Putri saya termasuk anak remaja yang ekstrovert, segala sesuatunya bercerita. Apa yang terjadi pada temannya pun dia ceritakan. Bukan bermaksud gibah, karena dari kejadian yang dialami teman-temannya bisa sebagai kaca bagi putri saya.
Namun, bagaimana jika anak itu (Introvert) tertutup? sulit untuk mengarahkan gaya berpacaran menjadi lebih positif. Terlebih jika orang tua telah memberi ultimatum pada anak untuk tidak pacaran.
Bagaimana Menyikapi Anak Pacaran?
Anak kita jatuh cinta? Fase ini tidak bisa dihindari, karena ini berkaitan dengan rasa. Hanya saja ada remaja yang berpikir dan tidak melanjutkan ke arah pacaran, ada pula yang langsung nembak dan jalan.
Putri saya, mungkin salah satu remaja yang bertekad tidak pacaran untuk waktu dekat, karena dia mengatakan ingin fokus kuliah. Dia pun mengatakan ingin ta’aruf saja.
“Tenang, Mah, aku gak punya pacar,” kata putri saya tadi malam, sepulang belanja.
“Kalau punya pacar, tiap malam Minggu gak mungkin pulang ya,” canda saya saat itu.
Saya menyambut baik niat baiknya, tetapi tidak mengekang jika dalam waktu dekat dia menemukan yang cocok dan ingin menikah. Jodoh kan Tuhan yang ngatur, saya sih ikut saja, hanya harus ada upaya agar mendapatkan yang baik.
Ups … malah ke jodoh, seperti emak-emak kebelet jadi MC (Momong Cucu)
Bagaimana jika suatu saat, anak kita memiliki pacar, seperti kisah Reni di atas?
1. Jadi teman diskusi
Ketika kita mengetahui anak memiliki pacar, tetapi tidak setuju karena khawatir mengganggu sekolahnya? Jangan mencoba untuk mengakhiri hubungan mereka, hal ini akan menjadi boomerang dan menyebabkan anak menjadi nekad.