisi dengan banyak rencana dan mimpi. Persiapan kami matang, bahkan dia sampai mendadak vaksin dan harus terima resikonya yakni meriang selesai vaksin ke-3.

Dia sempat tidak mau vaksin karena belum siap dengan efeknya yang meriang. 

Saya yakinkan jika vaksin itu tidak ada efek jika kita kondisi sehat dan meminum obat setelah vaksin. Saya dari vaksin 1-3 tidak merasakan apa-apa. Dia akhirnya memberanikan diri vaksin pada tanggal 28 November.

Namun, ada yang belum disiapkan sebelumnya, yaitu surat izin dari suami. Saya sampai kepikiran bagaimana minta izinnya.  

Ini perjalanan pertama saya dan anak cewek ke Jakarta, tentunya harus minta izin. Sangat berat mau ngomong, karena pada tanggal 20 November kami dapat undangan dari Polda Jatim untuk hadir di Polda tanggal 1 Desember.

Persiapan tentu tidak hanya tanggal 1 Desember, sebelum dan sesudahnya saya harus ada di Surabaya. Sementara tanggal 3 Desember harus sudah berangkat ke Jakarta. 

Saya mulai pesimis suami tidak  mengizinkan. Terlebih pada tanggal 15-18 Desember kami pun, Insya Allah ke Jakarta bagian dari rangkaian Polda Jatim.

Namun, saya harus minta izin, besar harapan suami mengizinkan, jika mengizinkan saya akan berangkat dengan anak cewek Sabtu pagi. Teman saya, si dia pun akan berangkat di Sabtu pagi, karena Jum'at masih ujian.

Tanggal 29 November dengan pelan-pelan, suara lembut, saya meminta izin pada suami. Apa jawabnya?

Jantung saya terasa copot mendengar jawaban yang tegas. "Tidak usah berangkat!"

Sedih pisan, tanpa berkata-kata lagi, saya ke dapur dan mengambil pisau. Ups bukan mau bundir, tetapi masak. 

Sebenarnya tidak tahu mau masak apa. Pokoknya, saya mabil bawang merah dan mulai dikupas. Setelah selesai, saya ambil buah pepaya mentah yang akan dibuat rujak.

Saya sadar gak nyambung banget ngiris bawang merah, bawang putih lalu pepaya mentah. Pokoknya kesedihan saya lampiaskan pada pepaya yang masih hijau dan keras. 

Selama di dapur, saya tidak dapat menghasilkan masakan apa-apa,  hanya mengeluarkan air mata dan irisan tipis pepaya, bawang merah dan bawang putih. 

Setelah itu saya memesan makanan lewat gofood. Jujur saja setelah menangis ternyata lapar juga. Hehhe.

"Maafkan aku gak dapat izin tuk ke Jakarta, dirimu pergi saja sendiri, di sana nanti banyak orang ko!" pesan saya melalui pesan pribadi di whatApps.

"Belum rezeki. Aku juga tidak berangkat deh, Bu kalau begitu," jawabnya.

Entahlah bagaimana perasaan dia setelah saya membatalkan semua rencana dan mimpi-mimpi itu. Ambyar pokoknya ambyar.

Semoga tahun depan ada kesempatan untuk bertemu dengan teman-teman semuanya. Walaupun tahun ini tak bertemu dengan sahabat kompasiana saya tetap sayang. 

Makasih Mbak Siska Artati  dan teman-teman semua, semoga persahabatan ini langgeng penuh keberkahan. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun