Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Balutan Kebaya Penerima Tamu dalam Tradisi Temu Manten

12 September 2022   19:42 Diperbarui: 14 September 2022   16:32 1472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto balutan kebaya pada acara temu manten RT. 20 Sidorejo, Sidomulyo, Madiun. Foto dokumen Sri R Djalil

Di desa tempat saya tinggal dukungan dari tetangga disebut rewang. Rewang ini bantuan berupa tenaga, pikiran, waktu.

Rewang biasanya dilakukan satu pekan sebelum acara temu manten, tetapi hanya perewang yang inti untuk membuat aneka jajanan. Menjelang 3 hari hari pernikahan, 90 persen warga tetangga dan kerabat sudah rewang.

Balutan kebaya pada acara temu manten,  RT. 18, Sidorejo, Sidomulyo, Madiun. Foto dokpri/Wiwik Susanti
Balutan kebaya pada acara temu manten,  RT. 18, Sidorejo, Sidomulyo, Madiun. Foto dokpri/Wiwik Susanti

Balutan Kebaya dalam Temu Manten

Hari temu manten adalah di mana kedua mempelai mengikuti rangkaian tradisi Jawa, salah satunya sungkeman. 

Rangkaian tradisi temu manten, biasanya dilaksanakan sekitar 2 jam yang diawali dengan mempertemukan pengantin laki-laki dengan perempuan yang diiringi shalawat Nabi. Saat shalawatan ini paling mengharukan, terkadang saya meneteskan air mata. Kedua mempelai dipakaikan selendang merah putih dengan didampingi kedua orang tua masing-masing untuk menuju kursi pengantin yang bak kursi raja.

Selama prosesi temu manten, para tamu akan menyaksikan sambil menikmati makanan yang dibawa oleh laden (laki-laki). Penerima tamu berkebaya akan membantu memberikan makanan tersebut kepada para tamu.

Petugas laden jumlahnya banyak, hampir semua warga laki-laki dalam satu RT menjadi laden, kurang lebih 20 hingga 30 orang. Untuk penerima tamu hanya ibu-ibu tertentu saja. Penerima tamu minimal harus ada 8 orang. Hal ini karena  tidak semua ibu-ibu mau jadi penerima tamu, alasannya terkait baju kebaya yang harus dikenakan.

Laden pada acara temu manten di Rt.18. Foto dokpri/Wiwik Susanti 
Laden pada acara temu manten di Rt.18. Foto dokpri/Wiwik Susanti 

Seragam kebaya yang dipakai penerima tamu bukan sumbangan dari RT atau yang punya hajat. Ibu-ibu harus membeli sendiri bahannya.  Ada juga bantuan dari kas RT atau dari pemangku hajat, tetapi tidak banyak, cukup untuk ongkos jahit, tetapi itu sangat jarang sekali ada sumbangan.

Selain terkait dana untuk membeli seragam kebaya, juga tingkat percaya diri. Tidak semua warga percaya diri tampil di depan, salah satunya saya. Saya lebih nyaman jadi tamu undangan, tetapi itu dulu ketika sibuk bekerja. Sebagin ibu-ibu ada bertugas menjadi penerima gawan di depan, sebagian lagi di dapur, rewang memasak, beres-beres atau membuat kopi.

Balutan kebaya pada acara temu manten,  RT. 18,  Sidorejo, Sidomulyo, Madiun. Foto  dokpri/Wiwik Susanti
Balutan kebaya pada acara temu manten,  RT. 18,  Sidorejo, Sidomulyo, Madiun. Foto  dokpri/Wiwik Susanti

Bahan Kebaya

Bahan kebaya yang dipakai untuk penerima tamu bervariasi, tergantung kesepakatan ibu-ibu, misalnya kain katun, tile dan brokat. Namun, kain tile menjadi primadona di antara jenis kain kebaya lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun