Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

3 Alasan Petani Tergantung pada Tengkulak

5 Juli 2022   07:24 Diperbarui: 7 Juli 2022   00:51 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Padi siap dipanen. Foto dokpri (Sri R Djalil)

Ketika panen raya, seluruh hasilnya dibawa ke tengkulak itu untuk bayar utang. Jika ada sisa gabah, dia akan membawa pulang. Jika tidak ada sisa gabah, petani itu pulang dengan utang lagi untuk modal musim tanam berikutnya.

Tengkulak itu bebas memberi harga kepada Parjo, bahkan sering kali rendah di bawah harga tengkulak lainnya. Selisihnya hingga Rp20 ribu per kuintal.

Parjo tidak bisa menjual gabah kepada tengkulak lain karena terikat dengan utang. Dia pun tidak bisa membayar utang dengan sejumlah uang yang dipinjamnya.

***

Padi siap dipanen. Foto dokpri (Sri R Djalil)
Padi siap dipanen. Foto dokpri (Sri R Djalil)

Ini hanya secuil kisah antara tengkulak dan petani. Dari kisah ini ada alasan kuat kenapa petani tergantung pada calo dan tengkulak dalam pendistribusian gabah kering maupun gabah basah, di antaranya:

1. Teknologi dan pengetahuan

Hingga saat ini dunia pertanian masih didominasi orang tua, usianya mulai 50 tahun ke atas. Generasi ini tidak semua menggunakan teknologi digital untuk menggali informasi tentang harga gabah dari pemerintah. Mereka masih menggunakan informasi dari mulut ke mulut.

Dari hasil wawancara yang mendalam terhadap petani dan data sekunder yang lengkap, Lutfi menjelaskan, ketergantungan petani pada tengkulak ditandai oleh minimnya informasi yang diketahui oleh petani sehingga menyulitkan akses untuk mendapatkan harga jual yang tinggi.

2. Hubungan sosial

Di desa kental sekali dengan hubungan sosial yang terjalin bersifat personal. Hubungan sosial ini bersifat solidaritas dan bersimbiosis. Petani pun tidak dapat keluar dari ikatan tersebut, walaupun mengalami berbagai kisah yang merugikan petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun