Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penerima anugerah People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

3 Kiat Mudik Lebaran Anti Pamer

14 April 2022   14:27 Diperbarui: 18 April 2022   14:31 1746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran menjadi momen penting bagi saya untuk mudik bertemu orangtua, saudara dan kerabat. Jarak yang jauh dan aktivitas yang padat bertemu kerabat pun satu tahun sekali.

Mudik lebaran menggunakan mobil pribadi lebih fleksibel ketimbang pakai kereta karena saya harus membawa dua anak kecil, suami yang difabel. 

Biasanya, keponakan ipar akan mengantar kami hingga Cirebon. Lalu, dia akan pulang ke Madiun dengan kereta atau bus. Dari Cirebon ke rumah, suami sendiri yang bawa kendaraan.

Hal ini untuk menyingkat waktu karena kota saya jauh dari stasiun atau jalur bus antar provinsi. Kedatangan kami ke Cirebon sudah diatur agar tidak ketinggalan kereta api. 

Misalnya, kereta api Cirebon-Madiun berangkat pukul 19.45 WIB. Kami akan meluncur dari Madiun maksimal pukul 04.00 WIB dengan estimasi perjalanan 12 jam dan istirahat tiga kali. Teknik mudik seperti itu kami lakukan sebelum ada jalan tol.

Mudik lebaran dengan kendaraan pribadi, sebenarnya ada dampak positif dan negatif. Positifnya tentu memudahkan silaturahmi saat tiba di kampung.

Negatifnya, sering kali kita dianggap pamer, terlebih pada tahun 2000. Di lingkungan tempat tinggal orangtua dan kerabat, belum banyak yang memiliki kendaraan pribadi. Jangankan mobil, motor pun masih jarang.

Itu sebabnya pernah ada yang laporan kalau ada orang mempertanyakan dari mana kami memiiki mobil, apakah sewa atau pinjam. Ada juga yang nyinyir.

"Memangnya si Mas kerja apa, bisa kebeli mobil?"

Ya... saya anggap wajar pertanyaan itu, karena saya tidak pernah membicarakan pekerjaan, gaji, apa yang saya punya. 

Padatnya lalulintas saat mudik lebaran. Berikut 3 Kiat agar mudik lebaran tidak dianggap pamer. Foto by otomotif.net. 
Padatnya lalulintas saat mudik lebaran. Berikut 3 Kiat agar mudik lebaran tidak dianggap pamer. Foto by otomotif.net. 

Dari pengalaman selama mudik dengan kendaraan pribadi, ada tips agar mudik tidak dianggap pamer apalagi mendatangkan dosa bagi yang mencibir. Kalau kita mah mudik yang penting mudah dan nyaman, lepas dari omongan orang.

Tips Mudik Lebaran Anti Pamer

1. Jangan memaksakan diri sewa kendaraan

Tidak ada salahnya sewa kendaraan untuk mudik, uang-uang sendiri gak minta tetangga. Yang jadi masalah jika memaksakan diri apalagi sampai utang jaminan rumah. Iya kalau punya jaminan, jika tidak?

Kalau mudik memaksakan diri sewa kendaraan dan utang, sudah jelas ada niat pamer, ingin orang lain menganggap kita sukses di rantau. Walaupun niat awalnya hanya mempermudah atau kenyamanan di jalan.

Sebelum sewa kendaraan sebaiknya tahu dulu kemanfaatannya. Selain itu musyawarah dengan anggota keluarga perihal dana nganggur atau lebih yang bisa digunakan sewa. Jika tidak ada mendingan pakai kereta atau kendaraan umum. Uang sewa bisa untuk beli tiket. Saya rasa lebih murah jika pakai bus ekonomi.

2. Jaga penampilan dan sikap

Penampilan sering kali berlebihan jika mudik. Simpanan emas dipakai, baju lebaran gonta ganti, lipstick, sepatu, bedak, handphone baru. Sah-sah saja jika itu dibeli hasil kerja sendiri, bukan utang atau sewa tetangga.

Saya pernah tahu ada tetangga yang menyewakan perhiasannya jelang lebaran dan itu diminati emak-emak banget.

Agar tidak dianggap pamer, jaga juga omongan, sikap ketika silaturahmi. Jangan melulu cerita pekerjaan, harta, emas. Bagi orang yang tidak memiliki emas, akan merasa tidak nyaman berada di lingkungan tersenut.

Seperti yang pernah diceritakan sepupu ketika kumpul dengan iparnya yang tajir melintir. Obrolannya seputar cara mengkilaukan emas, harga, beratnya emas. Sepupu jadi enggan berkumpul karena katanya jadi kambing tuli saja, bengong.

Beda lagi jika pujangga emas yang cerita saja soal emas, dia kan lagi promosi, iklan barangnya agar banyak yang beli.

Biar tidak dibilang sombong, pamer, stop bicara, stop berpenampilan berlebihan. Jaga sikap dan penampilan.

3. Tidak terjebak pada budaya konsumerisme

Dalam KBBI konsumerisme adalah gerakan atau kebijakan untuk melindungi konsumen dengan menata metode dan standar kerja produsen, penjual, dan pengiklan.

Pengertian lain adalah sebuah paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya; gaya hidup yang tidak hemat.

Ketika mudik lebaran, pemborosan sering dilakukan pemudik terutama emak-emak. Barang, makanan dibeli tanpa perhitungan kemanfaatannya.

Ciri Ciri Konsumerisme

Berikut ciri ciri konsumerisme yang ada di kehidupan sehari-hari, mengutip dari katadata.id

  • Adanya perasaan bangga, bahagia memiliki barang untuk dipamerkan pada orang lain.
  • Cenderung ingin tampil menarik di depan umum dan menjadi pusat perhatian warga
  • Meniru gaya hidup seseorang seperti selebriti dan influencer yang dianggap sebagai pedoman.
  • Keinginan konsumen untuk memiliki barang yang berbeda. Konsumen menginginkan barang yang tidak ingin disamakan dengan orang lain.
  • Adanya produk terbatas (limited edition), sehingga barang tidak banyak ditemukan dan dijual di pasaran.

Konsumerisme menyesatkan, membangkrutkan karena kita digiring untuk lupa jika esok masih memerlukan biaya. 

Namun, jika memang tidak dapat menghindari membawa kendaraan, hadiah untuk saudara, kerabat, harus diniati sebagai rasa syukur nikmat (tahadduts bin ni'mah).

Sebagaimana perintah Allah Swt., "Syukurilah nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadamu dan bicarakan hal itu." (QS adh-Dhuha [93]: 11).

Mari mudik lebaran dengan niat beribadah kepada Allah Swt, yaitu silaturahmi kepada keluarga, bermaaf-maafan. Jangan lupa jaga sikap. Jika ada tetangga yang mudik membawa kendaraan, kita jangan menganggap dia pamer. Berprasangka baiklah.

Terima kasih atas kunjungannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun