Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga suka cerita, Petani, Pengusaha (semua lagi diusahakan)

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rayakan Idul Adha di Tengah Keterbatasan Fisik Tetap Asyik

10 Juli 2022   16:02 Diperbarui: 11 Juli 2022   06:41 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Idul Adha merupakan hari besar agama Islam yang dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijah. 

Tanggal 10 Dzulhijah menjadi sangat istimewa karena sebagian umat Muslim sedang melaksanakan ibadah haji. Setelahnya umat Muslim yang mampu melaksanakan penyembelihan hewan kurban.

Sebelum menyembelih hewan kurban, umat Muslim melaksanakan salat Idul Adha di masjid atau lapangan. 

Bagi saya dan keluarga ini untuk pertama merayakan Idul Adha tanpa anak pertama. Dia melaksanakan puasa tarwiyah dan arafah juga salat Idul Adha di Malang bersama teman-temannya. Sementara suami yang dahulu bisa naik motor ke masjid untuk melaksanakan salat, sekarang tidak bisa lagi.

Atas izin Allah, suami sudah satu tahun total memakai kursi roda. Dengan nikmat itu, kami juga diberi kemampuan untuk membeli kursi roda elektrik, sehingga bisa aktivitas seperti biasanya.

Masyarakat pun tidak keberatan suami membawa kursi rodanya ke dalam masjid untuk melaksanakan ibadah sehari-hari terutama salat Jum'at dan salat hari raya.

Namun, masjid yang ada di desa kami tidak ramah disabilitas, tidak ada akses menuju ke dalam masjid untuk kursi roda. 

Dari hasil musyawarah takmir masjid, kami membuat sendiri akses itu. Sebenarnya takmir akan membuatkan sendiri, tetapi kami lebih memilih membuat sementara dari kayu jati agar bisa dipindah saat tidak diperlukan lagi.

Jarak rumah ke masjid tidak jauh, hanya sekitar 200 meter. Dengan jarak seperti itu kami tetap harus lebih awal mempersiapkan diri karena aktivitas sehari-hari tidak bisa cepat layaknya orang normal. 

Sejak memakai kursi roda suami juga memutuskan untuk berhenti menjadi penceramah di masjid karena tidak bisa naik lagi mimbar. Namun, dia masih tetap menjadi takmir dan panitia diberbagai kegiatan masjid.

Dokpri
Dokpri

Bagaimana kami memaknai Hari Raya Idul Adha di tengah keterbatasan fisik dan rasa sakit?

Bagi umat muslim, Hari Raya Idul Adha adalah hari besar keagamaan yang selalu dirindukan karena sebagai bentuk meningkatkan ketakwaan. Ini juga menjadi momen untuk menumbuhkan rasa kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama. 

Melaksanakan ibadah sejatinya bukan diwajibkan kepada umat Muslim yang sehat atau mampu saja. 

Umat tidak mampu secara fisik pun, harus beribadah, tentunya dengan keringanan yang telah ditetapkan. Misalnya jika tidak mampu berdiri untuk salat, maka salatlah dengan duduk, jika masih tidak mampu, lakukan salat dengan terlentang. Untuk itu saya sangat prihatin jika ada masjid atau mushala tidak aksebilitas. 

Setiap bepergian dan singgah di masjid sangat jarang yang aksebilitas. Untungnya saya selalu membawa perlengkapan untuk membantu suami masuk, seperti kursi plastik, tongkat, kursi roda.

Berkurban walaupun hukumnya bukan wajib, tetapi sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw., dan termasuk sunnah muakad. Perintah berkurban salah satunya ada dalam Al-Qur'an, surah AL-Kautsar ayat 2 yang artinya :

"Maka laksanakanlah salat karena Tuhan-mu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah)."

Dari ayat tersebut, ibadah kurban sebagai sarana untuk mendeketkan diri pada Allah Swt., mengingat bahwa Allah Maha Pencipta, Maha sempurna.

Hikmah lain dari ibadah kurban adalah kelak di akhirat, setiap helai bulu, darah, dan daging yang dibagikan akan mejadi pemberat amalan kita. Tentunya, bagi mereka yang  berkurban dengan ikhlas dalam menjalankannya.

Seperti yang disampaikan dalam hadits berikut.

Dari Aisyah, Rasulullah saw., bersabda :

"Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah --sebagai qurban-- di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya." (HR. Ibn Majah dan Tirmidzi)

Selain itu, berkurban juga sebagai bentuk ketaqwaan dan ketundukan kita pada Allah Swt., bentuk syukur atas rezeki yang diperoleh. Baik rezeki berupa materi, sehat, sakit, keterbatasan fisik. Sejatinya semua yang kita peroleh dan rasakan adalah wujud dari rezeki yang patut  disyukuri.

Semoga kita tetap berada dalam ketakwaan, bagaimana pun kondisi fisiknya.

Bahan bacaan  Zakat.0r.id 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun