Dua kebutuhan ini masih dilakukan secara gotong royong:
Catering sangat penting sebagai penghormatan pada tamu undangan, tetapi tidak perlu memesan catering ke luar.Â
Tenaga untuk masak, biasa diambil dari warga desa yang sudah biasa memasak dibantu oleh ibu-ibu lingkungan dalam satu RT. Satu pekan sebelum acara pernikahan sebagian warga sudah rewang (bantu).Â
Sebelum acara inti pesta pernikahan akan ada tradisi weweh, yakni mengantar nasi dan lauk di rantang kepada tetangga satu RT, kerabat, sahabat.Â
Ya ... kalau dihitung minimal ada 60 set rantang (satu set ada 4 susun). Jika kenalan dan kerabatnya banyak, bisa lebih dari 200 rantang.
- Gedung
Tempat resepsi pernikahan di desa saya pada umunya di rumah, itu pun bukan di dalam, tetapi di halaman atau jalan. Tukang terop dan tukang dekorasi akan menyulap halaman rumah menjadi cantik.
Alasan kenapa tidak sewa gedung selain tradisi, juga halaman rumah di desa itu luas, pun meminimalisir pengeluaran.Â
Pertimbangan lain adalah jarak dan kendaraan. Tamu undangan pada umumnya masih ruang lingkup satu desa dan tetangga desa. Mereka tidak semuanya bisa mengendarai kendaraan ke gedung yang berada di kota.
Wedding Organizer (WO).
Ada lagi vendor yang biasa dipakai oleh pengantin agar semua lancar yakni wedding organizer (WO). Wedding organizer ini nantinya yang akan menjadi mediator antara pengantin dan vendor lain.Â
WO juga bisa diajak diskusi terkait pengelolan keuangan untuk pernikahan. Namun, tentunya ada dana sendiri untuk WO. Mahal? Nanti kalau saya nikahkan anak cewek, saya bagikan detail biayanya. Nunggu calon mantu saleh, ganteng, pekerja melamar anak cewek dulu. Hik.Â
Menurut perias pengantin kepada saya, 3/10/2022, WO di desa itu tidak cocok, karena pemangku hajat biasanya dibantu saudara terdekatnya dan tetangga untuk mengatur segalanya agar lancar.
Untuk mensukseskan pesta pernikahan, satu bulan sebelum hari H sudah dilaksanakan rapat RT. Dalam rapat dibahas siapa yang jaga makanan di tempat prasmanan, jaga tamu, jaga parkir, jaga keamanan (hansip).Â