Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Asap Rokok Menimbulkan Bercak Putih di Paru-Paru Balita Saya

9 November 2022   08:07 Diperbarui: 10 November 2022   16:36 1912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dampak asap merokok pada anak. Foto kompas.com

Dokter anak, Finariawan menunjukkan kondisi paru-paru anak saya melalui hasil rontgen. Di sana ada bercak putih yang tampak jelas walaupun kecil.

Adanya bercak putih pada paru-paru anak, bermula dia mengalami tanda-tanda yang tidak tampak di anak lain. Anak saya sering sakit, rewel, susah tidur, berat badan pun susah naik.

Saya membawanya ke dokter anak berkali-kali, tetapi hasilnya masih sama. Hingga suatu hari saya mendapat rekomendasi dokter anak praktek dari salah seorang teman.

Dokter tersebut diketahui dinas di rumah sakit Ponorogo, sore hari buka praktek di Apotik, Jalan Diponegoro, Madiun.

Namanya anak, setiap ke dokter selalu nangis, rewel, tetapi saat dibawa berobat ke dokter Fina, anak saya anteng. Dokter aktif ngajak ngobrol anak dengan ramah, senyum, jadi saat konsultasi jadi tenang, tidak biduh.

Setelah memeriksa keadaan fisik anak saya, dokter mengatakan harus cek rontgen paru-paru.

Hasil Rontgen 

Ilustrasi bayi sakit TB berobat ke dokter. Foto by shutterstok
Ilustrasi bayi sakit TB berobat ke dokter. Foto by shutterstok

Dari hasil rontgen, anak saya dinyatakan paru-paru kotor harus dibersihkan dengan obat secara rutin selama satu tahun.

Menurut dokter yang menangani anak saya, bercak putih bisa disebabkan karena udara, asap rokok. Dia tidak mengatakan nama jenis penyakitnya, hanya bilang paru-paru kena vlek.

Yang saya ketahui Vlek nama lain dari TBC atau tuberkulosis. Namun, dokter tidak mengatakan itu. "Yang penting ibu rutin ajak anak berobat setiap bulannya, dan obatnya diminum!"

Saya mengikuti saran dokter, tetapi untuk pencegahan dan pengobatan selanjutnya, saya tetap mencari jejak kenapa paru-paru anak kotor.

Seperti keterangan dokter, kemungkinan di rumah ada perokok berat, ada orang sakit TBC dan menular ke anak saya atau udara di luar kotor..

Apakah Vlek dari asap rokok?

Ini pertanyaan yang saya ajukan pada dokter saat itu? Jawabannya pun tidak pasti. Dokter hanya memberi kemungkinan-kemungkinan. Ya, tentu jawaban ada di saya, karena yang tahu keseharian anak adalah orang tuanya.

Jika tertular dari orang terdekat yang mengidap TBC tidak mungkin. Saya tahu kesehatan anggota keluarga dari suami, kebetulan saya tinggal bersama kedua mertua dan kerabat suami banyak, mereka tidak ada yang sakit TBC

Saya dan suami mengambil kesimpulan anak terkena Vlek dari luar rumah, rasanya tidak mungkin. Sebelum usia 2 tahun, bayi saya  dilarang dibawa ke pasar, mall atau keramaian lainnya. Kata orang tua  khawatir sawan. Sawan di sini yakni anak kaget, kejang-kejang karena tidak siap dengan keramaian.

Asap rokok dari dalam rumah, bisa dijadikan salah satu penyebab yang kuat, karena mertua saya perokok berat. Setiap bulannya saya membeli bako 1kg dan perlengkapan lainnya. Bapak mertua akan linting sendiri rokok tersebut.

Katanya aman dengan merokok langsung dari tembakau kiloan, karena usia bapak mertua hingga 105 dan tanpa penyakit apapun.

Mertua memiliki ruangan sendiri untuk melinting rokok, yakni di ruang tengah rumah Jawa. Sementara mertua bisa merokok di mana saja, dapur, ruang tamu, teras atau halaman belakang.

Saya sendiri memiliki ruang keluarga sendiri yang bebas asap rokok. Namun, tidak membatasi siapa pun untuk masuk dan momong bayi. Saya paling sering minta tolong ayah mertua nunggu bayi di ruang bayi, ketika saya nyuci atau asisten belum datang.

Saat momong bayi, ayah mertua tidak merokok dan suami yang bukan perokok pun sering mengingatkan untuk tidak merokok dekat bayi. Saya merasa aman dengan kebijakan itu. 

Bahaya Asap Rokok bagi Anak

Seperti kita ketahui perokok pasif lebih berbahaya dari perokok aktif. Saya pun menyadarinya ketika tinggal dengan mertua. Itu sebabnya ketika mertua momong bayi dilarang sambil merokok.

Namun, ternyata asap rokok bisa menempel di baju, tangan, rambut, tembok dan bertahan di udara sekitar 2-3 jam, walaupun ventilasi rumah jendela terbuka.

Asap rokok pun bisa mengendap di lantai, sementara bayi sering  bermain di lantai.

Mengutip dari alodokter, ada beberapa penyakit pada anak yang disebabkan oleh asap rokok, di antaranya :

  • Anak lebih mudah sakit
  • Meningkatkan risiko infeksi paru-paru, seperti pneumonia, bronkitis dan bronkiolitis
  • Membuat anak sering batuk, mengi, dan sesak napas
  • Memicu serangan asma atau memperburuk gejalanya
  • Menghambat tumbuh kembang anak, terutama berat dan tinggi badan
  • Menimbulkan infeksi telinga
  • Menyebabkan telinga tuli sebagian

Alhamdulillah atas izin Allah Swt dan perawatan teratur anak saya sembuh di bulan ke-14. Selama 13 bulan, sejak usia 2 tahun dia harus minum obat berupa puyer sehari 3 kali. Satu kali minum ada 4 bungkus puyer. 

Anak sampai sudah terbiasa minum obat dan pergi ke dokter Fina. Minum obat pun tanpa nangis atau rewel.

Saya mengajak para orang tua perokok, remaja perokok, yu jaga keluarga, anak kita. Jauhkan anak dari asap rokok. Saya merasakan tekanan mental ketika anak batita  dinyatakan Vlek (TB) dan saya harus selalu menyakinkan diri, kalau itu bukan TBC yang menular ke anggota keluarga lainnya.

Alhamdulillah hingga sekarang kami tak ada yang sakit TBC. Anak bungsu pun sehat, malah dia aktif di klub renang dan volly. 

Semoga bermanfaat

Salam

_Sri Rohmatiah Djalil_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun