3. Kurangnya Modal
Petani desa yang hanya mengandalkan hasil panen untuk kebutuhan sehari-hari, tidak memiliki banyak modal untuk bercocok tanam. Jalan keluar dari situasi tersebut adalah meminjam modal dari tengkulak.
Adanya hubungan sosial dan utang, akhirnya petani menjual gabah kepada tengkulak walaupun harga rendah. Hal ini mengakibatkan petani tidak bisa lepas dari zona tengkulak.
***
Apa yang bisa dilakukan petani agar keluar dari zona calo dan tengkulak?
Mata rantai pendistribusian gabah sudah berjalan lama, mungkin petani sulit lepas dari peran calo dan tengkulak. Namun, setidaknya dengan berbagai usaha petani tidak dirugikan dengan tindakan calo. peristiwa yang dialami Alwi, Parjo dan Surti tidak terjadi lagi.
Jika melihat yang dialami tiga petani di atas, harus adanya ketegasan dari meraka untuk membela diri agar harga gabah tidak diumbang-ambing calo. Dalam menentukan harga, baik calo atau tengkulak sering mencari celah agar rendah.
Untuk yang pertama, Alwi harus tegas tidak memetik padi sebelum waktunya walaupun diiming-iming harga tinggi. Ingat bahasa lisan tidak bisa dipertanggungjawabkan, sewaktu-waktu bisa berubah. Ketika melihat gabah di sawah, bisa saja dia mengatakan A, ketika gabah tinggal angkut, harga bisa B dengan berbagai alasan.Â
Peristiwa kedua, calo sebenarnya menggebrak Surti untuk mendapat keuntungan lebih besar lagi. Jika gabah belum diangkut ke truk, membatalkan jual beli yang tidak sesuai kesepakatan tidak masalah.
Di sini ada kepanikan Surti, takut gabahnya tidak terjual karena saat panen raya tengkulak kewalahan menampung hasil panen petani. Sekarang menyimpan gabah kering sulit juga dilakukan karena tengkulak tidak mau terima gabah lintas musim. Jika mau, harga pun semakin rendah.