Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kenangan Lawas Naik Kereta Api

28 September 2022   14:49 Diperbarui: 28 September 2022   20:40 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana stasiun era 90-an. Foto by diadona

Sebelum tahun 2003 kereta api bagi saya adalah hal yang aneh, karena kota Majalengka di mana saya lahir dan dewasa tidak ada stasiun kereta. 

Jika bepergian jauh, cukup menggunakan bus atau mikrolet. Paling jauh saya pergi ke Bandung.

Semua berubah ketika teman satu kantor pindah ke kotanya, Madiun, 2003. Saat liburan kenaikan kelas, saya mengunjungi rumahnya sekalian memberikan berkas kepindahan.

Kata teman saya, untuk ke Madiun bisa menggunakan kereta api dari stasiun Cirebon Kejaksan atau Prujakan. 

Ada banyak pilihan kereta api di sana, pembelian tiket pun mendadak. Tahun 2003 belum ada pembelian lewat Indomart atau aplikasi lainnya, semua serba manual dan tepat waktu.

Dengan diantar adik laki-laki pukul 12.00 saya ke Cirebon Kejaksan. Dua jam kemudian saya tiba di stasiun Kejaksan dan langsung antri tiket kelas ekonomi. Saat itu semua tiket ekonomi bebas dijual, tidak menghitung jumlah kursi.

Saya tidak dapat membayangkan akan seperti apa di dalam gerbong. Perasaan takut mulai muncul ketika duduk di ruang tunggu. Selang beberapa menit kereta api datang dan pergi dengan suara yang melengking.

Ilustrasi suasana stasiun era 90-an. Foto by diadona
Ilustrasi suasana stasiun era 90-an. Foto by diadona

Ruang tunggu penuh dengan penumpang yang tak ada satu pun saya kenal, rasanya ingin membatalkan keberangkatan. Namun, adik saya terus menyakinkan kalau akan baik-baik saja. 

Saya yakin, sebenarnya adik saya juga khawatir, karena ini perjalanan saya untuk pertama kalinya, apalagi sendiri. Jika ada uang lebih ingin rasanya mengajak adik ikut dalam perjalanan jauh itu. 

Tiket kereta ekonomi memang murah saat itu sekitar Rp17 ribu, tetapi gaji honor juga kecil. Walaupun temen bilang uang tiket diganti, rasa-rasanya tidak enak kalau membebani dia.

"Teteh nanti ada temannya, ini dia ke Madiun juga!" Adik saya tiba-tiba menunjuk salah seorang perempuan cantik.

Mungkin ketika saya melamun, adik saya bertanya tujuan pada perempuan di sebelahnya. Kami pun kenalan, sebut saja namanya Sarmi. Sepertinya dia sudah sering naik kereta api, tampak dari sikapnya yang tenang.

Kereta Api Kelas Ekonomi

Tempat duduk kereta ekonomi sekarang sangat jauh dengan tahun 90-an yang keras. Dokpri
Tempat duduk kereta ekonomi sekarang sangat jauh dengan tahun 90-an yang keras. Dokpri

Tibalah kereta ekonomi datang. Seorang petugas memberitahu lewat pengeras suara. Jantung saya makin degdegan dan selalu bilang pada Sarmi untuk tidak meninggalkan saya sendiri.

Aman, kami berdua berhasil naik gerbong kereta ekonomi. Akan tetapi pemandangan di dalam gerbong mengejutkan. 

Gerbong sesak dipenuhi orang, tas besar dan kardus. Jalan antara kursi banyak orang tidur beralas koran atau kardus, sampah pun berserakan tidak karuan.

Saya bersama Sarmi berdiri bergelantungan dekat kursi paling belakang. Maju mundur tak bisa karena tidak ada jalan yang bisa dilewati untuk mencari gerbong kosong.

Saya tak hentinya memegang tangan Sarmi. Sarmi pun selalu bilang, "Jangan takut ada saya."

Entah berapa lama saya dan teman bergelantungan bersama penumpang lain. Tiba-tiba seseorang memberikan kursinya pada kami berdua.

Plong, pada akhirnya bisa duduk di antara desakan orang, walaupun kursi yang amat keras itu seharusnya diisi 2 orang jadi diduduki 3 orang. 

Tidak masalah karena saya kecil. Duduk berada di tengah cukup merasa aman, tetapi belum bisa menghilangkan rasa takut.

Sepanjang perjalanan saya membaca shalawat dan ayat kursi dalam hati karena tidak bisa tidur. Suara kereta amat bising, bersahutan dengan suara dengkur orang tidur dekat kaki.

Naik kereta api ekonomi pada tahun 2003 benar-benar kenangan yang paling menyeramkan. Belum lagi ketika melewati stasiun kecil, ada ibu-ibu yang teriak karena tasnya diambil dari luar jendela oleh seseorang.

Tiba di Madiun

Berangkat dari stasiun Cirebon sekitar pukul 20.00 WIB, tiba di stasiun Madiun pukul 07.00 WIB. Saya dan Sarmi pun berpisah di depan pintu keluar. 

Dia melanjutkan perjalanan naik bus menuju Ponorogo. Saya menunggu teman yang katanya hendak menjemput.

Namun, lama menunggu dia tidak datang. Setelah menelepon melalui telepon umum yang memakai koin, ternyata yang jemput adalah kakak iparnya, kakak dari suaminya.

Satu hari di Madiun saya dikenalkan dengan keluarga teman saya dan keluarga suaminya.

Itulah misi disuruh ke Madiun karena akan dikenalkan dengan kakak iparnya yang belum menikah. Maksudnya, agar saya melihat langsung kondisi kakak iparnya yang difabel.

Saya tidak memberi jawaban atas niat keluarga teman saya itu, hanya berjanji 10 lagi akan memberi jawabannya. Setelah 20 hari saya baru menikah dengan laki-laki yang sampai sekarang menjadi suami.

Kereta Api Kelas Ekonomi Sekarang

Kereta api eksekutif. Dokpri 2022
Kereta api eksekutif. Dokpri 2022

Selama berdomisili di Madiun, saya sering naik kereta api ketika mudik. Akan tetapi sudah tidak naik kelas ekonomi lagi karena sudah merasakan sengsaranya naik kelas ekonomi. 

Dengan membawa anak dan suami, akan lebih nyaman menggunakan kereta api kelas eksekutif. 

Kembali naik kereta ekonomi pada tahun 2021 ketika mudik sendiri dan jalan-jalan ke Yogya bersama anak cewek. Kondisi kereta ekonomi benar-benar nyaman. jauh dari kata panas, sesak, takut. 

Semua kelas sekarang sudah dipasang pendingin ruangan dan tiket kereta sesuai tempat duduk.

Keadaan gerbong bersih dari pedagang atau orang lalu lalang, sehingga meletakkan apa pun di dekat jendela aman. Namun, hati-hati harus.

Perubahan ini tentu bukan dimulai tahun 2021, sebelumnya juga sudah lebih tertata dan nyaman. Apalagi sekarang ada program beli tiket 2 jam sebelumnya naik eksekutif bisa dapat harga sekitar Rp65 ribu ke Surabaya atau Malang yang sebelumnya Rp360 ribu.

Naik kereta ekonomi ke Yogya tahun 2022. Dokpri
Naik kereta ekonomi ke Yogya tahun 2022. Dokpri

Ayoo naik kereta api ke Madiun, sekarang akan ada kenangan indah sepanjang perjalanan. 

Terima kasih telah singgah,

Salam

Sri Rohmatiah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun