Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menyikapi Pertemanan Anak dengan Perokok Aktif

9 November 2022   09:36 Diperbarui: 15 November 2022   01:00 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kasus remaja merokok meningkat. Foto by bisnis.com 

Pagi-pagi seperti biasa saya menyapu teras rumah. Ada pemandangan baru untuk pagi itu, di meja teras ada asbak isi puntung rokok dan rokok satu bungkus.

Rokok itu saya amankan di dalam rumah. Saya berpikir mungkin semalam ada tamu suami dan ketinggalan rokoknya. Namun, dugaan saya salah. Ketika pulang sekolah anak saya tanya, "Mah lihat rokok di meja depan?"

"Ehh punya siapa itu?"

"Punya temenku, semalam dia main ke sini, rokoknya ditinggal," terang anak saya yang laki-laki.

Saya tidak banyak tanya, rokok itu diberikannya, tetapi tetap kaget karena mereka saat itu masih SMP.

Keesokan pagi terulang lagi. Saya menemukan rokok di teras rumah. Siang anak saya tanya lagi dan diberikan lagi sama temannya yang nunggu di luar.

Kagetnya Anak Berteman dengan Perokok

Kejadian rokok ditinggal oleh teman anak saya, ketika mereka masih duduk di kelas 8 atau 2 SMP, itu artinya masih anak-anak. 

Setelah kejadian kedua saya tanya anak tentang temannya dan tentu ingin tahu apakah anak saya juga merokok?

Ilustrasi kasus remaja merokok meningkat. Foto by bisnis.com 
Ilustrasi kasus remaja merokok meningkat. Foto by bisnis.com 

"Mamah, aku gak merokok, kan mulutku gak bau rokok. Temenku sengaja merokok di sini karena takut sama orangtuanya." Anak saya menjelaskan alasan kenapa temannya menyimpan rokok di teras rumah.

Saya menjelaskan pada anak terkait dampak perokok pasif dan aktif. Dia sendiri saat masih kecil sudah terdampak asap rokok dan itu membuat saya trauma dan melarang orang untuk merokok di rumah.

Saya percaya pada anak, karena tidak ada gejala dia merokok. Namun, tetap terus mengajaknya diskusi agar tidak tergoda merokok.

Diketahui temannya juga sering mengajak dan membujuk anak saya merokok. Ajakan itu selalu dijawab anak saya, 

"Tidak mau nanti rokoknya meledak di mulutku."

Bagaimana saya menyikapi teman anak yang perokok?

Sisa rokok teman anak saya di gubuk rumah. Dokumentasi pribadi
Sisa rokok teman anak saya di gubuk rumah. Dokumentasi pribadi

Teman anak saya, panggil saja Ivan, Diketahui merokok sejak kelas 7 atau 1 SMP. Menurut anak saya dia kurang perhatian dari orangtuanya. Mungkin antara Ivan dan orangtuanya tidak ada komunikasi yang baik.

Anak berteman dengan perokok? Saya tidak melarang atau memarahi temannya. Jika melarang berteman, kemungkinan anak juga akan maksa dan sembunyi-sembunyi bertemu dengan Ivan. Mungkin juga anak akan ikut merokok.

Ketika Ivan menyimpan rokok kembali di malam ketiga, saya mendekatinya dan memberikan rokok itu langsung.

"Ini rokok Ivan lagi? Kenapa gak dibawa pulang saja?" tanya saya saat itu.

"Takut sama bapak, Tante," jawab Ivan.

"Oh bapaknya tidak tahu. Kalau bapaknya tahu, Tante dimarahi donk, dikira mendukung Ivan merokok. Ivan ngomong saja sama bapak kalau suka merokok, daripada bapak tahu dari orang lain, hayo?"

Ivan hanya menjawab iya Tante. 

Sejak saat itu, Ivan tidak meninggalkan rokoknya lagi di rumah saya. Pertemanan mereka terus berlanjut hingga lulus SMP.

Anak saya masuk ke SMAN sementara Ivan katanya masuk ke SMKN karena ingin mendalami ilmu bengkel motor.

***

Dari peristiwa itu saya menyadari anak bungsu menginjak remaja dan pada umumnya anak laki-laki banyak yang merokok, terlebih SMA.

Di SMA pun, anak saya berteman dengan perokok. Dia sering main juga ke rumah. Ya wes daripada mereka main keluyuran di jalan atau kafe. 

Saya siapkan gubuk atau gasebo di depan rumah untuk mereka berkumpul ngobrol atau kerja kelompok. 

Dengan merokok di ruang terbuka, semoga mengurangi dampak asap rokok. 

Saya pun terus mengingatkan anak untuk menjauhi asap rokok dan tetap olahraga agar sehat.

Menghentikan teman anak merokok rasa-rasanya tidak mungkin. Cukai rokok naik pun, remaja perokok tidak akan peduli apalagi nasihat dari orang lain.

Anak saya bilang, "Biarin saja, Mah, dia kan lagi mencari jati diri."

Eeh malah saya yang kena nasihat anak, heheh. 

Semoga anak saya tatap tidak tergoda oleh rokok.

Semoga bermanfaat, terima kasih telah singgah

Salam,

_Sri Rohmatiah Djalil_

Madiun, 9 November 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun