Selain undangan pernikahan di desa juga ada undangan tahlilan atau kenduren. Kalau undangan ini tidak perlu ngasih amplop, cukup datang, duduk, berdoa, pulangnya kita dibawakan berkat.
Oh ya, di desa walaupun ada tetangga pernah berbuat salah pada kita, jika akan mengadakan hajatan, tetap harus diundang.
Dengan demikian hubungan yang sempat renggang akan kembali baik, jadi konflik tidak berkepanjangan
- Berbagi
Berbagi rezeki kepada tetangga di manapun pasti sudah menjadi tradisi ya. Akan tetapi kalau di kota besar bagaimana mau kasih hadiah, pagar saja tutup. Mereka pun tidak tahu kita habis pergi dari mana dan bawa oleh apa.
Di desa tidak demikian, jika kita pergi ke luar kota untuk liburan, mereka tahu. Walaupun tetangga tidak minta oleh-oleh, kita harus perasaan kasih oleh-oleh.Â
- Ikuti kegiatan lingkunganÂ
Tinggal di desa identik dengan gotong royong, kebersamaan atau saling bantu. Itu memang benar. Malah kalau ada yang mendirikan rumah (ngecor) mereka saling gotong royong asalkan harinya Minggu.
Kegiatan lingkungan lainnya adalah kerja bakti, arisan, perayaan hari besar. Walaupun tidak setiap kegiatan kita hadir, karena kesibukan. Kita bisa minta izin atau titip arisan kepada tetangga dekat.
Seperti saya, ketika tanggal arisan seringkali bentrok dengan acara ke luar kota atau ada tamu. Solusinya sebelum pergi ke luar kota, saya titip uang dulu kepada kerabat samping rumah. Jika saya lupa, dia akan membayarkannya dulu.
- Sabar
Tinggal di mana pun pasti kita harus sabar, karena ujian pasti datang, cobaan pasti mendekat. Namun yakinlah bahwa itu kan membawamu mengerti akan arti kehidupan. Ups kayak lagu saja.
Betul, harus sabar, tinggal di desa banyak omongan yang melebar. Misalnya saya diskusi dengan suami, suaranya ngerock.