Seorang ibu pun akan lebih stres dibandingkan ayah ketika menerima kenyataan pahit. Hal ini karena berkaitan dengan peran utama ibu sebagai orang yang mengandung, mengasuh.
Orang tua membutuhkan waktu untuk menerima kelahiran anak yang berkebutuhan khusus. Ada tahapan yang harus dilaluinya. Menurut Dr. Elisabeth Kübler-Ross ada lima tahap duka cita hingga seseorang menerima kenyataan.
Lima tahap tersebut ditulis dalam bukunya “On Death and Dying”, yakni, penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan.
Pertama denial (penolakan)
Orang yang sedang berduka pada tahap ini perasaannya bingung, malu, bercampur aduk, sehingga akan mengurung diri. Terlebih jika kerabat dan lingkungan tidak mendukung, dia akan mengalami depresi.
Tahap kedua angry (kemarahan)
Setelah ada perasaan malu, dia pun akan marah. Untuk melampiaskan kemarahan, akan menyalahkan diri sendiri, dokter, bidan atau orang-orang terdekat.
Akibat dari marah itu seseorang yang berduka tidak ingin melakukan sesuatu. Jika dikaitkan pada ibu yang melahirkan bayi difabel, dia akan menolak menyusui dan mengasuh.
Tahap ketiga depression (depresi)
Dalam kemarahan, seseorang akan merasa putus asa, kehilangan harapan. Di tahap ini akan berbahaya, bisa saja dia melakukan hal buruk pada dirinya sendiri atau orang lain.
Jika dikaitkan pada si ibu yang melahirkan bayi difabel, dia bisa saja membuang, bahkan membunuh bayi tersebut.
Tahap keempat bargainning (menawar)
Pada tahap ini, seseorang yang berduka akan merenung. Dia akan me berusaha menerima masukkan dari orang lain dan menghibur diri. Nasihat dan support dari orang lain dan keluarga sangat dibutuhkan, terutama perihal rasa syukur.
Apa yang terjadi sudah terbaik dari Tuhan. Tidak ada rencana Tuhan yang buruk. Penerimaan seperti itu bagi ibu yang sedang berduka sangat dibutuhkan.
Tahap kelima acceptance (peneriman)
Pada tahapan terakhir, dia yang berduka mulai berdamai dengan kenyataan. Dia menerima apa yang telah terjadi.