Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tips Hidup Bertetangga di Tempat Baru agar Kerasan

17 Oktober 2022   07:15 Diperbarui: 17 Oktober 2022   11:10 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah menjadi menjadi rahasia umum jika tinggal di desa sangat kental akan kebersamaan, kepedulian, gotong royong juga tolong menolong.

Di balik itu semua sebenarnya banyak warna, semakin kita bersosial akan semakin memicu konflik. 

Contohnya, warga desa pada umunya memelihara, ayam, kambing, kucing. Rumah antar tetangga biasanya tidak berpagar, oleh sebab itu sangat mudah hewan peliharaan masuk rumah tanpa diundang dan meninggalkan jejak.

Belum lagi masalah ranting pohon yang kena genting tetangga. Hal kecil sering memicu pertengkaran. Namun, konflik juga tergantung bagaimana kita menyikapinya. 

Saya tinggal di desa sudah 20 tahun, sebelum nikah, tinggal di perumahan Jawa Barat. Tentu banyak hal baru ketika memulai hidup di desa tempat tinggal suami.

Dengan berbagai dinamika, hidup di desa, bagi sebagian orang akan tidak kerasan. Apalagi jika terbiasa hidup di perumahan atau di kota yang cuek.

Hidup di desa tidak bisa cuek, kita harus saling memperhatikan, dalam arti tetap ada batas. Tidak boleh ikut campur ke dalam urusan keluarga orang lain.

Seperti yang pernah diceritakan teman saya yang biasa tinggal di perumahan. Ketika pensiun, teman saya pindah ke kampung. 

Dia bilang, "Saya kira di kampung bisa hidup adem tentram , ternyata banyak ini itu, tidak datang arisan disindir, suami saya tidak kerja bakti diomong. Harusnya maklum saja, suami sudah tua, saya ya tetap bayar iuran RT. nyumbang aspal dan lain sebagainya."

Ketika saya pindah ke Madiun dan tinggal di desa, untuk kebersamaannya, gotong royong tidak terlalu kaget. Di perumahan tempat orang tua saya pun masih mementingkan hal itu, Hanya ada beberapa tradisi yang belum saya pahami terutama bahasa daerah Jawa halus. 

Tradisi lain yang belum bisa saya ikuti yaitu rewang. Di mana warga membantu tetangga yang hajatan selama beberapa hari. Bagi saya itu sangat berat.

Pernah ibu mertua saya bilang, jika tidak rewang, kalau kita punya hajat nikahan atau khitanan tidak ada yang bantu masak. 

Suami saya tahu kalau saya tidak bisa bekerja seharian di rumah, terutama dapur, apalagi rumah tetangga. 

Dia tidak mengharuskan saya mengikuti tradisi tersebut. Katanya cukup datang sebentar, adzan Duhur pamit pulang, jangan balik lagi.  

Agar kerasan hidup di desa, beberapa tips yang saya lakukan.

Tips agar kerasan hidup bertetangga di desa/dokpri
Tips agar kerasan hidup bertetangga di desa/dokpri
  • Tetap menyapa, senyum

Tinggal di desa walaupun tidak kenal harus tetap menyapa, minimal ucapkan "Monggo". Mereka yang disapa akan menjawab "Nggih". Jangan kaget ketika menjawab, dia akan bernada tinggi, seperti teriak, marah.

Jika berkendara, kurangi kecepatan kendaraan walaupun itu di jalan desa yang luas. Tujuannya untuk keselamatan pejalan kaki, karena tidak jarang banyak anak-anak yang bermain di luar.

Kadang ada juga dewasa yang duduk di teras rumahnya sambil ngobrol. Walaupun memakai kendaraan, upayakan menyapa, caranya bunyikan klakson perlahan dan pendek. Mereka akan menjawab dengan teriakan "Nggih".

  • Hadiri undangan

Tips kerasan hidup bertetangga dengan mengadakan kegiatan pengajian. Dokpri 
Tips kerasan hidup bertetangga dengan mengadakan kegiatan pengajian. Dokpri 

Kita mungkin sering mendengar seseorang mengatakan tidak ingin menghadiri undangan karena anaknya masih kecil, masih jauh mengadakan hajatan.

Di desa tidak seperti itu, ketika kita sudah menikah, hadirilah undangan pernikahan, khitanan yang diadakan oleh tetangga. 

Kalau di sini istilahnya jagong. Jika tidak punya uang atau bahan makanan pokok, yang penting hadir, entah itu ngamplop sedikit.

Selain undangan pernikahan di desa juga ada undangan tahlilan atau kenduren. Kalau undangan ini tidak perlu ngasih amplop, cukup datang, duduk, berdoa, pulangnya kita dibawakan berkat.

Oh ya, di desa walaupun ada tetangga pernah berbuat salah pada kita, jika akan mengadakan hajatan, tetap harus diundang.

Dengan demikian hubungan yang sempat renggang akan kembali baik, jadi konflik tidak berkepanjangan

  • Berbagi

Dokpri 
Dokpri 

Berbagi rezeki kepada tetangga di manapun pasti sudah menjadi tradisi ya. Akan tetapi kalau di kota besar bagaimana mau kasih hadiah, pagar saja tutup. Mereka pun tidak tahu kita habis pergi dari mana dan bawa oleh apa.

Di desa tidak demikian, jika kita pergi ke luar kota untuk liburan, mereka tahu. Walaupun tetangga tidak minta oleh-oleh, kita harus perasaan kasih oleh-oleh. 

  • Ikuti kegiatan lingkungan 

Tinggal di desa identik dengan gotong royong, kebersamaan atau saling bantu. Itu memang benar. Malah kalau ada yang mendirikan rumah (ngecor) mereka saling gotong royong asalkan harinya Minggu.

Kegiatan lingkungan lainnya adalah kerja bakti, arisan, perayaan hari besar. Walaupun tidak setiap kegiatan kita hadir, karena kesibukan. Kita bisa minta izin atau titip arisan kepada tetangga dekat.

Seperti saya, ketika tanggal arisan seringkali bentrok dengan acara ke luar kota atau ada tamu. Solusinya sebelum pergi ke luar kota, saya titip uang dulu kepada kerabat samping rumah. Jika saya lupa, dia akan membayarkannya dulu.

  • Sabar

Tinggal di mana pun pasti kita harus sabar, karena ujian pasti datang, cobaan pasti mendekat. Namun yakinlah bahwa itu kan membawamu mengerti akan arti kehidupan. Ups kayak lagu saja.

Betul, harus sabar, tinggal di desa banyak omongan yang melebar. Misalnya saya diskusi dengan suami, suaranya ngerock.

Pas ke warung atau bertemu tetangga ditanya, "Tadi berantem ya, enek opo, bla, bla ..."

Sampai ke RT lain temanya sudah bertambah. Biasa gosip digosok makin sip. 

Kalau diladeni, capek deh, umbaren saja, sabar, fokus dengan pekerjaan kita. Senyumin saja. 

Ada tips lain agar kerasan tinggal di desa? Kasih tahu saya ya agar tambah kerasan.

Terima kasih telah singgah, salam 

#Sri Rohmatiah Djalil

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun