Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

5 Cara Mengatasi Kebosanan pada Anak di Sekolah

20 Juli 2022   16:10 Diperbarui: 25 Juli 2022   06:20 1500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bosan belajar. Foto by shutterstock 

Anak-anak mulai masuk sekolah seperti biasanya, tentunya ada banyak peristiwa baru yang diceritakan anak ketika sampai di rumah.

Seperti anak saya, hari pertama dia bercerita, "Duh, hoam aku, Mah, tadi banyak duduk dan menulis."

Hari kedua dia mengatakan senang karena ada acara yel yel MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) yang lucu. Anak-anak juga diajak mengelilingi lingkungan sekolah.

Ada lagi cerita dari sebuah postingan media lokal Madiun. Saat anak sekolah dasar mengikuti upacara pembukaan MPLS, banyak di antaranya yang merasa hoam. 

Pengertian Kebosanan atau Hoam

Hoam adalah bahasa gaul yang sering digunakan remaja di media sosial yang artinya bosan. Bosan bisa menyerang siapa saja, baik anak-anak ataupun orang dewasa. Muncul perasaan bosan ketika kita melakukan suatu hal yang monoton dalam waktu lama.

Melansir dari Psychology Today, kebosanan umumnya dipandang sebagai keadaan emosional yang tidak menyenangkan di mana individu merasakan kurangnya minat dan kesulitan berkonsentrasi pada aktivitas saat ini.

Kondisi ini mereka tunjukan dengan berbagai ekspresi dan tingkah, seperti menguap, menutup muka dengan topi, menggangu temannya, jongkok, mainkan kartu pengenal dan masih banyak lagi tingkah lucu lainnya.

Anak yang bosan saat MPLS. Foto by Madiuntoday.com
Anak yang bosan saat MPLS. Foto by Madiuntoday.com

Sebab Anak Merasa Bosan di Sekolah

Ketika kita mendapat laporan dari guru bahwa anak sering kali menghindar saat belajar di kelas. Kita mungkin berpikir guru menyajikan materi membosankan atau malah anaknya yang tidak menyukai pelajaran di kelas.

Itu mungkin salah satu penyebab anak bosan di kelas. Namun, kita perlu mengenali sebab lain mengapa anak mudah bosan belajar. Melansir dari Very Well Family berikut sebab-sebabnya :

Tidak cukup menantang

Anak yang mudah bosan bisa disebabkan karena materi di kelas kurang menantang. Dia menganggap instruksi yang diberikan guru sangat mudah. Dengan alasan sangat mudah, anak yang cepat bosan ini malah kurang teliti, dia sering melakukan kesalahan ketika mengerjakan soal atau hal lain. Istilahnya terlalu menyepelekan.

Menurut Amanda Morin, 2020 dalam artikel Why Kids Get Bored at School and How to Help, siswa yang kurang tantangan sangat pintar, tetapi dia sangat ceroboh dalam pekerjaannya.

Kurang motivasi

Siswa yang kurang termotivasi mengeluhkan kebosanan di kelas, karena mereka merasa sudah tahu apa yang diajarkan.

Dia sering berkata, "sekolah itu membosankan", "itulah sebabnya saya tidak mengerjakan tugas" atau "itulah mengapa saya tidak memperhatikan." Mereka menganggap materi di kelas tidak penting baginya.

Mereka belum terhubung dengan teman sebaya atau gurunya

Anak-anak yang mengalami kesulitan menjalin hubungan dengan teman sebaya atau guru lebih cenderung merasa bosan. Mereka merasa sangat terisolasi, jadilah hari-harinya membosankan. Tidak ada teman bicara memang sangat membosankan. Sama dengan orang dewasa, jika sendiri melewati waktu itu terasa lama dan sangat menyiksa.

Keterampilan mereka kurang

Anak yang mudah bosan tidak semuanya cerdas, bisa jadi dia tidak memiliki kemampuan dalam bidang tertentu. Sehingga dia sering mengatakan, "Saya bosan pelajaran matematika." Padahal mereka ingin mengatakan tidak menguasai pelajaran matematika.

Itu hanya sebagian kecil sebab anak merasa bosan di kelas. agar lebih tahu alasan lain kenapa anak merasa bosan perlu adanya pendekatan. Setelah kita tahu penyebabnya, jangan memarahi si kecil karena dia bosan belajar di sekolah, lebih baik kita lakukan cara berikut.

Anak yang merasa bosan saat MPLS, foto by Madiuntoday.com
Anak yang merasa bosan saat MPLS, foto by Madiuntoday.com

Atasi Kebosanan pada si Kecil Saat di Sekolah

Pengalaman yang pernah terjadi pada anak bungsu saya ketika masih kelas satu sekolah dasar, dia melampiaskan kebosanan dengan menghindar dan bersembunyi di belakang kelas. Ketika ditanya kenapa bersembunyi, dia mengatakan bosan karena pelajarannya sudah mengerti.

Apapun alasannya, kebosanan harus segera diatasi agar tidak berkelanjutan. Untuk mengatasi kebosanan membutuhkan stimulasi yang lebih intens.

Melansir dari Very Well Family ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kebosanan pada anak :

1. Diskusi dengan anak

Komunikasi yang baik dengan anak tentang kebosanannya di kelas akan membantu menyelesaikan masalah. Kita bisa memulai diskusi dengan mengetahui apa yang dilakukan anak di sekolah, tetapi gunakan seni bertanya, yakni tidak menghakimi.

Yang perlu kita ketahui dari anak adalah:

- Apa yang menurut anak membosankan di sekolah?
- Apa anak menyelesaikan tugas lebih awal dibanding temannya?
- Apakah anak menikmati tugas itu sendiri?
- Apakah menikmati topik secara umum?
- Apakah anak menyukai cara guru menyampaikan materi?

Jika dengan pertanyaan itu si kecil sulit menjawab, kita bisa mengajaknya untuk bermain peran. Di mana posisikan diri kita sebagai murid dan anak sebagai guru.

Kita bisa menunjukkan bagaimana rasa bosan yang dialami di sekolah dengan berbagai gesture tubuh.

Dengan demikian anak akan terpancing untuk mengekspresikan rasa bosannya. Sehingga kita tahu bagaimana mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi anak di sekolah.

2. Libatkan guru dan anak

Untuk membantu kebosanan anak di kelas, kita bisa diskusi dengan guru dan anak. Duduk bersama membicarakan permasalahan anak akan menemukan solusi.

Sementara guru dan orang tua juga jadi tahu hal apa yang dapat membuat anak mudah bosan ketika sedang belajar. Sehingga hal ini tak lagi jadi penghalang bagi si kecil untuk menuntut ilmu di sekolahnya.

3. Ajak anak bermain untuk mengatasi kebosanan

Ketika anak saya merasa bosan belajar di kelas, dia keluar dan dan bersembunyi. Gurunya menemukan dia di duduk di belakang kelas. Trik gurunya adalah menyuruh anak saya membeli pentol, Rp5.000. Anak saya kembali ke kelas dan memberikan pentol itu kepada gurunya. Sejenak mereka bersama makan cilok.

Permainan dan jeda sangat penting untuk mengembalikan mood anak belajar. Anak yang kesulitan menyesuaikan diri di sekolah biasanya lebih mudah menerima pelajaran jika suasananya tampak lebih menyenangkan. Termasuk soal pembawaan pelajaran yang dilakukan oleh para guru.

Di rumah, kita juga perlu menyiapkan cukup waktu untuk bermain dengan teman-temannya. Waktu khusus untuk bermain dengan temannya bisa dilakukan pulang sekolah. Jika pagi, sebelum berangkat, anak saya sering bermain bola dengan sepupunya. Hal ini membuat anak lebih bersemangat dalam menjalankan kegiatannya di sekolah setiap hari.

4. Jelaskan akan pentingnya sekolah

Anak saya pernah tidak masuk sekolah karena alasan tidak jelas. Dia mengatakan tidak ingin sekolah lagi. Baru enam bulan masuk kelas satu SD, mau keluar. Aduh pusing saat itu. Pernahkah Bunda mengalami hal serupa?

Ilustrasi anak bosan belajar. Foto by shutterstock 
Ilustrasi anak bosan belajar. Foto by shutterstock 

Meskipun demikian, kita jangan menyerah, perlu sedikit menjelaskan betapa penting sekolah bagi masa depan. Kita bisa menjelaskan hal ini dengan bahasa anak agar mudah dimengerti.

5. Berikan pujian dan penghargaan kecil

Ada sebagian orang tua yang tidak membenarkan memberi hadiah pada anak. Itu sama saja mengajari anak korupsi. Saya rasa tidak masalah memberi hadiah atas pencapaian anak asalkan tidak berlebihan.

Hadiah tidak harus dengan barang mahal, cukup pujian atau hal kecil. Bagi anak hal ini sangat berharga dan bisa membuatnya semangat sekolah.

Mengatasi anak yang sering bosan sekolah sangat sulit. Namun, kita jangan patah semangat, harus terus mencoba dan menjelaskan pada si kecil agar dia mengerti pentingnya sekolah.

Alhamdulillah, anak bungsu saya sejak itu rajin sekolah dan sekarang sudah sekolah menengah atas di sekolah yang sama dengan kakaknya. 

Terima kasih telah singgah, semoga bermanfaat

Salam,

Sri Rohmatiah

Bahan bacaan 1 dan 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun